21

138 8 0
                                    

Maaf banyak typo

****

"Non ini mbak itu ada Mas Kevin didepan." Mbak Murti pelan, Ranty perlahan membukanya
"sama siapa." Tanya Ranty
"sendirian." Jawabnya
"ya." Ranty berjalan turun
"Ranty kamu tahu Ammar dimana." Tanya Kevin dengan panik dia terihat frutasi wajahnya kusut
"memangnya kenapa Kak." Ranty balik bertanya
"dari semalam dia pergi dan belum pulang tadi aku ke kampus ada yang bilang kalau dia pergi sama kamu." Jawab Kevin
"iya barusan dia dari sini tapi aku nggak tahu sekarang kemana, maaf Kak Ranty belum bisa menemuinya Ranty butuh ketenangan untuk mengerti ini semua hal yang sudah terjadi." Jelas Ranty
"hari ini Alex pulang ke Eropa mungkin Ammar." Kevin ingat sesuatu "aku pergi dulu." Kevin berlari keluar dan melajukan mobilnya
Saat dia sudah sampai dibandara dia mencari Ammar, saat dia mulai lelah mencari dia melihat Alex membeli miuman
"Alex." Panggil Kevin
"Ammar ada sama ku dia mau ikut akhirnya dia mau." Alex tersenyum
"huhhh syukurlah dia ada." Kevin terlihat lega dan dia duduk
"dia tahu kalau aku akan pulang makanya dia langsung kesini." Jelas Alex
"jadi dia mau pergi sama kamu bagaimana dengan ku." Tanya Kevin
"kamu harus melanjutkan hidup kamu Vin kamu mau menikahi Milla kan nikahi dia biar kamu tenang nggak perlu khawatir sama Ammar aku akan jaga dia maaf jika selama ini aku bodoh mengikuti kata-kata Mama, aku akan buat Mama sadar dan tahu kesalahannya telah membuang Ammar." Alex berjanji
"iya aku tahu itu tapi aku sudah terlanjur sayang sama Ammar." balas Kevin
"lanjutkan hidup kamu Vin biarkan Ammar bersama kami keluarga sesungguhnya yang harus selalu ada buatnya dan kami harus menebus semuanya." Tambah Alex setelah mendengar penjelasan Alex sedikit demi sedikit Kevin memahaminya karena selama ini Ammar menantikan waktu ini
Saat Kevin mencari Ammar ternyata Ammar sudah masuk dalam pesawat
"aku titip Ammar sama kamu jaga dia ngertiin dia dan tolong jangan buat dia emosi." Pesan Kevin
"oke pasti jaga diri kamu dan kamu harus melanjutkan hidup mu meski tanpa Ammar." pinta Alex, mereka saling memeluk lalu Alex harus pergi
Setelah keberangkatan Ammar yang jauh dari nya semua terasa ada yang kosong dalam hidup Kevin, dia merasa hidup hampa saat sendiri saat bahagia apalagi saat dia merasa mulai lelah dengan urusannya. Biasanya saat dia mulai lelah Ammar selalu berbuat konyol yang membuat marah kadang tertawa bahkan kadang semua terasa aneh
Sampai dirumah Alex langsung masuk
"ayo Ammar masuk ini rumah kamu juga." Ajak Alex
"apa aku masih diterima apa aku akan dihina lagi seperti waktu aku datang tiba-tiba." Ammar memperhatikan rumah yang cukup besar itu
"nggak ada lagi itu semua sudah berakhir." Jawab Alex dan akhirnya Ammar mau masuk setelah mendengar jawaban Alex
Saat masuk Mamanya langsung menyapa lembut Alex menciuminya, tapi tidak peduli dengan Ammar
"Ammar." Papanya turun dari atas
"Pa." Ammar berlari menghampiri Papanya
"Papa kangen sama kamu Ammar, kenapa lama banget datangnya." Papanya memeluknya
"iya Pa maaf." Jawab Ammar
"buat apa kesini lagi merepotkan." Mamanya sinis
"Ma." Papanya membulatkan matanya
"Ma sudahlah." Alex mencoba menenangkan Mamanya
Papanya dan Alex mencoba menenangkan Mamanya menjelaskan semua tentang Ammar, tapi Ammar hanya diam menjelaskan. Sedikit demi sedikit Mamanya tersadar dia ingat sejak dalam kandungan dia sudah menyiksa Ammar bahkan dia tidak pernah memeriksakan Ammar ke dokter, tiba-tiba air matanya menetes
"Ammar." mengulurkan tangannya meminta Ammar memeluknya, Ammar langsung duduk bersimpuh dibawahnya "maafin Mama selama ini Nak." Membelai lembut kepala Ammar
"Ammar yang harus minta maaf Ma, Ammar sudah membuat Mama kesal bahkan mungkin kehadiran Ammar itu sebuah kesalahan maaf Ma jika Ammar hanya membuat beban buat Mama." Pinta Ammar
"Mama yang salah Ammar maafin Mama mungkin sebutan ibu manusia paling mulia tidak untuk Mama." Mamanya menangis memeluk Ammar
"nggak Ma ini semua karena Ammar, Mama jangan bilang seperti itu Ammar hanya ingin mulai detik ini sayangi Ammar seperti anak-anak lainnya, terimakasih Ma Pa Kak hmm Ammar minta maaf kalau selama ini salah." Ammar dengan suara seraknya
Papanya memeluk dari kiri disusul Alex dari kanan, sejak saat itu Ammar menjadi anak yang paling dimanja layaknya anak kecil yang baru hadir dikeluarga itu, semua yang diinginkan Ammar pasti dipenuhi tidak ada lagi larangan berbuat apapun sesuai dengan keinginannya.
Ranty menjalani hidupnya seperti biasa sebelum mengenal Ammar karena dia fikir mungkin mereka bukan jodoh, dia kuliah dan menjalankan usahanya. Banyak yang ingin mengisi hati kosongnya tapi dari lubuk hatinya yang paling dalam dia masih menyayangi Ammar karena Ammar lah yang membuat dia merasakan sedih takut dan bahagia
"kamu apa kabar Kak." Ranty duduk bersandar di kursi kerjanya " hmmm kenapa sih diingat pergi pergi pergi." Ranty memejamkan matanya
"apanya yang pergi." Milla masuk membawa secangkir teh
"hahhh nggak." Ranty menegakkan badannya
"ya sudah kalau nggak." Milla keluar lagi
"yeee main pergi aja kemana bu." Milla tersenyum
"diluar banyak pengunjung bu permisi ya bu." Milla menutup pintu
"yeee dasar." Ranty tersenyum tapi tiba-tiba ada wajah Ammar dicangkir tehnya "nggak." Ranty menggeleng dan menutup matanya
Ditempat lain Kevin juga sedang melamun, akhir-akhir ini dia sangat sibuk meski sudah tidak menjadi ketua senat dikampus tapi kini bebannya lebih besar, memimpin salah satu perusahaan keluarga adalah tanggungjawabnya saat ini. Kevin yang amanah tidak pernah memberitahu dimana tempat tinggal Ammar pada Ranty yang Kevin bilang Ammar sudah bersama keluarga sesungguhnya dia, dia tinggal di Eropa itulah keinginan Ammar meski sesungguhnya hatinya sakit
Baru saja dia bicara dengan Ammar lewat telepon tapi rasanya masih saja dia ingin bertemu secara langsung.
"nggak kerasa sudah hampir 1 setengah tahun kita nggak ketemu Ammar, walau baru saja kamu menghubungi aku rasanya masih kurang andai skripsiku sudah selesai pasti aku akan menemui kamu." Kevin melamun
Sudah hampir satu setengah tahun Ammar hidup bersama keluarga nya, meski keluarga terlebih Mamanya sudah mau menerimanya tapi keadaannya semakin buruk dia sering pulang pagi dan tidak bisa lepas dari alkohol lagi, kini dia tidak punya wajah ceria, dia juga sering menyakiti tubuhnya sendiri saat merasa kacau dengan perasaannya sendiri
Yang Kevin tahu Ammar baik-baik saja karena saat menghubungi Kevin, Ammar berusaha sebisanya dia buat dirinya seperti orang normal pada umumnya. Bahkan sekarang Ammar juga pengguna obat-obatan. Malam ini Ammar tengah mengunci diri dikamarnya dia sudah menyakiti tubuhya dia menyayat tangannya sendiri darah nya sudah banyak yang keluar
"kenapa aku harus kenal kamu sssttttt." Ammar meringis "ssstttttt huhhhhhhh." Ammar membuang pisau ditangannya, dia bangkit dan mengambil obat lalu mengobati lukanya sendiri dan memasang perban pada lukanya
"kenapa lagi." Tanya Alex berdiri didepan pintu "sakit." Tanya Alex
"hmm." Ammar tersenyum
"gue mau keluar ikut nggak." Tanya Alex lagi
"boleh." Jawab Ammar
Ketergantungan Ammar pada alkohol dan obat-obatan sudah tidak bisa diobati, dia selalu menutupinya dari keluarganya, sampai suatu pagi dia sedang menggosok giginya dia batuk dan darah segar keluar dari mulutnya, dia tidak mau memberitahu keluarga bahkan dia juga tidak mau meninggalkan alkohol rokok dan obat-obatan
Hari ini Ranty pergi kepuncak bersama Milla, Ranty mengajak Milla untuk paradigling dan ternyata Kevin ikut tanpa sepengetahuan mereka
"kok tahu kita kesini." Tanya Milla saat tahu Kevin datang
"tanya aja sama Ranty." jawab Kevin
"iya Ran." Tanya Milla
"semalem aku hubungi Kak Kevin niatnya sih mau tanya biasa tapi kepancing dech terus keceplosan dech." Jawab Ranty
"ya udah kalau keberatan aku pulang lagi." Kevin hendak berjalan lagi ke mobilnya
"marah nggak kok ayo." Milla menarik tangan Kevin
"beneran." Tanya Kevin menaikkan alisnya
"iya Kak Kevin sayang." Milla tersenyum
"ehemmm." Ranty berdehem
"apa sih." Milla mencolek tangan Ranty
"iya iya yang mau menikah sayang sayang terus." Ranty mengerutkan keningnya
"nggak sayang ayo, ayo Kak." Milla menggandeng tangan Ranty dan mengajak Kevin
"ini kan tempat Ammar, emmm kamu kangen kan sama Ammar." tanya Kevin
"hahhh enggak ahh." Ranty mencari alasan dengan teru memakai alat pengamannya
"bilang aja iya, emm Kak Ammar kapan ke Indonesia Kak ada yang kangen nih." Ledek Milla
"sudah lanjutin aja aku duluan." Ranty pergi dan siap untuk terbang
Saat terbang Ranty seperti kembali pada saat itu semua beban yang dia rasakan hilang tapi dia kian sulit melupakan bayangan Ammar
"Kak Ammar hmmm." Dia dalam hati, setelah turun dan melepaskan bebannya dengan terbang Ranty menawarkan untuk makan dikedai yang waktu dulu dia makan bersama Ammar
"kenapa harus disana sih Ranty jauh itu ini saja ada." Milla sedikit keberatan
"disana tu baksonya enak banget Mill ayolah." Ajak Ranty lagi
"selain enak disitu tempat favorit Ammar aku juga kengen sama ketawa dia kalo lagi makan bakso disana." Kevin mengingat kenangannya bersama Ammar
"tu kan Kak Kevin aja mau ayo." Ranty menarik tangan Milla
"ohhh jadi karena Kak Ammar ya." Milla mencoba mengerti
"sudah ahh ayo." Ajak Ranty
"iya yang lagi kangen." Milla mencium pipi Ranty dan Ranty tersenyum malu, saat sampai dikedai itu
"lohh si eneng tambah geulis aja." Sapa penjual kedai
"terimakasih." Ranty tersenyum
"kok beda si aa' kamana." Tanya nya "loh ini si aa' juga biasa kesini sama aa' itu di aa' kamana."
"emm iya itu dia lagi nggak bisa ikut." Jawab Kevin
"ohhh gitu ya sudah sok mangga duduk mau pesan apa ini emm tenang si eneng geulis sakarang mah teh nya manis nggak pahit kayak waktu itu." penjaga kedai itu seraya tersenyum
"si akang bisa aja ya sudah sok bikinin bakso tiga lengakap teh manis ya jangan pahit." Jawab Kevin setelah si penjaga kedai pergi
"ohhh jadi pernah kesini terus sangat berkesan." Milla mengangguk-angguk
"iya sudah ahh." Ranty merona dan Kevin hanya tersenyum
"Ammar kamu ngrasa nggak sih ada wanita sebaik Ranty kangen sama kamu." Kevin dalam hati seraya memperhatikan Ranty dan Milla yang sedang saling melempar canda
Waktu sungguh sangat cepat berlalu hari-hari Kevin dia lewati tanpa kehadiran Ammar lagi dia sudah mulai terbiasa meski rasa kangennya sudah mencapi puncaknya. Hari ini adalah hari yan dinantikan Kevin ya hari wisuda nya, setelah melewati beberapa acara selesailah acara wisudanya
Kevin sudah membicarakan niat baiknya pada Milla dan Milla mau menerimanya, hari pertunangannya sudah dilaksanakan dengan hikmah lancar dan romantis. Dua minggu lagi Kevin akan menikahi pujaan hatinya, dia menghubungi Ammar karena dia mau Ammar datang menemaninya mendampinginya dihari pentingnya itu
"Kevin." Sapa Ammar dibalik telepon
"Ammar aku kamu apa kabar." Kevin gemetar
"kamu kenapa, iya aku juga kangen sama kamu emm aku baik kamu apa kabar." Balas Ammar
"syukurlah aku juga baik, kamu sedang apa." Tanya Kevin seraya menghapus air matanya
"aku lagi duduk aja dikamar males mau keluar." Jawab Ammar
"tapi kamu nggak ngklauin hal bodoh kan." Kevin khawatir
Ammar terdiam sesaat dia memperhatikan perban dan bekas luka ditanganya yang belum hilang sepenuhnya
"hmmm nggak kok." Pinta Ammar pelan
"kenapa jawabnya lama beneran kamu baik-baik saja apa kamu." Tanya Kevin memotong
"iya baik, emm biasanya kalo kamu telpon duluan ada yang penting ada apa." Ammar mencoba mancairkan kekhawatiran Kevin
"emm iya sih, gini insayaAllah dua minggu lagi aku ada niatan untuk meminang Milla aku mau kamu ada dan mendampingin aku saat acara suci ku, kamu mau kan." jawab Kevin
"wahhh beneran selamat ya akhirnya kamu bisa memiliki orang yang kamu sayang, ohhhh iya selamat juga atas wisuda kamu maaf aku nggak bisa liat kamu pakai toga pasti kamu terlihat ganteng banget." Balas Ammar
"iya terimakasih jadi kamu mau kan datang lima menit aja nggak apa yang penting liat aku ucapin janji suci ku pada Milla." Tanya Kevin lagi
"emm iya aku usahain ya kamu yang tenang aja jangan mikirin aku yang gimana-gimana kamu fokus aja sama acara kamu aku usahain datang ya." Jawab Ammar
"aku tunggu kamu." Pinta Kevin dan menutup teleponnya

Aku ada karena Kau adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang