***
YongHwa mengepalkan keras tangannya. Merasa cemburu dan bersalah secara bersamaan. Cemburu melihat JungShin memeluk ShinHye dan merasa bersalah karena membuat ShinHye menangis histeris karena ucapannya.'ShinHye-rella maafkan aku. Aku memang bodoh telah membuat keadaanmu seperti ini, bodoh karena melukaimu sekali lagi, dan sangat bodoh membuatmu berada dalam pelukan pria lain. Harusnya aku yang menenangkanmu. Harusnya aku yang memelukmu, bukan dia, bukan pria lain... harusnya aku... ' Batin YongHwa meradang melihat gadis yang ia cintai menangis dan berada dipelukan JungShin yang tak lain adalah sahabat ShinHye.
YongHwa menitikan airmatanya. Hatinya sesak dan perih seolah merasa terhujam tombak bertubi-tubi. Menatap nanar pada ShinHye yang tengah menangis pilu dalam pelukan JungShin.
"Tolong panggilkan dokter." Pinta JungShin pada YongHwa tanpa melihat kearah YongHwa dan tetap memeluk ShinHye.
YongHwa segera menghapus airmata yang membasahi pipinya saat JungShin mengeluarkan suaranya. Tanpa berkata apapun lagi, YongHwa segera keluar ruangan untuk memanggil Dokter yang bertugas.
ShinHye sudah terhenti dari tangis histerisnya. Hanya isakan dan sesegukan kecil yang masih tersisa ditangisan ShinHye.
"Ssinz tenanglah. Kau akan sembuh. Pasti sembuh." Ucap JungShin menenangkan dan meyakinkan ShinHye. JungShin melepaskan pelukannya, menatap intens mata ShinHye lalu mengelus lembut rambut kepala ShinHye dengan sayang.
"Shin-ah, mengapa seperti ini? Apa yang harus aku lakukan. Aku bukan ShinHye-rella yang cantik dan sempurna untuk kedua orangtuaku lagi. Aku bukan Ssinz yang bisa dibanggakan lagi oleh kau, MinHyuk dan JongHyun lagi. Aku hanya ShinHye, gadis cacat Shin-ah. Gadis yang mempunyai kaki tapi tidak berguna lagi untuk dipakai jalan dan berlari." Ucap ShinHye lirih dan terdengar sangat memilukan.
JungShin membawa ShinHye kedalam pelukannya lagi. JungShin pun tak kuasa menahan airmata yang ingin mengalir membasahi pipinya. Ikut merasakan kesedihan yang ShinHye rasakan.
"Ssinz, kau pasti bisa berjalan seperti semula lagi." Lagi-lagi JungShin memberikan keyakinan pada ShinHye berharap perasaan ShinHye lebih membaik.
Beberapa saat setelah itu, ShinHye menghentikan tangisannya. Dan kini ShinHye kembali tenang. Ia melepaskan diri dari dalam pelukan JungShin.
Melihat ShinHye yang telah tenang dari tangisnya. JungShin berusaha untuk mengajak ShinHye berbicara. JungShin sangat berhati-hati disaat berbincang dengan ShinHye. Karena JungShin tahu, keadaan ShinHye sangat rapuh dan sensitif.
"Oh ya, apa aku boleh bertanya padamu Ssinz?"
ShinHye hanya menatap JungShin dengan tatapan seolah bertanya 'apa?', dan menunggu JungShin untuk melanjutkan pertanyaan yang akan dilontarkan.
"Mengapa kau menabrakkan motormu pada mobil itu?" Tanya JungShin dengan menatap intens mata ShinHye yabg masih berair.
JungShin dan ShinHye bersahabat sejak kecil. Mereka tumbuh bersama. Tidak ada rahasia diantara mereka. Mereka selalu berbagi segala hal. Menceritakan segala rahasia masing-masing, hanya diantara mereka. JungShin dan ShinHye tanpa MinHyuk dan JongHyun. JungShin merupakan sandaran untuk ShinHye, begitupun sebaliknya. ShinHye adalah sandaran untuk JungShin. Persahabatan mereka kadang terlihat seperti pasangan kekasih, dan kadang juga terlihat seperti kakak beradik.
ShinHye terlihat berpikir keras saat mendengar pertanyaan JungShin. ShinHye meletakkan telapak tangan kanan didadanya. Merasakan degupan jantungnya meningkat ketika menemukan jawaban yang tidak masuk akal atas pertanyaan JungShin.
Kini Sesuatu telah mengganggu pikiran dan hatinya setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan JungShin. 'Mengapa seperti ini? Apa yang aku rasakan? Mengapa hatiku berdebar kencang disaat aku menemukan jawaban dari pertanyaan JungShin?' Batin ShinHye.
