Part 8

726 88 7
                                    

***
Saat ini adalah hal terberat dalam hidupku. Kini aku tidak mampu untuk melangkah dan berlari lagi dengan kakiku. Dan akupun tak mampu mengendarai motor kesayanganku yang merupakan hobiku.

Menerima vonis dokter? Bagaimana aku bisa menerima kenyataan menyedihkan ini? Kenyataan dimana kedua kakiku yang merupakan salah satu bagian tubuh favoritku kini tidak dapat digerakkan. Bolehkah aku mengeluh? Tuhan mengapa seperti ini? Disaat aku ingin menolong seseorang yang aku benci, mengapa aku yang harus mengalami ini? Mengapa KAU menggerakkan hatiku untuk menolong dia yang setahuku sangat kubenci? Getaran apa yang aku rasakan disaat itu? 'Takut kehilangan' pekikan hatiku dikala melihat orang yang aku benci tengah berada diambang tragedi itu. Hingga membuatku tidak dapat berpikir rasional lagi.

Pikiran-pikiran ini yang setiap saat menggangguku. Membuatku mengabaikan orang-orang disekitarku. Menyesal disetiap waktu dengan apa yang aku lakukan terhadap kedua orangtuaku. Terlebih Ibuku yang selalu meneteskan airmatanya setelah berbicara denganku. Bukan! Aku bukan tidak menyayangi kedua orangtuaku lagi. Tapi aku merasa bersalah pada mereka. Karena tanpa sepengetahuan mereka, aku yang merupakan ShinHyerella yang cantik, lembut dan manja mereka telah menjadi gadis yang bertolak belakang ketika diluar rumah. Aku merasa membodohi kedua orangtuaku yang begitu menyayangiku.

Aku belum sanggup berkata maaf didepan mereka. Dan belum sanggup menjelaskan mengapa aku menjadi liar diluar rumah. Sungguh itu bukan karena kedua orangtuaku. Ini karena aku sendiri. Aku yang selalu ingin mencoba hal-hal baru yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Hingga aku memasuki balapan liar itu. Aku ingin merasakan hal yang berbeda dari diriku sendiri.

Tidak hanya pada orangtuaku aku menutup diri. Aku pun melakukan hal yang sama pada sahabat-sahabatku JungShin, MinHyuk dan JongHyun. Yang paling utama adalah JungShin, sahabat terdekatku, sahabatku dari kecil. Akupun menjaga jarak dengannya dengan alasan tidak ingin dikasihani. Aku merasakan aura kesedihan yang terpancar dari mereka yang melihatku seperti ini. Tidak ada lagi Ssinz yang bisa dibanggakan mereka lagi. Hanya ada Ssinz yang lumpuh, cacat dan tidak berguna lagi.

Tapi sungguh aku tidak ingin dikasihani. Itulah alasanku membangun tembok pertahanan yang sulit dijangkau ini.

Hari ini tembok pertahanan yang susah payah aku bangun, seseorang tengah berusaha menjangkau dan merapuhkannya. Ia memanggil-manggilku dengan nama kesayangan yang diberikan kedua orangtuaku. Aku merasa jengah dan senang secara bersamaan ketika ia memanggilku 'ShinHye-rella'. Senang? Selain cacat mungkin aku sudah gila. Karena merasa senang dipanggil ShinHyerella oleh orang yang sebelumnya aku benci. Ya, sebelumnya! Sekarang? Aku tidak tahu. Benar-benar aku sudah gila. Ada perasaan bergetar disaat ia memanggilku ShinHyerella.

Seseorang itu adalah Jung Yong Hwa. Anak dari seorang ketua dewan sekolah dan seorang yang sok berkuasa disekolahku. Si Healder bagiku dan sahabat-sahabatku.

Kini ia tengah mengajakku berbicara ditaman bunga yang berada disamping kediaman keluarga Park. Ya, kediaman keluarga tercintaku. Hampir setiap hari YongHwa selalu mengunjungiku disaat ia pulang sekolah, termasuk hari weekend. Mungkin YongHwa kasihan padaku yang kini cacat. Dan pastinya ia menyalahkan diri sendiri dengan keadaanku yang seperti ini. Tapi sungguh, aku pun tidak ingin dikasihani olehnya.

YongHwa selalu menceritakan semua yang pernah yang ia alami kepadaku. Seolah ia sedang menceritakan sebuah dongeng pada anak TK. Walaupun mungkin ia merasa berbicara dengan sebuah benda mati. Karena aku tidak pernah menggubris kehadiran dan ceritanya. Terkadang sesekali aku hanya memicingkan tatapan tajamku ketika ia memanggilku ShinHyerella.

Kali ini pun sama, YongHwa tidak henti-hentinya memanggil nama panggilanku. Seolah mengolok-olok nama pemberian kedua orangtuaku. Aku kesal dengan tingkahnya.

Shinhye-rellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang