4. Nightmare

310 34 1
                                    

Siang ini, Damara berkumpul dengan teman-teman seperjuangannya di sebuah café terkenal dengan mayoritas seumuran dengan Damara.

Bermacam-macam bingkai foto dengan quotes terkini terpajang di dinding berwarna hitam, abu, dan putih. Meja-meja bundar tertata rapi di setiap ruangan, meskipun banyak yang menyatukan meja-meja tersebut karena banyaknya jumlah pengunjung yang datang. Semerbak parfum remaja tersebar hingga memasuki organ pernafasan.

Ada yang berdiskusi, mengerjakan tugas, makan siang bersama pasangan masing-masing. Ada juga yang hanya duduk menyeruput minuman sembari menumpang wifi seperti yang dilakukan Damara, Gio, Bara, dan Dio. Keempat laki-laki tersebut sering kumpul-kumpul setiap pulang sekolah atau akhir pekan, karena salah satu dari mereka yang berbeda sekolah.

Damara menatap minumannya dengan pikiran kosong, teman semejanya terkadang menegurnya, tetapi Damara hanya membalasnya dengan sebelah alis yang terangkat.

  "Lo kenapa coba? Kasian tuh kaga lo minum", Gio berucap seraya mengambil minuman Damara tanpa adanya persetujuan, lalu laki-laki itu langsung menyeruput minuman tersebut.

  "Mabok lo?", timpal Bara sembari menaruh punggung tangan kanannya di kening Damara.

Gio yang sedang meneguk minumannya pun langsung memukul kepala Bara. "Kalo itu demam, bukan mabok."

  "Dia lagi galau mikirin kuntilanak belakang sekolah yang seksinya gak kira-kira", lanjut Gio yang langsung mendapat tatapan seperti lo-ngomong-apa dari Bara.

  "Jatuh cinta, lo?", Dio akhirnya menyahut setelah dari tadi hanya memerhatikan teman-temannya. Bara dan Gio menatap Damara sembari menaikkan sebelah alisnya.

  "Gue dijodohin sama Bokap", celetuk Damara membuat Bara dan Gio membelalakkan matanya.

  "LO SAMA BOKAP DI JODOHIN?! Astagfirullah, lgbt lo", teriak Gio membuat beberapa pengunjung di café melihat ke arah meja mereka. Bara menyentil kening Gio, membuat Gio meringis kesakitan. Dio mengusap keningnya pelan, lelah dengan tingkah Gio.

Bara memajukan badannya tanda tertarik dengan pembicaraan kali ini. "Lo dijodohin sama siapa? Ceweknya cantik kaga? Buat gue deh kalo plusplus".

Damara memundurkan kepala Bara dengan telunjuknya, "anaknya temen bokap."

  "Tega kamu babe, kau menduakan daku", ucap Gio dramatis seperti film di televisi, membuat ketiga temannya memutar bola matanya kesal.
  "Cantik ga? Buat gue deh", lanjutnya.

Bara menatap Gio iba sembari mengusap punggungnya. "Segitunya lo, sampe gak ada yang mau sama lo."

Gio melebarkan tangannya sembari mengerucutkan bibirnya, berniat untuk memeluk Bara. Bara yang tahu apa yang sedang Gio rencakan pun langsung berdiri dan loncat ke arah samping, membuat Gio terjatuh dari kursinya dan mencium lantai café. Seketika pengunjung di café tersebut tertawa melihat Gio yang terjatuh menyentuh lantai.

Gio berdiri dan hendak mengejar Bara yang sebentar lagi akan berlari menjauhi dirinya, namun apa boleh buat, ia sedang berada di tempat umum. Damara dan Dio masih saja tertawa mengingat konyolnya Gio saat terjatuh.

Gio yang kesal pun langsung mengambil kacang yang selalu disediakan disetiap meja dan memasukkannya ke dalam mulut Damara dan Dio. Sedetik kemudian mereka terbatuk dan meminum minumannya, namun Damara yang baru sadar bahwa minumannya habis pun langsung mengambil minuman Bara dan menyeruputnya hingga habis. Bara hanya bisa menatap gelasnya yang sudah habis tanpa sisa.

  "Cirinya gimana?", Dio yang merasa batuknha sudah mereda langsung membuka pembicaraan lagi.

  "Ya gitu. Cewe, matanya dua, mulutnya satu, ada ram—", belum sempat Damara menyelesaikan kalimatnya, Dio sudah terlebih dahulu memotongnya. "—bukan yang kaya gitu."

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang