2. Damara Diganra

437 40 1
                                    

Lelaki itu terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang mulai masuk melalui sela-sela jendela di kamarnya. Angin pagi yang terasa sejuk nan segar yang masuk ke dalam organ pernafasannya. Tatapannya lurus menatap langit-langit kamarnya berusaha mengingat hal-hal yang terjadi di hari sebelumnya.

Dimulai dari sarapan, mengantar Ayah kerumah teman lamanya, kejadian jodoh-menjodohkan tanpa ada persetujuan dirinya, ketemu perempuan ter-ngeselin.

Kesan pertamanya yang Damara tau, cantik, karena perempuan. Cantik sih, body goals malah, feminin banget, pas tau sifatnya kek nenek lampir. Cerewet, ngeselin, bawel, sinis, bikin gue pusing. Larinya juga cepet, siput aja kalah.

Namanya siapa sih? Seinget Damara ada di namanya, lupa kan. Ara bukan sih? Bahkan nama aja sampe dimirip - miripin.

'Curiga ngefans, covernya sih cuek, padahal pengin minta tanda tangan'

Hampir setengah jam Damara berada di kamar, menghabiskan waktu beharganya untuk memikirkan gadis yang kemarin ia temui. Lamunannga buyar saat seseorang memanggilnya dari luar kamar. Bergegas ia berjalan ke arah pintu kamarnya dan membuka pintu tersebut.

"Ada apa, Pa?", Ia benar -benar malas, saat ini saja posisinya sedang bersandar pada dinding disebelahnya.

"Papa mau minta tolong", Damara membalasnya dengan sebelah alis yang terangkat.

"Antarkan ini kerumah Ara, untuk Ayahnya, isinya kenangan semasa sekolah", Ayah Damara memberikan sebuah paperbag ke arah Damara.

"Tapi Damara masih ngantuk", Damara berkata seraya berbalik menuju kamar dan menutup pintunya, gak sopan.

Ayah Damara yang mengetahui bahwa anaknya akan mejutup pintunya pun bergegas langsung menjadikan kaki kanannya untuk menjadikan pemisak antara pintu dan dinding, "C'mon, Boy!"

"Ka-", belum sempat Damara meselesaikan kalimatnya, Ayahnya sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Ten minutes from now!", tepat setelah mengatakan kalimat tersebut, Ayah Damara berjalan menuruni tangga dan memasuki kamarnya meninggalkan Damara dengan sebuah paperbag di tangannya.

"-pan?"

Dengan langkah gontai, Damara berjalan ke arah kamarnya, berniat untuk membersihkan diri dan memberikan paperbag pada teman Ayahnya. Lelaki itu mengambil handuk lalu disampirkan di bahunya, dan memasuki kamar mandi.

***

Laki-laki berumur sekitar 40 tahun itu berjalan menuju kamar anak perempuannya yang berada di lantai 2. Pria itu mendecak kesal karena putrinya yang sudah remaja tidak bisa bangun pagi seperti anak perempuan biasanya. Bergegas ia membuka tirai jendela Ara dan membangunkannya.

"Araa, bangun! Ya ampun ini anak satu", gerutu Papa Ara sembari menggerak-gerakkan tangan kanan anaknya.

Papa Ara beralih dengan membuka selimut yang membalut di tubuh Ara, "wake up, baby girl!".

Ara menggumam tidak jelas membuat Papanya mendengus kesal. Dengan setengah sadar, Ara terbangun dari tidurnya dan mengusap wajahnya seraya menurup mulut karena menguap.

"C'mon girl! Wake up! Wake up!", Papa Ara bahkan tidak mengerti kenapa gadis di hadapannya ini susah untuk bangun dari tidurnya tanpa ada orang yang membangunkannya.

"I want to back dreaming.", Ara melontarkan kalimat tersebut sebelum memeluk gulingnya lagi.

"Ara Talia Hasna...", dengan langkah gontai Ara berjalan ke arah kamar mandi dan melakukan ritual paginya-ralat, ritual siangnya.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang