PINOCIA 1

183 10 2
                                    

'Seperti yang banyak orang katakan, Cinta nggak mandang status, siapa, dan dimana.'

-oOo-

"Kak Pino!"

Cia menatap nanar ke arah mobil sport berwarna putih yang perlahan-lahan mulai hilang di ujung jalan.

TES

Air matanya sudah tak terbendung lagi, kejam memang kakaknya itu. Cia mengelap air matanya dengan punggung tangannya, ia tak boleh menangis begitu saja.

Cia melihat sebuah taksi yang berada di ujung jalan, melaju ke arahnya. Senyumnya mengembang, membuat wajahnya semakin cantik.

Dengan mulus taksi tersebut berhenti di hadapannya, Cia langsung masuk ke dalam taksi dengan peralatan super yang ia bawa. Peralatan super? ya ada tas karung dan rantang makanan, dengan hiasan pita biru di rambutnya.

Ini adalah hari orientasi  pertamanya di Geora High School, dan betapa senangnya ia dapat masuk ke sekolah yang juga sekolah kakaknya itu.

Alpino Thomson pria yang menyandang sebagai kakak angkatnya itu tidak pernah menyukainya sejak mereka masih kecil. Dan Cia adalah adik yang baik, ia sangat menyayangi Pino.

"Neng udah sampai."

Sebuah suara menyadarkannya dari lamunan panjangnya. Cia segera merongoh kantong rok abu-abunya mencari uang untuk membayar taksi tersebut, namun ia tidak mendapatkan apa-apa di kantong roknya begitu pula dengan kantong bajunya.

"Neng punya duit nggak?" tanya sopir taksi

"Aduh pak, tadi perasaan uangnya ada di kantong." ucap Cia gelapagapan

"Jadi?"

"Utang dulu deh pak, besok bapak datang aja ke sekolah pagi-pagi." kata Cia melirik takut ke sopir taksi tersebut.

"Utang? enak aja eneng. Bayar nggak, atau nggak bayar pake jam tangan itu." ucap sopir tersebut dengan ketus.

Cia membulatkan matanya, jam? maksudnya jam kesayangannya ini?

"Jangan dong pak, ini jam kesayangan aku." lirih Cia seraya memegang arloji hitamnya.

"Atau nggak kamu mau kalo.."

Melihat senyum genit dari sopir tersebut, Cia langsung melepaskan arlojinya lalu menyerahkannya kepada sopir tersebut.

Dengan terburu-buru Cia langsung berlari keluar dari taksi tersebut. Setelah keluar dari taksi, Cia melihat gerbang sekolah yang mulai tertutup. Dengan cepat ia berlari ke arah gerbang yang sedikit lagi mulai tertutup, dan berhasil. Ia berhasil melewati gerbang tersebut, ia sangat bersyukur.

Selama melewati koridor sekolah, Cia tak henti-hentinya mengutuk perlakuan Pino yang selalu saja menyiksanya. Sesampainya di lapangan yang sudah dihuni ratusan siswa, Cia menjijitkan kakinya untuk melihat siswa yang memakai pita biru sepertinya.

Dengan mudah ia menemukan kelompoknya yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Cia melangkah mendekati barisan kelompoknya dengan tergesah-gesah ketika mendengar pengumuman agar seluruh siswa berbaris dengan kelompoknya masing-masing.

Saat berada dalam barisan, Cia hanya diam mendengarkan salah seorang anggota osis yang tengah berbicara di podium. Hingga akhirnya, seseorang menyikut lengannya.

"Eh Cia, lo udah liat ketua osisnya nggak?" tanya Jessica, sahabatnya sejak SMP.

"Belum, memangnya kenapa?" Cia menaikan sebelah alisnya.

"Pelan dikit ngomongnya, katanya ketua osisnya ganteng loh.." bisik Jessy, "Lah terus gue musti peduli?" tanya Cia ketus.

"Ih Cia.. ngeselin banget sih." gumam Jessy kesal, Cia terkekeh pelan melihat wajah sahabatnya yang mulai tertekuk.

2 jam berlalu, Cia dan Jessy kini berada di kantin sekolah untuk mengisi perut mereka yang terus meraung meminta diisi.

Jessica tak henti-hentinya bercerita di hadapan Cia yang mulai bosan mendengarnya, tak lama seseorang menghampiri meja mereka.

"Hai, gue boleh duduk? soalnya nggak ada tempat lagi." sapanya dengan ramah, Cia terpaku seketika ketika melihat wajah pria yang ia sukai saat ia duduk di bangku SMP. Jessica menyikut lengan Cia, menatap Cia dengan tatapan 'Boleh nggak?'

"Eh- duduk aja, gapapa kali." jawab Cia dengan gelagapan, pria tersebut memperlihatkan senyumnya.

"Thanks. Oiyah, kenalin gue Mario Satriansyah. Panggil aja Mario, kalo lo berdua?" pria bernama Mario tersebut memperkenalkan dirinya.

"Udah tau kok, gue Jessica Putri, panggil aja Jessy. Kalo dia Cia, Ciara Tan." Jessy berucap senang, Mario mengerutkan dahinya.

"Udah tau?"

"Iya, dulu waktu SMP Cia suka sama lo." ucap Jessy asal ceplos, , Cia membulatkan matanya lalu menginjak kaki Jessy di bawah meja.

"Aw.." rintih Jessica, lalu menatap wajah sahabatnya dengan garang.

"Memang bener kan?" cibir Jessica, Cia kembali menginjak kaki Jessica dengan kuat.

"Eh, enggak kok. Maksud Jessy itu teman kita yang lama, tapi udah nggak bareng lagi." Ujar Cia cepat, Mario hanya tersenyum kecil.

Keadaan mulai menghening, Cia, Jessy, dan Mario hanya sibuk dengan makan siang mereka masing-masing.

"Cia, itu dia ketua osis kita." Jessica menunjuk kearah belakang dengan dagunya, dengan malas Cia menolehkan wajahnya ke belakang.

"Kak Pino?" lirihnya terkejut, Jessy yang mendengarnya langsung menatap Cia dengan wajah yang penuh tanya.

"Lo kenal?" tanya Jessy

"Eng-enggak,  gue nggak kenal." jawab Cia cepat, Jessy mengeryit.

"Bener? Lo yakin?"

" Ya, enggaklah Jess. Gue aja baru liat dia kali ini." Bantah Cia kesal, Jessica kembali mencibir sahabatnya itu.

"Udah dulu ya, gue mau ke kelas."

Cia beranjak dari kursi, lalu berjalan meninggalkan Jessica dan Mario. Tanpa memperdulikan teriakan Jessy, Cia terus melangkah keluar kantin.

"Ih Cia, ngeselin banget sih."

-oOo-

New story again, PLANNER tetap lanjut kok. Btw, di mulmed itu Ciara ya.

20016, 13 Febuary.

@zersall_

PINOCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang