Empat

1K 37 1
                                    

I know how it is when someone dissapoints you. It's tempting to see things the way you wish they were instead of how they are.
(Enchanted)

"Yov, aku pengen kita putus," kata Marsya pada hari kenaikan mereka ke kelas sebelas. Itu berarti mereka sudah setahun berpacaran.

Yovi menatap Marsya lekat-lekat, tak percaya dengan indra pendengarannya. Ia merasa mereka tidak punya masalah serius.

"Aku suka Vigo, Yov. Satu tahun sekelas sama dia bikin rasa itu datang," jelas Marsya lirih.

Yovi mengusap air mata Marsya yang mengalir deras. Ia tahu Marsya sedang tak berdaya sekarang, tapi kenapa mesti Vigo?

"Jangan, Sya."

Marsya menggeleng "Aku bakal tambah nyakitin kamu kalau hubungan kita terus berlanjut."

"Nggak, Sya! Aku cinta kamu!" Teriak Yovi berang.

Akhirnya Yovi ditinggal Marsya. Jangan tanya betapa rasa sakit menerjang hati Yovi, tapi ia berusaha tegar di hadapan semua orang dekatnya. Sejak saat itu Marsya tak pernah menyapanya lagi. Rasa pedih Yovi tumbuh membesar setiap hari. Yovi terlalu mencintai Marsya.

***

Vigo begitu cemas ketika kembarannya pulang dalam keadaan mabuk. Ia langsung memapah Yovi ke kamar. Dengan susah payah Vigo membersihkan tubuh terbaring Yovi yang bau alkohol.

"Aku suka Anin, Vig. Marsya pasti merasakan sakit yang sama seperti rasa sakitku dulu," Yovi melantur. Tapi itu curahan terdalam dari hatinya, dan Vigo tahu kejujuran pernyataan kembarannya.
"Aku cinta Aninda," tambah Yovi mantap.

Vigo merasakan dadanya berdegup keras, kegetiran merayapinya. Ia tak ingin menyakiti kakaknya lagi. Dulu ia pernah menyakitinya, dan sekarang ia tak boleh mengulanginya. Tak boleh!

***

Satu minggu kemudian...

Suasana SMA Harapan Jaya sudah terasa heboh sejak Sabtu pagi. Padahal tim basket mereka baru akan bertanding di lapangan pusat sore nanti. Murid-murid siap dengan pernak-pernik dan perkakas perang seperti T-shirt, bandana, bendera kecil, dan genderang mini, untuk mendukung tim sekolah mereka.

"Nin, ntar sore nonton Vigo tanding, kan?" Tanya Yasmin dengan nada meledek.

Yang diledek tampak kesal. "Ogah nonton makhluk Mars! Mending nonton cowok kamu, Yas."

"Seenaknya, main embat aja!" Yasmin menjitak pelan kepala Aninda.

"Sakit, tau!" Teriak Aninda keras. Untung saja jam pelajaran mereka kosong sejak pagi, jadi melakukan kegaduhan apa pun takkan ada yang melarang.

Pikiran Aninda melayang pada rencana nanti sore. Yovi mengajaknya berangkat bareng. Vigo si makhluk Mars juga mengajaknya bareng. Aduh, gimana nih?  Batin Aninda panik.

Sebenarnya kalau disuruh memilih, Aninda lebih milih berangkat bareng Yovi. Cowok itu selalu bersikap lembut padanya, tidak seperti Vigo yang sering emosian dan galak. Tapi resikonya berat kalau ia menolak ajakan Vigo. Bisa-bisa dia bakar rumahku, pikiran Aninda mulai konyol. Tapi entah kenapa, berada dekat Vigo membuat dirinya merasa terlindungi. Seperti ada tameng yang tak terlihat. Aninda memejamkan mata kuat-kuat.

LolipopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang