13

155 6 0
                                    

"Kak." Ranty tersenyum karena sudah selesai dia mengelap tangannya yang basah tapi tiba-tiba tangannya ditarik Ammar perlahan sampai dia menghadap Ammar, Ammar lagi-lagi menatapnya "kenapa Kak." Tanya Ranty pelan
Ammar mengangkat tangan kirinya pelan dia dekatkan diwajah Ranty tapi tidak sampai menyentuhnya, perlahan Ammar mendekat dan Ranty mulai takut tapi dia hanya bisa diam saat semakin dekat bahkan hidung mereka sudah saling menyentuh Ammar menggerakkan kepalanya dan
"maaf maaf aku lama s...o...alnya." teriak Kevin dan terdiam melihat Ammar dan Ranty buru-buru dia membalikkan badannya Ammar menjauh dan Ranty membalikkan badannya menghadap tembok "maaf maaf maaf aku nggak tahu kalau maaf oke aku pergi." Kevin hendak melangkah tapi
"Vin." Panggil Ammar dia memejamkan matanya memegangi tengkuk belakangnya menarik napas dan memperhatikan Ranty yang sudah seperti kepiting rebus
"maaf aku maaf aku pergi aja ya." Kevin merasa tidak enak dengan Ammar karena mengganggu nya barusan
"gue mau minum obatnya loe lama amat sih." Balas Ammar memegang tangan Ranty lembut Ranty menoleh menatapnya Ammar tersenyum dan Ranty membalasnya kemudian Ammar melepaskan tangannya lalu berjalan mendekati Kevin "mana." Ammar mengulurkan tangannya
"kamu nggak marah kan." tanya Kevin
"marahnya ntar aja kalau kepiting rebusnya udah pulang." Ammar berbisik pelan pada Kevin dan tersenyum
"gila deketin sana." Kevin memukul pelan lengan Ammar
"kalau gue yang deketin gue cium dia gimana." Jawab Ammar sekenanya
"anak orang itu." Kevin menggoyangkan kepalanya meminta Ammar mendekati Ranty "jangan macem-macem pacar bukan sana."
"iya Kakak es balok." Ammar memukulkan pelan keningnya kekening Kevin
"masih aja sstt." Kevin meringis dan tersenyum karena dia merasa sangat dekat saat Ammar melakukannya itulah sifat Ammar yang tenang bercanda nya yang selalu Kevin harapkan dari seorang adik yang selama ini dia rawat saat becanda itu datang sakit Ammar seperti hilang ditelan senyumannya "kamu merubah semuanya Ranty."
Meski tadi Ranty merasa gugup didepan Kevin lama-lama semua mencair karena candaan Ammar mereka bertiga tertawa bersama terlebih Ammar yang memang suka sekali berkumpul dengan orang banyak yang dia anggap dekat meski kadang dia tiba-tiba tidak peduli dengan apa yang ada didekatnya
Ranty mendapat pesan dari Milla karena ada klien yang mencarinya, Ranty pamit pulang. Dijalan Ranty mengingat lagi kelmbutan Ammar padanya dan ini membuat dia semakin penasaran dengan Ammar kenapa dia yang lembut seperti tadi kemarin kasar pemarah apalagi dia mencoba bunuh diri
"hmmm sebenarnya siapa sih dia." Ranty semakin penasaran tapi dia tiba-tiba tersenyum mengingat candaan Ammar tadi "hmmm." Dia memejamkan matanya lalu teringat saat hidung Ammar menyentuh hidung nya dia membuka matanya "kenapa inget itu sih." Awalnya dia mengerutkan keningnya dan dia perlahan memegang hidungnya sendiri lalu tersenyum "sudah ahh gila." Dia tersenyum
Ranty sampai di caffe dia langsung masuk karena sudah ditunggu orang setelah selesai bertemu orang tersebut dia mengumpulkan semua orang yang membantunya dicaffe
"oke emm saya mengumpulkan kalian semua karena saya senang karena berkat bantuan kalian semua pekerjaan saya sama Milla sangat terbantu tapi saya sebagai pemilik caffe ini cuma berpesan kita bekerja didunia kuliner selain penampilan nya yang menarik kita juga harus mengutamakan rasa tadi saya baru saja ditegur seseorang kalau kita semua harus menambah menu di caffe kita jadi nanti kalau ada ide bilang ya." Jelas Ranty
Setelah semua paham dengan beberapa masukan mereka melanjutkan lagi pekerjaan mereka masing-masing, Ranty pulang karena dia pengen istirahat Milla yang tinggal. Malamnya saat berbaring Ranty memeluk guling dan dia tersenyum wajah Ammar tiba-tiba muncul dilangit-langit kamarnya Ammar tersenyum padanya
"kenapa sih ganggu aja sana pergi aku mau tidur." Pinta Ranty lalu menutup dirinya dengan selimut, ditempat lain Milla yang sedang dimeja kasir tersenyum sendiri mengingat Kevin
Ammar dan Kevin bermain game belum selesai Ammar sudah membaringkan tubuhnya
"belum selesai kali." Kevin kecewa
"udah ahh capek." Ammar dengan kedua tangannya dia jadikan bantal
"ahhh." Kevin juga berbaring disamping Ammar sama seperti Ammar tangannya juga dia jadikan bantal, Ammar tersenyum mengingat Ranty dan ternyata Kevin juga tersenyum sendiri "sepertinya kita gila sama dua sahabat itu." pinta Kevin
"matanya indah hitam dan beda dari perempuan yang lain." Balas Ammar
"senyumnya manis tatapannya menusuk bikin nggak bisa tidur." Tambah Kevin
"dia natural polos baik." Ammar lagi
"cantik pinter." Kevin juga
"Ranty." Ammar tersenyum
"Milla." Kevin juga tersenyum
Mereka saling menatap dan tersenyum
"kamu suka sama Ranty." tanya Kevin
"loe suka sama Milla." Tanya Ammar balik
"gantian tanya." Kevin mengerutkan keningnya
"kalau loe suka gue juga jawab iya." Ammar tersenyum
"dasar bilang aja iya." Kevin mengacak-acak rambut Ammar
"nikah bareng dong." Ammar memainkan alisnya
"kuliah dulu woii nikah terus apa iya tu perempuan mau sama kita." Balas Kevin
"paksa aja kalau nggak diculik." Timpal Ammar sekenanya
"gila anak orang itu." Kevin mengerutkan keningnya
"ssttt." Ammar memegangi kepalanya
"kenapa." Kevin duduk
"pusing mikirin hati gue." Ammar datar memegangi kepalanya
"huhhhh." Kevin mendorong Ammar "ini hati es serut." Kevin menarik tangan Ammar menaruhnya didada Ammar "bukan ini." Kevin menjitak pelan kepala Ammar
"hahhaaaa udah ahh ngantuk." Ammar yang berbaring langsung berdiri
"hisssstt ternyata belajar waktu itu masih kamu inget." Kevin duduk disofa
"gue belum tua kali udah ahh bye sana mikirin Milla ohhh Milla aku sayang sama kamu ohhh." Ammar seraya berjalan naik keatas
"hmmm gila ohhh Ranty aku tergila-gila sama kamu hmmm ohhh Ranty." balas Kevin dan Ammar buru-buru membalikkan badannya lalu membulatkan matanya Kevin menjulurkan lidahnya "udah sana diminum obatnya." Suruh Kevin
Ammar senyum-senyum sendiri saat masuk kekamarnya dia mengambil obat dimeja lalu meminumnya setelah itu dia membaringkan tubuhnya diranjang dia tersenyum Ranty dikamarnya juga tersenyum begitu juga dengan Kevin dan Milla
"Dion." Ranty setelah keluar dari rumahnya
"haii pagi." Dion menghampiri Ranty
"ngapain nggak masuk kok disini sih." Pinta Ranty
"emm iya nggak apa-apa takut ganggu loe sarapan." Jawab Dion
"nggak kok biasa aja." Balas Ranty
"Ran." Panggil Dion
"iya." Ranty menaikkan alisnya
"loe mau kan maafin gue masalah waktu itu." tanya Dion meraih tangan Ranty "gue tahu gue salah."
"sudah lah lupain aja lagian kita belum ada hubungan apa-apa." Jawab Ranty melangkah ke mobilnya
"Ran gue mau mulai dari awal lagi gue mau deket lagi sama loe deket kayak dulu lagi Ran." Dion menarik tangan Ranty
"apa yang mau diulang sudah lah sekarang kamu punya kehidupan sendiri aku sama mending jalani kedepan kita harus apa." Jawab Ranty menarik tangannya
"please Ran gue mau loe." Tambah Dion lagi Ranty masuk kedalam mobilnya "Ran gue nggak akan berhenti buat buktiin kalau gue serius sama loe." Teriak Dion
Ranty membuka kaca mobilnya "masih banyak perempuan lain diluar sana Dion sudah lah tatap masa depan kamu semua yang dibelakang nggak harus disalahkan." Ranty menjalankan mobilnya
"gue nggak perduli Ran asal loe tahu sampai kapan pun gue akan buat loe suka lagi sama gue." Teriak Dion lagi
Kembali kebelakang sedikit, dulu Ranty dan Dion sangat dekat bahkan mereka sangat dekat, Ranty merasa nyaman ketika dekat dengan Dion, Dion murid baru di SMA nya waktu dia kelas 2 sampai-sampai orang tua Dion menganggap kalau Ranty adalah menantu mereka, saat mereka semakin dekat datang lah Ida dari Malang tempat darimana Dion sebelum ke Jakarta
Kedatangan Ida membuat Ranty dan Dion semakin jauh bahkan Ranty sempat memergoki Dion tengah mencium Ida dikamarnya saat Ranty datang kerumahnya, Dion yang izin tidak masuk sekaolah karena sakit membuatnya semakin sakit karena ternyata dia bersama perempuan lain. Sejak kejadian itu Ranty hanya menganggap Dion teman tidak lebih tapi Dion memiliki perasaan yang masih sama menyukai Ranty
"gue nggak akan biarin loe dekat sama siapa pun Ranty sayang." Dion mengatupkan giginya menarik napas dan membuangnya kasar "gue nggak akan lepas loe bahkan sama senior itu hmmm." Dion dengan senyum jahatnya
Ranty jadi teringat masa lalunya bersama Dion dan dia teringat saat Dion dikamar siang itu, sejak kejadian itu rasa nyaman dalam hatinya berubah datar kembali semua terasa hilang siang itu juga, tiba-tiba Ranty teringat Ammar laki-laki yang baru dia kenal laki-laki yang membuatnya kembali merasakan nyaman tapi ini semua terlalu awal untuk memutuskan
"siapa kamu sebenarnya Kak Ammar, aku pengen tahu siapa kamu sebenarnya apa yang ada dalam diri kamu kenapa kamu sebenarnya." Ranty tiba-tiba berbicara sendiri ketika teringat Ammar
"hahhh gila." Ranty membuang napas "hmmm."
Kevin berusaha keras membangunkan Ammar yang bermalas-malasan ditempat tidur
"ayolah sudah sembuh kan bangun." Kevin menarik tangan Ammar
"apaan sih masih mau lanjutin mimpi nich nanti dia lari." Ammar malas
"hahhaaa mana ada lanjutin mimpi mending buka mata kamau terus liat dia didunia nyata, dia ada kelas hari ini ayo." Kevin tidak mau kalah dengan Ammar yang membatu ditempat tidur
"Ranty." Ammar duduk membulatkan matanya
"tu kan bener pikirannya ngeres." Kevin menutup wajah Ammar dengan bantal
"dia cantik banget ya pengen peluk dia." Ammar memeluk Kevin erat
"ihhh apaan sih." Kevin memberontak
"pengen peluk loe." Ammar makin memperat pelukannya
"lepas." Kevin dengan suaranya yang tertahan lalu terlepaskan dia dari Ammar
"hhahhhaaa." Ammar tertawa puas
"malah ketawa sudah sana mandi awas lama-lama." Ancam Kevin seraya berjalan keluar
Tak lama mereka sudah berangkat ke kampus, sampai dikampus Ammar langsung kekantin karena haus
"jangan beli mie lambung kamu." Teriak Kevin dan Ammar tidak peduli "dasar." Kevin menggerutu
Ammar memesan minuman jahe untuk menghangatkan badannya dia menikmati minumannya dilengkapi hisapan asap dari rokoknya sengaja dia memilih tempat terbuka dibelakang kantin karena dia sudah sering diusir oleh mahasiswa lain meski kadang dia juga tidak perdul
"haiii." Sapa seseorang

Aku ada karena Kau adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang