Prolog

2.7K 89 3
                                    


Aninda kaget, tercengang memandangi Satriya yang sepertinya lagi mengerjainya. Namun Satriya memasang wajah serius, lalu mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum kecil. Aninda mengangguk kaku. Bergegas, walaupun agak ragu, ia menerobos para tamu menuju pintu keluar ruang pesta. Hatinya bergemuruh hebat.

Pohon rindang itu seakan menantikan kehadiran dirinya. Apa benar pangeran kecilnya menunggu disana? Di tempat yang pernah mereka gunakan untuk mengukir janji? Hati Aninda pilu memikirkan jangan-jangan itu kerjaan Satriya belaka.

Aninda masih berdiri mematung, sibuk dengan pikirannya yang galau. Orang-orang yang melewatinya beberapa kali mencuri pandang lantaran terpesona kecantikannya. Polesan tipis di wajah serta tataan ringan pada rambutnya membuat dia terlihat begitu menawan. Gaun merah marun selutut tanpa lengan menempel pas ditubuh, serta sepatu hak tinggi bertali hitam menyempurnakan tampilan bak putri yang anggun. Pangeran kecil pasti sulit mengenalinya.

Pelan-pelan Aninda melangkah melewati jalan setapak untuk menuju pohon besar itu. Ia bisa merasakan tangannya mulai dingin, dan entah kenapa kakinya mulai lemas. Ia memutuskan berhenti sebentar, tatapannya nanar. Sekarang pohon itu tinggal berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Tapi, keraguan akan kembalinya pangeran kecil mulai menjamah hatinya.

Rasanya mimpi bila mengingat kehidupannya beberapa bulan lalu. Mustahil orang yang selama ini ia damba sudah menunggunya di sana malam ini. Beberapa minggu lalu jarak mereka terbentak ribuan mil, dan malam itu mereka hanya terpisah sekian meter, yang sebentar lagi mungkin jadi sesenti. Begitu dekat! Tapi mengingat kembali kepengecutan pangeran kecil selama ini membuat Aninda ragu melangkah.

Aninda mendesah pelan, kemudian memejam rapat-rapat. Semilir angin malam menerpa kebimbangannya. Seolah membawa cerita hidupnya yang penuh kejutan. Kisah hidup yang takkan ia lupakan.....

LolipopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang