Alibi suami siaga

5K 167 20
                                    

Author : Alyaaa

*Alibi suami siaga

Aku bersungut-sungut keluar dari rumah, mataku melirik sebal pada lelaki yang telah menjadi Imamku dua bulan terakhir ini. “Kenapa sih manyun gitu? Jadi tambah gemes deh.” ucapnya tanpa dosa.

Aku mencebikkan bibirku dengan kesal “Kenapa mesti dianter sih? Aku kan cuma mau ke minimarket doang beli telur, bisa kali gak usah dikawal.”

“Nggak, nggak boleh. Pokoknya aku mau jadi suami yang siaga, siap antar jaga. Jadi jangan harap kamu bisa keluar dari rumah ini tanpa aku!” ujarnya.

Fiuh. Dasar menyebalkan, semenjak menerima berita baik

tentang kehamilanku dua minggu yang lalu Imamku yang satu ini mengatakan akan selalu menjadi suami siaga.

Sifat posesifnya kadang membuatku gerah. Bayangkan saja kalau keluar rumah dari pekarangan rumah saja mesti dikawal. Seperti kemarin saat aku memutuskan beli bakso dorong di jalan depan rumah. Dia yang sedang mengecek laporan bulanan dengan sukarela menemaniku menemui abang bakso. “Takut ntar kepleset makanya aku jagain.” Katanya.

Dan sekarang ketika aku hanya berniat ke minimarket dia

menawarkan diri menjadi pengawal, bukan menawarkan tetapi lebih tepatnya memaksa. Padahal jarak minimarket ke rumah hanya lima menit. “Serah kamu deh.”

“Ngambek nih? Beneran ngambek nih? Kalau ngambek ntar dapet hukuman loh.” godanya.

Memikirkan hukuman yang akan dia berikankan membuatku bergidik ngeri, namun aku tak boleh kalah dengannya. “Sebodooo! Lagian kurang kerjaan banget sih kaya aku mau pergi ke kota aja. Lima menit doang Alvinku sayang dan cintaku.”

“Lima menit itu sama dengan 300 detik loh, nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana? kalau kamu mual di jalan? Atau pusing di jalan? Kan bahaya Ren-Renku sayang dan cintaku.” ucapnya tak mau kalah.

Aku mempercepat jalanku agar bisa meninggalkannya, sifat posesifnya sungguh kekanakan, “Whatever!” kataku kemudian.

Sampai di minimarket suami siagaku ini langsung merebut

keranjang belanja dari tanganku. “Kasihan dedek, biar Papanya aja yang bawa.” Gerrr, padahal aku hanya membawa sih telur setengah kilogram.

**

Alvin membuka pintu dengan lebar saat kami sudah sampai di depan rumah. Dengan gaya layaknya seorang

pangeran mempersilahkanku masuk ke dalam. Tanpa menunggu lama aku melakukan make-over pada telur yang telah kubeli dan taraaaaa nasi goreng ala Chef Karen telah tersedia. Aku membawanya ke depan TV untuk menikmati bersamanya.

“Ehm, Ren-Ren mulai besok kita pindah kamar yah?” ucapnya disela-sela suapan.

“Hah? Kenapa pindah kamar?” tanyaku heran. Setahuku kamar kami baik baik saja, tidak hancur seperti kamar tempat si Vampir Edward & Bella bulan madu.

Aneh !

“Ya kan kamunya lagi hamil, kasihan kan Dedeknya diajakin

naik turun tangga mulu. Ntar kalau kepleset atau gimana kan pasti aku yang diomelin semua orang.”

APA? Jadi cuma karena Dedek dan takut diomelin? Lantas dia sama sekali tidak memikirkanku? Mundung pokoknya aku mundung sama suami siagaku ini. “Oke kita pindah ke kamar bawah tapi kamu gak dapet jatah!” ucapku ketus sambil berdiri dan membawa piring ke dapur.

“Yah kok gitu sih Ren? Masa gak dapet jatah? Terus mau ngapain kalau malem-malem?” teriaknya.

“Ya tidur lah, emang mau ngapain lagi?” balasku ikut setengah berteriak.

“Ya udah deh, gak jadi pindah kamar. Nanti bulan depan aja kita pindahnya?”

“Nggak!”

“Ya udah dua bulan lagi.” tawarnya.

“Nggak juga, pokoknya kalau pindah kamar gak ada yang

namanya jatah!”

“Terus kapan dong?” tanyanya, dia sudah menyusulku ke dapur dan kini sedang berdiri disampingku. “Delapan bulan kemudian.” jawabku ringan dan kulihat dia menatapku horror.

“Aku bisa dibunuh sama Mama kalo sampai hamil besar dan kita masih tidur di kamar atas, Ren!”

“Bodo!” Aku berjalan naik ke tangga menuju kamar. Tuh kan suamiku siaga lagi dan lagi hanya memikirkan dirinya

sendiri. Dia takut sama Mama lah, menjaga Dedek lah! Gerrr.

Sikap posesifnya kurasa semakin lama akan semakin menggila. Setelah menawarkan diri menjadi pengawal pribadi dia benar-benar melarangku keluar rumah. Bahkan ke tempat Mama Mertua saja tidak boleh, apalagi pergi ke supermarket. Hasilnya aku akan menjadi wanita rumah-an selama delapan bulan ke depan.

Selamat Karenina!

“Ya udah deh, gak usah pindah kamar tapi kamu gak boleh turun tangga kalau gak ada aku ya!” teriaknya dari

dapur.

Dasar Alvin menyebalkan!

Memangnya dia akan 24 jam disampingku sampai-sampai turun tangga harus menunggunya?

Ini Konyol!

END

Annoying man everTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang