8. Playing card

134 13 0
                                    

Gadis itu duduk menyila diatas kasurnya, ditemani dengan beberapa kartu permainan di tangannya, tidak lupa dengan lawan mainnya yang duduk di hadapannya dan sampah sisa cemilan di lantai kamarnya. Sebenarnya, bukan keinginan dirinya untuk bermain permainan ini—UNO, tetapi ia dipaksa oleh sepupunya yang mengharuskan dirinya mau tidak mau harus mengikuti keinginan sepupunya.

Sesekali, gadis itu menghela nafas karena masih mengantuk, membuat Ghea selalu memasukkan cemilan yang ia taruh diantara lipatan kakinya ke mulut Ara.

Seperti tadi, peraturan permainan masih berlaku—pemain yang kalah, wajahnya akan dicoret dengan spidol, meskipun para pemainnya berbeda.

  "Giliran siapa?", tanya Bastian saat kembali memulai permainan yang sempat tertunda karena tadi Ghea meminta permainannya diberhentikan untuk memakan beberapa cemilannya terlebih dahulu.

  "Ha her" (Ka R), ucap Ghea disela sela saat mengunyah cemilannya.

  "G, telen dulu baru ngomong", perintah Ara dengan suara seraknya yang dibalas dengan acungan jempol Ghea.

  "Keluarin kartu apa?", tanya Ara setelah memastikan bahwa makanan di mulut Ghea telah ditelannya.

Damara memutar bola matanya malas. Tidak bisa kah gadis dihadapannya ini menggunakan matanya—membuka matanya, supaya tidak mengandalkan lawan pemainnya, bukankah permainan juga membutuhkan konsentrasi, "hijau atau angka lima".

Ara mengambil 2 buah kartu berwarna biru dan sebuah kartu berwarna hijau dari tangannya dengan di kedua sudutnya menunjukkan angka '5', lalu diletakkannya diatas tumpukkan kartu yang berserakan dihadapannya.

Permainan terus berlanjut, sesekali Ara mengambil kartu yang digunakan untuk para pemain jika tidak mempunyai kartu yang sedang menjadi objeknya.

Seiring berjalannya waktu, kartu para pemain bisa dihitung dengan menggunakan jari. Berbeda dengan Ara yang masih menyisakan banyak kartu ditangannya.

  "Giliran G yaa", sahut Ghea sembari mengeluarkan beberapa kartu sehingga membuat tangannya hanya memegang sebuah kartu.

  "UNOOO!"

  "UNOO! UNOO! UNOO!"

Teriak Ghea dan Bastian berbarengan, membuat kamar Ara menjadi berisik akibat perdebatan yang dibuat Ghea dan Bastian karena perihal siapa yang mengatakan 'Uno' terlebih dahulu.

  "Ih Babas, G duluan", tandas Ghea
  "Babas kan cowo ngalah dong sama cewe", lanjutnya

  "Tapi yang bilang Uno duluan 'kan Babas, ambil 2 kartu gak mau tau", bela Bastian membuat Ghea geram

  "Gak mau, yang bilang duluan 'kan aku", ujar Ghea yang masih tetap dengan pendiriannya.

Kira-kira seperti itu perdebatan antara Ghea dan Bastian. Ara yang merasa tidurnya terganggu—sebenernya setengah tidur sambil megang kartu uno, langsung membuka matanya dan mengacak rambutnya kesal.

  "Ghe, plis brisik gue lagi pengin tidur", perintah Ara membuat Ghea menunjukkan deretan giginya yang putih bersih.

  "Ka R, anterin ke toilet yuk", pinta Ghea sembari memegangi perutnya.

  "Duh G, males, minta Bastian aja gih", tawar Ara sembari mengedikkan dagunya ke arah Bastian.

  "Bas, anterin G ke toilet dong", lagi lagi Ghea tersenyum cengegesan dengan tangan yang masih memegangi perutnya.

Bastian beranjak dari duduknya, "Oke, demi Ghea, Babas rela nunda permainan", kata Bastian dengan gagahnya membuat Ara dan Damara memutar kedua bola matanya.

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang