Part 9

713 96 11
                                    

7 Tahun kemudian

Seorang wanita sedang duduk disebuah kursi taman menikmati pemandangan senja yang sangat indah kala itu disungai Han. Ia tengah memandang riakan-riakan air sungai Han yang tertiup angin. Rambutnya yang tergerai indah melambai-lambai mengikuti arah angin berhembus.

Senyuman mengembang dibibir mungil yang berwarna baby pink itu. Ini adalah hari pertama ia kembali ke negara asalnya, tanah kelahirannya Korea Selatan. Setelah tujuh tahun lalu ia meninggalkan Negara ini. Negara yang penuh akan kenangan indahnya bersama sahabat-sahabatnya dan kenangan dengan seseorang yang terakhir kali berhasil membuat hatinya bergetar hanya karena memanggil namanya.

Wanita itu adalah ShinHye, Park Shin Hye. Dan memiliki nama panggilan ShinHye-rella.

ShinHye mengalihkan pandangannya jauh kedepan. Entah pusat mana yang menjadi tujuan tatapan matanya kali ini. Tatapannya mungkin kosong, tapi tidak dengan pikirannya. Ia sedang menikmati dan mengingat kenangan masalalunya beberapa tahun lalu.

Masih terbayang dalam ingatannya, disaat-saat hari terakhir di Korea sebelum keberangkatannya ke Amerika. Dimana seorang sahabat terdekatnya menyatakan perasaan padanya.

Flashback

"Aku sangat senang saat kau manerima panggilan teleponku Ssinz. Aku merindukanmu sungguh sangat merindukanmu. Walaupun baru tiga hari yang lalu kita bertemu Ssinz... ." JungShin memberikan jeda untuk kalimatnya sebelum meneruskannya "Aku mencintaimu Ssinz." Cerocos JungShin, entah ia sadari atau tidak telah mengungkapkan perasaannya pada Shinhye ketika gadis yang ia cintai itu ada dalam pelukannya.

"Shin-ah." ShinHye terkejut dengan kalimat terakhir yang JungShin ucapkan.

JungShin yang menyadari ucapannya, melepaskan pelukan pada ShinHye. Ia duduk bersimpuh dengan bertimpu pada kedua kakinya dihadapan ShinHye. Menyamakan posisi mereka berdua.

"Maaf, Ssinz." Lirih JungShin.

ShinHye menatap mata JungShin, ia merasa ada ketulusan disana.

"Aku... a... aku tidak tahu sejak kapan perasaan persahabatan ini berkembang menjadi cinta. Aku pun baru menyadarinya disaat JongHyun dan MinHyuk mengejekku yang selalu merasa khawatir berlebihan terhadapmu. Ssinz, aku mencintaimu. Sungguh sangat mencintaimu." Ucap JungShin pelan dan penuh kelembutan dengan menggenggam kedua tangan ShinHye.

JungShin menelungkupkan kepalanya diatas kedua tangan yang menggenggam tangan ShinHye yang berada dipangkuan ShinHye.

"Shin-ah." ShinHye hanya mampu memanggil nama JungShin dengan bergetar karena menahan isakan tangisnya. Ia sangat terkejut dengan pengakuan JungShin. Ia pun tidak tahu harus berbuat apa. Yang ShinHye tahu, ShinHye sangat menyayangi JungShin tapi tidak ada getaran cinta disana.

JungShin mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah ShinHye, karena ia mendengar isakan tangis yang lolos dari bibir ShinHye.

"Ssinz. Kenapa kau menangis?" Tanya JungShin seraya mengangkat tangannya menggapai pipi ShinHye, menghapus buliran airmata disana.

"Kenapa? Jangan menangis Ssinz." Lanjut JungShin lalu bangkit dari duduk bersimpuhnya dan mengecup ringan kening ShinHye dan kembali keposisi semula.

Berselang dua menit kemudian ShinHye membuka mulutnya dan berkata,"Shin-ah. Apa yang kau harapkan dariku? Sekarang aku hanya seorang gadis cacat. Lihatlah! Aku hanya mampu duduk dikursi roda sialan ini." nada bicaranya sedikit meninggi masih dengan tangisnya yang belum juga reda.

JungShin menatap intens mata ShinHye. Sesekali mengusap pipi ShinHye menghapus airmata yang masih mengalir. Jungshin, "Aku mencintaimu tanpa melihat keadaanmu Ssinz. Kau bisa melihat ketulusanku itu."

Shinhye-rellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang