Writen by @nimamumtaz
*Mr. PM ( Posesif bin Mesum )
Langkah pelanku sedikit terhuyung saat pasangan muda yang berjalan didepanku berhenti mendadak untuk berciuman. Ya ampun, apa mereka gak liat ada perempuan sedang kesusahan berjalan dibelakang mereka? Sedikit tergesa -walaupun beresiko- aku mendahului mereka menuju lobby hotel dan mencari sofa empuk untuk sekedar meluruskan punggung dan mengistirahatkan kaki.
Ughhh ... walaupun sepatu ini bersol rata tetap saja membuatku capek dan pegal setengah mati, harusnya aku memakai flat shoes saja tadi dan tidak berusaha menipu diri dengan menggunakan sepatu agak tinggi untuk mengimbangi Dave yang menjulang diatasku.
Dasar bodoh kau Vio !
"Viona ... Heiiii ... Apa kabar? " Suara yang terasa familier itu datang dari sebelah kananku, membuatku otomatis menengok ke empunya suara.
"Diaz .....??? Heiiii ... "
Laki-laki gagah itu mendatangiku dengan langkah lebarnya, diciumnya pipiku ringan dan dia memperhatikanku dari atas kebawah "Wahh lama gak ketemu makin cantik aja kamu Vi. Sendirian ?"
Tersipu kusembunyikan pipiku yang sedikit memanas karena pujian Diaz. Dia benar-benar tidak berubah. "Sama Dave, cuma dia lagi ada perlu sama temennya sebentar. Makanya aku duluan kesini, pusing liat banyak orang di ball room." Ujarku singkat pada Diaz yang masih melihatku dengan senyum lebarnya.
"Lho, kamu ke acara resepsinya Nico juga ? Kenal Nico atau Dishi ? "
"Oww kamu dari sana juga ? Aku malah gak kenal sama pengantennya Di, kebetulan Papanya Dishi direktur salah satu cabang hotel kami di Bandung, makanya Dave musti dateng. Aku mah cuma nemenin."
"Iya, Kalau Nico itu temen kuliahku dulu, kami sama-sama ngambil Ekonomi di Harapan Bangsa. Kalau Dishi, aku gak begitu kenal. Eh, ngomong-omong aku mau punya ponakan baru nih, kapan Vi lahirnya ?" Tangan diaz menyentuh perut atasku yang sudah sangat besar dengan ringan.
"7 bulan, kata dokter 8-9 minggu lagi partus. Kamu kapan nikah? Aku udah mau punya anak dua kamu masih betah sorangan wae!"
Sepupuku itu hanya tertawa kecil mendengar celetukanku, dia seperti hendak menjawab pertanyaan yang kulontarkan saat suara maskulin favoritku muncul dari belakang punggungku.
"Sayang udah lama nunggu ? Maaf ya "
Dave datang bagai angin ribut langsung merengkuh pinggangku erat dan tanpa permisi melumat bibirku dengan rakus. Tak cukup sampai disitu, dia makin memperdalam ciumannya dan menggunakan lidahnya menelusuri bibir dan seluruh rongga mulutku, membuatku mengerang dan menginginkan lebih. Lenguhannya terdengar pelan saat kemudian dia memberikan kecupan lembut dibawah telingaku dan membisikkan kata-kata yang kurasa cukup keras untuk bisa didengar Diaz. "I love you babe." Tangan kekarnya mengelus perut buncitku posesif dan kepalanya menunduk dengan cepat, memberikan ciuman singkat disana "Hai boy, kangen Daddy?"
Aku masih limbung dan sedikit melayang karena efek ciuaman Dave belum juga hilang kurasakan saat suara suami tampanku itu menyapa Diaz. Anehnya suaranya terdengar sedikit ...angkuh ?
"Hai Diaz, kebetulan sekali ketemu disini. Apa kabar ?"
"Baik Mas."
"Sendirian kesini? Udah lama ngobrol sama Istriku?"
Aku mengernyit bingung menyadari nada suara Dave yang sangat-sangat berbeda. Kemana suaranya yang biasanya lemah lembut itu? Kenapa sekarang tampak angkuh? Penekanan kata 'istri' juga sangat jelas kurasakan. Kulirik Diaz yang wajahnya sedikit memerah entah karena apa.
"Iya Mas sendiri aja, baru kok ketemu Vio-nya."
"Sayang masih mau ngobrol sama Diaz?" Nafas Dave terasa sangat dekat ditelingaku, membuatku bulu-bulu ditengkukku meremang.
Aku yang masih sedikit bingung menggeleng pelan. Baru kemudian kusadari kami tidak hanya bertiga disini, dari ekor mata bisa kulihat Adrian -asisten Dave- melihat kami dengan seyum dikulum, juga beberapa orang yang kutau adalah jajaran manager di kantor suamiku juga ada Papi dan Mami. Astaga ... Jadi sedari tadi ???
"Oke Diaz, kami duluan ya. Nyonya udah capek sepertinya, jadi perlu dikasih relaksasi" Kekehan puas penuh kemenangan suamiku membuatku sedikit kesal. Apa sih maksudnya ?
Akupun hanya melambai singkat pada Diaz yang masih terbengong-bengong melihat kepergianku dan Dave.
Sambil menunggu petugas Vallet parking mengambil mobil kami aku menahan rasa penasaran, sebal dan juga marah yang pelan-pelan datang. Tapi sungguh tidak sopan bukan marah-marah didepan umum, apalagi ada mertuaku yang mengekori kami. Parahnya lagi Papi malah tertawa-tawa melihat kelakuan anaknya.
"Tadi itu maksudnya apa?" Ujarku ketus saat kami sudah melaju di jalan protokol. Untungnya malam ini kami tidak jadi menginap di rumah Mami sehingga kalaupun harus berselisih paham tidak perlu mertuaku itu tau.
"Apa sih sayang? aku gak ngerti deh maksud kamu."
"Dave, kamu menciumku didepan umum dengan ... dengan ..." Aku bingung menjelaskannya karena tak juga menemukan kosakata yang tepat " Eehmmm...Pokoknya apa maksudnya itu semua ?" Nada suaraku sedikit tinggi karena kesal.
"Dengan apa ? Iiihh ... kamu gak jelas deh ngomongnya. Tapi bukannya kamu suka dicium begitu? Kita sering kan ciuman begitu? Itukan cuma buat intro kegiatan malam yang sedikit mengambil resiko ngantuk saat pagi." Kekehan puas suamiku membuatku jengkel setengah mati.
"David Raditya Arkhan, gak usah pura-pura didepanku ! Kamu tau kan apa maksudku? Jawab atau kupukul kamu pake hak sepatu!" Kuberikan tatapan membunuh padanya yang malah dibalasnya dengan cengiran kurang ajar.
"Kamu ngomong apa sih sayang? Aku gak ngerti deh."
"Dave !!" Jeritan kesalku malah membuat senyumnya makin lebar
Tak kusangka dia malah menepikan mobilnya ke bahu jalan dan kembali menciumku dengan penuh nafsu. Kemarahanku bagai api yang diguyur air dingin saat dia kembali memesraiku tanpa henti. Nafasku tergagap saat bertubu-tubi dia menciumi seluruh wajahku dan juga perutku yang membusung.
"Kamu istriku. Kamu milikku. Gak ada orang lain yang boleh menyentuhmu apalagi memilikimu. Ngerti itu!" Tatapan tajamnya membuatku bingung. Jadi maksudnya dia..dia...
"Kamu cemburu? Ka ... kamu ...Ya ampun Dave, kamu cemburu sama Diaz ? Hei jagoan liat dong, mana ada yang mau sama perempuan gendut yang hamil besar seperti aku. Kamu juga gak lupa kan kalau Diaz itu sepupuku? Buka matamu !" Ujarku kesal.
"Dengar Nyonya Davit Raditya. Diaz itu suka sama kamu, sekarang pun masih suka, aku tau dari bagaimana cara dia melihatmu. Jadi, dia harus tau kalau haram hukumnya suka sama istri orang. Gak peduli dia itu sepupumu atau bukan. Bahkan jika Juna berani-beraninya pegang-pegang kamu kayak tadi awas aja!" Dengan santai dia kembali menyalakan mobil, membiarkanku terbengong sendirian "Ngomong ngomong soal perempuan hamil, kamu itu seksi banget saat hamil gini dan jangan tanya siapa yang mau sama perempuan hamil dan gendut, karena kamu akan dapet jawabannya kira-kira... emmm 10 menit lagi." Cengiran puas dan melecehkan itu menghiasi bibir seksi suamiku sebelum dia melaju kencang memasuki perumahan tempat kami tinggal.
Aaaaarrrgggghhhhh.... Daviidd !!
![](https://img.wattpad.com/cover/5361003-288-k678158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying man ever
General FictionCerita di sini adalah kumpulan flash fiction dari beberapa penulis tentang Annoying man ever atau cowok2 nyebelin lah intinya... Hahaa