9. New Student

162 14 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Ara kembali bersekolah seperti biasa. Ghea? Bahkan orang tuanya sudah meminta izin ke sekolahnya agar absen Ghea tidak di-alpa 'kan saat anak itu tidak bersekolah. Orang tua yang cocok untuk murid yang sering bolos atau malas bersekolah.

Gadis itu mengambil seragam Pelita Harapan School dan mengenakannya. Ara mematut pantulan dirinya di cermin, menampilkan dirinya yang memakai kemeja putih dengan rok berwarna navy polos, blazer hitam yang menjadi luarannya, serta kaos kaki hitam selutut dan sneakers berwarna putih. Tidak lupa dengan logo Pelita Harapan School.

Matanya menyapu setiap rinci yang ada di wajahnya, dimulai dari alis hitamnya, kemudian mata hazelnya, turun ke hidung mancungnya dan bibir tipis berwarna merah muda alami. Semuanya tanpa dipoles make-up sedikit pun. Bibirnya tertarik keatas menunjukkan senyumnya yang dapat memikat hati para lelaki, meskipun ia jarang memperlihatkan senyumannya pada orang di sekitarnya.

Setelah dirasa dirinya lebih baik dari keadaan saat ia baru terbangun dari tidurnya, Ara berjalan ke arah kamar yang Ghea pakai.

Sedikit membuka pintunya untuk melihat Ghea yang bisa ia tebak pasti masih tertidur. Lalu berjalan ke arah Bi Ima dan pamit untuk berangkat ke sekolah.

Mobilnya memasuki parkiran Pelita Harapan School dan memakirkannya di dekan sebuah pohon agar saat ia pulang, suhu didalam mobilnya tidak terlalu panas akibat teriknya matahari.

Ara berjalan di koridor dengan ponsel yang ia genggam di tangan kanannya. Murid lain yang melihat Ara melintas sesekali menyapa, meskipun ada yang hanya tersenyum. Tidak lupa dengan beberapa siswa yang selalu ingin mengajaknya mengobrol meskipun sebentar, namun gadis itu menolaknya secara mentah-mentah dengan menganggap ucapan mereka semua sebagai angin lalu.

Tubuhnya ia dudukkan di bangku pojok, kedua dari belakang—tempat favoritnya, karena ia pernah memergoki temannya yang secara terang-terangan menyontek disaat ulangan, membuatnya mau tidak mau harus masuk ke ruang BK dengan masalah memberi-jawaban-saat-sedang-ulangan. Dan kebetulan kelasnya ganjil, membuat bangku di sebelah dan belakangnya kosong.

Masih ada sekitar sepuluh menit lagi agar bel masuk dibunyikan ke seluruh tempat yang ada di PHS. Ara mengambil headset yang ada di dalam sakunya, memasangkan kabelnya di ponselnya, lalu menyumpal telinganya dengan kepala dari headset tersebut. Tanpa musik.

Saat kepalanya ia tenggelamkan diantara lipatan tangannya, seseorang berdehem membuatnya mendengus kesal, namun ia mengabaikannya. Kemudian, seseorang—yang berdehem tadi, beralih menjadi duduk di sebelahnya, tetap Ara abaikan.

  "Hai", sapanya yang sukses membuat Ara kembali mendengus kesal.

  "Gue bisa jelasin se--", belum sempat orang itu menyelesaikan ucapannya, bel masuk berbunyi membuat semua murid mendesah kesal. Berbeda dengan Ara, ia merasa keberuntungan sedang berada dipihaknya karena suara bel menolongnya dari gangguan setan terkutuk seperti Daniel Aditya Putra.

  "Gue duluan", pamitnya sebelum benar-benar keluar dari kelas Ara.

Ara masih dengan posisi kepala ditenggelamkan diantara lipatan tangannya, hingga saat ia mendengar suara Wali Kelasnya, gadis itu melepas earpod dan menggulungnya lalu dimasukkan ke dalam saku kemeja. Matanya tidak beralih dari layar ponsel yang menunjukkan layar hitam, seolah olah teman yang ada pada aplikasi social media yang ia download atau instal sedang tidak membutuhkannya.

  "Anak-anak, kita kedatangan murid baru, bisa kamu perkenalkan dirimu, Nak?", pemberitahuan pertama dari Wali Kelasnya yaitu kehadiran murid baru di kelas 2 IPA 2.

  "Saya Damara Diganra, pindahan dari SMA Fallo, salam kenal", ujar murid baru itu dengan raut wajah yang atar. Beberapa siswi menatapnya terkagum.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang