20

175 9 0
                                    

"tetaplah bersinar meski aku dalam keadaan apa pun." Pinta Ammar
"iya tapi Ranty mau minta satu hal sama Kak Ammar." jawab Ranty
"apa kamu mau apa dari aku kalau aku bisa aku akan lakukan." Balas Ammar
"Ranty minta Kak Ammar jangan pernah sakiti tubuh Kakak sendiri ya Ranty nggak sanggup lihat Kak Ammar penuh luka berdarah dan ya satu hal itu saja." Pinta Ranty dengan matanya yang memerah
"hmmm." Ammar tersenyum masih memegang kedua tangan Ranty "iya aku akan berusaha sebisaku untuk tidak berbuat hal bodoh tapi jika aku melakukannya itu diluar pemikiranku." Jawab Ammar menatap Ranty
"kenapa memangnya kenapa Kak." Tanya Ranty lagi
"waktu yang akan menjawabnya untuk saat ini kamu nggak perlu buru-buru tahu karena aku nggak mau jauh dari kamu." Ammar mencium tangan Ranty
"memangnya kenapa harus waktu yang menjawabnya kenapa bukan Kak Ammar aja yang kasih tahu." Minta Ranty
"karena aku nggak mau kamu pergi karena masalah ini." Jawab Ammar
"bukankah hubungan yang baik itu harus diawali dengan kejujuran meski itu menyakitkan." Jelas Ranty
"kamu akan tahu nanti." Ammar tersenyum
"ya sudah Ranty hargai ini semua." Ranty mengiyakan kata-kata Ammar
"jangan marah ya." Ammar menaikkan alisnya
"nggak kenapa harus marah." Jawab Ranty
Ammar memeluknya "sekali lagi aku mau bilang kamu nafas ku jadi jangan pernah pergi ya." Ranty tersenyum membelai pipi Ammar lembut
Setelah malam itu tepatnya hampir satu bulan setelahnya Ammar terlihat menjauhi hal-hal yang menyakiti dirinya, saat emosinya tidak terkendali Ammar meminta Kevin untuk mengikatnya awalnya Kevin menolak tapi ini demi kebaikan Ammar
"ini yang terakhir aku ikat kamu aku nggak tega lihat kamu Ammar kamu adik aku kamu sehat kenapa aku harus ikat kamu." Kevin gemetar tapi Ammar hanya diam matanya tertuju pada pisau buah yang ada di meja kamarnya
"kamu lihat apa sih heiii." Bentak Kevin karena mata Ammar terlihat kosong
"aaaaaaa." Ammar berteriak sekuatnya "aku benci kamu Alex kenapa kamu pulang." Ammar masih berteriak dengan penuh kemarahan
"Ammar sudah tenang kamu pasti bisa mengendalikan emosi kamu." Kevin memegang erat tangan Ammar
"kenapa." Alex datang bersandar didepan pintu
"ngapain kamu kesini pergi nggak." Bentak Kevin "kurang puas kamu mancing-mancing emosi Ammar dimana hati kamu."
"hehhh sudah lah biarin aja lagian kalau sakit dia sendiri kan bukan loe sudah lah Vin." Alex tersenyum miring
"jaga mulut kamu." Teriak Kevin
"hmmmm." Ammar memberontak
"ayo Ammar cepat ini gue punya sesuatu buat loe." Alex melemparkan pistol dari tangannya didekat Ammar
"Alex." Kevin berlari mendekati Alex
"hahh loe tu nggak berguna Ammar kelahiran loe hanya buat beban orang lain Mama saja nggak mau terima kamu apalagi orang lain, kalau loe mau disayang Mama jauhi alkohol dong rokok juga hmmm enak jadi gue." Teriak Alex
"Alex." Kevin memukul Alex dengan keras sampai dia tersungkur
"ayo Ammar buat apa kamu hidup." Teriak Alex dan tersenyum Kevin mengangkat tubuh Alex tanpa Kevin sadari Ammar sudah terlepas dari ikatannya
"lebih baik kamu pergi." Kevin menarik Alex keluar dari kamar Ammar, Ammar sudah memegang pistol yang ada dilantai matanya masih penuh kemarahan
"aku memang tidak berguna aku benci kamu Ammar." tangannya memegang kuat pistol ditangannya lama-kelamaan dia tersenyum "hmmm kalau aku mati kamu akan bahagia Ma." Dia mengarahkan pistol itu kekepalanya
"kalau kamu bisa jaga diri kamu untuk tidak menghina Ammar silahkan kamu tinggal disini tapi kalau kamu tidak bisa lebih baik kamu pergi." Kevin masih menarik kerah baju Alex
"hmm loe lupa ini rumah gue seharusnya gue yang usir loe." Jawab Alex santai
"oke aku memang menumpang disini aku hidup disini tapi semua buat adik kamu saudara kamu kemana kamu selama ini kenapa kamu tidak merawat adik kamu kenapa Alex kenapa kamu malah menbencinya apa salah dia jelas-jelas dia tidak tertarik dengan kekayaan kamu sadar dong sadar." Kevin melepaskan tangannya dan Alex hanya menatapnya tenang
"sadar dong dia adik kamu apa iya dia selama ini ada satu tindakan ingin merebut harta yang diberikan sama kamu, kamu tahu dia hanya butuh perhatian yang lebih kamu tahu kan dia kenapa kamu tahu Alex." Kevin dengan matanya yang berkaca-kaca dia terduduk bersimpuh dibawah Alex "aku mohon sama kamu sadar kalau kamu belum bisa menyayanginya sekarang setidaknya jangan buat dia emosi buat dia marah aku mohon sama kamu." Kevin menangkupkan kedua tangannya
Ranty dan Milla ternyata ada didepan pintu sudah sejak lama
"Kak Kevin." Milla berlari mendekati Kevin "kenapa Kak jangan lakuin ini ayo berdiri." Milla tanpa dia sadari meneteskan air matanya
"biarkan aku rela bersimpuh didepannya asal dia bisa mengerti Ammar." Kevin pelan tetap menatap Alex
"ayo Kak berdiri." Milla menarik tangan Kevin membantunya berdiri
"aku nggak mau kehilangan Ammar Mill." Kevin frustasi wajahnya terlihat lelah
"sudah Kak." Milla memeluk Kevin "Kak Ammar nggak akan kemana-mana." Milla mencoba menenangkan Kevin
"Kak Ammar kemana Kak." Tanya Ranty serak karena dia juga sudah tidak bisa menahan air matanya melihat ketulusan Kevin pada Ammar. Alex masih terdiam dia teringat waktu Ammar bayi yang putih dengan senyuman manisnya Alex sangat senang mempunyai adik setiap ada kesempatan dia datang kerumah Kevin untuk sekedar memeluk Ammar menciumnya dan mengajaknya bermain tapi semenjak dia dipisahkan dengan Ammar dan mendapat kata-kata dari Mama nya dia berubah, Alex terduduk dengan kasar disofa
"Ammar." Kevin ingat Ammar tengah sendirian diatas dia langsung berlari Milla dan Ranty mengikutinya "Ammar." Kevin didepan pintu dia melihat kamar Ammar sudah berantakan Ammar tengah berdiri disamping lemari bajunya dengan pistol yang dia arahkan dikepalanya
"buat apa aku hidup lagi Vin hanya kamu yang memberi kebebasan pada ku ya itu baik tapi buat apa." Ammar pelan
"Ammar lepasan pistol itu buang Ammar aku mohon sama kamu ini aku Kevin." Kevin dengan pelan mendekati Ammar
"Kak Ammar." Ranty menutup mulutnya dengan kedua tangannya
"Ranty kamu harus tenang." Milla mencoba menangkan Ranty
"Kak Ammar." Ranty berlari mendekati Ammar
"Ranty." teriak Milla
"Ranty apa yang kamu lakukan." Tambah Kevin
"Kak ini aku Ranty orang yang sayang sama kamu, Kakak masih ingat kan apa janji Kakak sama Ranty, Kak Ammar pasti masih ingat kan kalau Kak Ammar pernah bilang kalau Ranty napas Kakak." Ranty mencoba menenangkan Ammar
"tapi Mama tetap tidak peduli pada ku wanita yang mengandungku membenci ku." Jawab Ammar
"Kak lepas ya ini bahaya Ranty mohon." Ranty menatap Ammar
"tapi aku nggak bisa buat apa aku hidup aku juga mau disayang orang tuaku tapi apa." Ammar kasar "buat apa." Teriak Ammar tanpa merubah posisi pistolnya
"Kak." Ranty menarik tangan Ammar "Ranty butuh Kakak Ranty sayang sama Kak Ammar." balas Ranty
"Ranty sudah." Teriak Kevin
"Ranty sudah aku mohon." Tambah Milla
"Kak Kak Ammar dengar Ranty kan Ranty mohon lepaskan." Ranty masih saja mencoba menenangkan Ammar tapi mata Ammar malah semakin penuh dengan kemarahan Ranty memeluk Ammar "Kak please Ranty mohon lepaskan Kak."
Kevin dengan diam-diam menarik tangan Ammar yang memegang pistol tapi Ammar memegangnya sangat kuat membuat Kevin harus melepaskan dengan sekuat tenaga mereka saling menarik
"sudah Kak ini bahaya." Milla menarik tangan Kevin
"kamu saja yang pergi." Saran Kevin dan
"darrrr." Pistol itu mengeluarkan suara yang sangat keras, Kevin langsung melepaskan tangannya, Alex yang masih terdiam langsung melihat keatas
"Ammar." dia langsung berdiri "nggak." Dia berlari keatas
Ranty langsung melepaskan pelukannya dan melihat Ammar memeriksa kepala tangan dan tubuh Ammar tapi dia tidak kenapa-kenapa tidak ada yang terluka, mata Ammar menatap kosong
"ssttttt." Milla bersimpuh bersimbah darah ternyata peluru itu mengenai lengan dalam Milla
"Milla." Teriak Kevin
Ranty menoleh dan melihat Milla yang sudah berdaran bersimpuh lemah
"Milla maafin aku Milla." Kevin membantu Milla duduk
"Ammar." Alex didepan pintu
"maafin aku Milla." Kevin memeluk Milla
"Milla." Ranty menangis Ammar masih saja diam tapi pistol ditanganya sudah terlepas
"Ammar." Alex mendekati Ammar "kalian bawa dia kerumah sakit dan ingat ini salah ku jadi kalau mau panggil polisi aku saja yang kalian laporkan ini bukan salah Kevin atau Ammar ini salah ku cepat sebelum dia kehabisan darah." Saran Alex dia mengangkat tubuh lemah Ammar ketempat tidur, Kevin mengangkat Milla yang sudah tidak sadarkan diri Ranty mengikutinya
Entah angin apa yang membawa Alex dia memeluk Ammar "maaf ya." Tapi Ammar hanya diam pandangannya kosong
Segera mungkin Alex membersihkan semua yang ada dikamar Ammar samapi bersih, lalu dia menyembunyikan pistol itu dilantai tepatnya dibawah tempat tidurnya
"semoga tidak terjadi apa-apa." Alex lalu keluar kembali ke kamar Ammar
Kevin dan Ranty sudah sampai dirumah sakit tapi Milla sudah sangat banyak kehilangan darah Ranty tidak berani memberitahukan orang tua Milla tapi berkat Kevin akhirnya Ranty berani memberitahukan. Milla masih dalam keadaan kritis didalam, Dokter yang keluar sebentar hanya memberitahukan kalau Milla butuh donor darah keadaanya sangat kritis.
Setelah orang tua Milla datang mereka langsung mendonorkan darahnya untuk anaknya, masa kritis itu sudah lewat. Milla sudah boleh pulang setelah satu pekan dirawat, dan Ranty hari ini kekampus saat Ranty hendak pulang dan diparkiran
"aku mau minta maaf sama kamu." Ammar menarik tangan Ranty yang hendak masuk kemobilnya "kenapa kamu nggak pernah angkat telfon ku nggak mau bales WA ku kenapa." Tanya Ammar tapi Ranty hanya diam "oke aku memang salah maaf aku minta maaf aku tidak tahu apa yang terjadi pada ku." Jelas Ammar
"sudah lah Kak Ranty mau pulang." Ranty menarik tangannya
"kamu mau menjauhi aku iya." Tanya Ammar lagi
"Kak lepas aku mau pulang lepas." Ranty menarik lagi tangannya dan akhirnya terlepaslah tangannya
"Ranty." panggil Ammar tapi Ranty tidak peduli lagi dia melajukan mobilnya "aku tahu aku salah maaf Ranty kamu tahu kan aku sayang sama kamu." Teriak Ammar tapi mobil Ranty semakin jauh
"maaf Kak mungkin dengan ini Kak Ammar akan tahu kalau aku tidak hanya peduli dengan Kakak saja tapi Milla lebih dari sahabat buatku, seharusnya Kakak sadar waktu itu dan tidak egois." Ranty meneteskan air matanya
Ammar masuk kedalam mobilnya dan mengejar mobil Ranty, Ranty sampai dan langsung masuk kedalam kamarnya lalu mengunci kamarnya karena dia tahu mobil Ammar mengikutinya
Ammar yang sampai langsung mengetuk pintu dan dibukakan oleh pembantu keluarga Ranty, setelah menjelaskan Ammar diperbolehkan naik
"Ranty buka pintunya ini aku, please maafin aku aku tahu aku salah." Ammar mengetuk pelan pintu kamar Ranty tapi tidak ada jawaban "oke kalau kamu nggak mau maafin aku, aku akan pergi dari kehidupan kamu hari ini juga aku tidak akan menemui kamu lagi buat apa aku disini tanpa maaf dari kamu, aku sudah dibenci orang tuaku bahkan sekarang kamu sudah membenciku terimakasih sudah mau dekat dengan ku selama ini." Ammar dengan menahan air matanya
Ranty menangis dia tidak tahan lagi dengan kata-kata Ammar tapi rasa kecewanya masih memenuhi otaknya
"hremmmzzz." Ammar menahan ingusnya yang akan keluar "selamat tinggal wanita ku." Ammar melangkah pergi dan melajukan mobilnya menuju bandara, tak lama Kevin datang

Aku ada karena Kau adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang