18

129 9 0
                                    

"ehemmm cieee ada yang mau ketemuan nih." Ledek Mayang
"tahu darimana ehh." Ranty menutup mulutnya sendiri
"tu kannn." Mayang mencolek lengan Ranty
"nggak bukan maksud aku kepo ahh udah sih daaa." Ranty mencari alasan lalu berlari keluar
"aku tahu kali ada didepan kan ehemm selamat bertemu." Teriak Mayang dan Ranty menoleh tersenyum menggelengkan kepalanya
Ranty berjalan keluar dengan perasaan yang penuh tanya dia tersenyum sendiri, perlahan dia membuka pintu dia melihat Ammar tengah memutar-mutarkan sesuatu ditangannya
Ranty berjalan mendekati Ammar yang tengah duduk bersandar dimobilnya
"kok nggak masuk aja." Ranty setelah dekat
Ammar menoleh tersenyum menatapnya
"maunya disini." jawab Ammar
"emm." Ranty tersenyum
"aku punya sesuatu buat kamu." Ammar menyembunyikan sesuatu dibelakang badannya
"apa." Ranty mengerutkan keningnya
"tarrattt." Ammar mengangkat tangannya dan tepat diatas Ranty membuat Ranty mendongak "kamu suka coklat kan nihh." Ammar memberikannya pada Ranty
"iya suka." Ranty mengerutkan keningnya tersenyum tipis "tapi dalam rangka apa." Tanya Ranty
"jadi kalau mau ngasih sesuatu harus hari spesial aja." Ammar balik bertanya
"nggak juga sih." Jawab Ranty
"ya udah kalau nggak mau." Ammar terdengar kecewa
"mau kok." Ranty menarik tangan Ammar "jangan marah sih." Ranty menatap Ammar yang terlihat datar "nih aku makan." Ranty membukanya lalu memakannya "emm enak nih mau." Ranty mencoba mencairkan Ammar yang datar
Ammar hanya menatapnya datar tanpa respon lama-lama dia tersenyum
"mau nggak enak lohh." Tawar Ranty
Tanpa menjawab Ammar menarik kepala Ranty dan mendekatkannya dan sangat dekat dengannya, Ranty mengerutkan Ammar menatapnya tajam
"boleh nggak minta yang dari mulut kamu." Ammar pelan
"Kak Ammar." Ranty memberontak Ammar melepaskan tangannya dari leher Ranty
"kenapa." Tanya Ammar pelan
"nggak boleh Kak dosa." Jawab Ranty
"hanya Tuhan yang tahu seberapa dosa kita dan hanya Tuhan ini dosa atau bukan." Tambah Ammar
"tapi kita sebagai manusia bisa tahu ini dosa atau bukan maka dari itu kita sebisa mungkin menjauhi apa itu dosa." Pinta Ranty
"iya bu guru siap, emm." Ammar menarik tangan Ranty
"Kak." Ranty memberontak lagi
"kenapa sih takut amat asal kamu tahu kalau aku mau sudah dari kemarin aku nglakuin semuanya tapi mana nggak kan aku masih tahu salah." Jelas Ammar dan Ranty hanya menatapnya
Lama mereka saling menatap dalam diam, Ammar perlahan membelai lembut pipi Ranty
"aku nggak pernah peduli sama orang lain selama ini bahkan sama Kevin saudara ku sendiri aku jarang peduli tapi semenjak aku kenal kamu aku mau kamu tetap ada buat aku disamping aku aku nggak mau kamu jauh dari ku sentuhan kamu membuat aku merasa aku hidup kembali." Ammar pelan membuat Ranty merona
"kenapa kamu nggak hadir dari dulu kemarin dulu lalu kamu kemana kenapa nggak temui aku." Tanya Ammar
"maksud Kakak apa." Ranty mengerutkan keningnya
"aku sayang sama kamu." Ammar memeluk Ranty
"Kak Ammar kenapa." Tanya heran masih bingung dengan perilaku Ammar
Ammar melepaskan pelukannya "hmmm." Ammar tersenyum
"kok senyum jawabannya apa." Ranty mengerutkan keningnya
Ammar menarik tangan Ranty dan menggigit coklat ditangan Ranty "manis." Ammar tersenyum bodoh
"hmm apa sih pake teka-teki." Ranty mencubit perut Ammar
"hehhh kamu emang manis jadi inget si aa' waktu itu." Ammar tersenyum lagi
"apa sih." Ranty merona
"hehh masih malu aja udah sering ketemu juga." Ammar menunduk melihat wajah merona Ranty mereka saling melempar senyum
Ammar yang bosan dikamarnya mengambil jacket dan kunci motornya dimeja
"mau kemana." Tanya Kevin didepan pintu kamarnya
"bosen nih keluar dulu ya." Ammar tersenyum lalu pergi
"jangan minum." Teriak Kevin
Ammar menuju bar biasa dia mencari minuman, setelah membeli dia keluar lagi dan meminumnya diparkiran seraya mengambil rokok didalam sakunya, dia menikmati setiap hisapan pada rokoknya, setelah beberapa saat dia pergi. Ammar mengentikan motornya dilapangan basket biasa dia melepaskan semua beban yang ada dalam otaknya, dia membaringkan tubuhnya dilantai lapangan dengan tangan sebagai tumpuan kepalanya.
Ammar terus terjaga sampai azan subuh dia bangkit lalu melajukan motornya kerumah
"darimana aja sih." Tanya Kevin dari dapur
"nggak gue ngantuk mau tidur." Jawab Ammar datar
"nggak ke kampus." Tanya Kevin lagi
"salam aja sama kampus." Ammar berjalan keatas
"dasar kampus dititipin salam." Kevin kembali ke dapur "sarapan udah ada ya aku mau ke kampus dulu." Teriak Kevin
Ranty membaca buku diperpustakaan bersama Milla dia serius mengerjakan tugas
"laper nih makan dulu yok." Aja Milla ditengah-tengah keseriusan
"nanggung Mill selesein dulu." Balas Ranty
"tapi banget-banget nih lapernya." Tambah Milla
"mau duluan." Tanya Ranty
"mau tapi kamu gimana." Tanya Milla balik
"ya udah sana nggak apa-apa nanti aku nyusul." Ranty tersenyum
"hai." Seseorang datang ditengah keduanya yang masih ribut masalah ke kantin
"Kak." Milla mendongak melihatnya
"kebetulan ada Kak Kevin sana, emm Kak ini Milla lapar katanya mau kekantin sibuk aja Kak Kevin mau nggak nemenin." Ranty menaikkan alisnya
"iya boleh kebetulan ini juga mau ngasih selebaran buat ibu kantin." Jawab Kevin
"tu kan udah sana Mill." Ranty tersenyum
"Ranty apaan sih." Milla malu dan mengerutkan keningnya
"ayo." Ajak Kevin
"sana ntar aku nyusul oke." Ranty tersenyum, dan akhirnya Milla pergi bersama Kevin ke kantin
Saat Ranty serius mengerjakan tugasnya, ada seseorang yang duduk dibangku tepat didepannya tapi Ranty tidak menyadarinya, orang itu duduk dengan tangan yang dilipat dimeja memperhatikan setiap lekuk wajah Ranty dia tersenyum melihat wajah Ranty dibalik kaca putih yang terlihat pas diwajah Ranty
"hmmm." Orang itu tersenyum dan sampai terdengar oleh Ranty dan membuat Ranty mengangkat kepalanya
Ranty mengerutkan keningnya "Kak Ammar."
"haii." Ammar tanpa mengubah posisinya
"kapan sampai kok nggak nyapa sih bikin kaget aja." Tanya Ranty
"aku suka liat kamu serius gini diem terus tenang lihatnya." Jawab Ammar
"hmmm." Ranty menunduk mengerjakan kembali tugasnya "Kak Ammar nggak ada kelas." Tanya Ranty disela-sela keseriusannya
"ada." Jawab Ammar singkat
"kok nggak masuk." Tanya Ranty menatapnya
"ini udah masuk." Jawab Ammar
"hmm." Ranty tersenyum "ini perpustakaan Kak bukan kelas mana ada kelas disini ini tempat umum." Balas Ranty
"kan udah masuk dihati kamu." Pinta Ammar dan membuat Ranty terdiam wajahnya merona "iya nggak." Ammar memainkan alisnya
Ranty menunduk malu lalu mengerjakan tugasnya lagi, mereka hanya terdiam tapi Ammar tidak henti-hentinya memandangi wajah Ranty yang membuatnya tenang, tiba-tiba Ammar menarik tangan Ranty dan menciumnya
"Kak malu dilihat orang." Ranty merona
"iya maaf emm aku mau beli minum dulu ya." Ammar tersenyum melepaskan tangannya lalu berjalan keluar setelah membelai lembut kepala Ranty
"emm Mill." Tanya Kevin ditengah-tengah keheningan mereka
"iya Kak." Milla menghentikan makannya
"emm aku mau kerumah Mama lusa emm aku." Kevin menghentikan penjelasannya
"aku apa Kak." Tanya Milla
"kamu mau nggak temenin aku." Jawab Kevin
"uhukkk hmm." Milla tersedak
"minum minum minum." Kevin kaget dan langsung memberikan minuman pada Milla setelah Milla tenang "maaf ya kalau aku buat kamu marah."
"emm nggak salah kok tapi Milla." Milla terbata
"ya kalau nggak mau juga nggak apa-apa aku juga nggak maksa kok." Pinta Kevin terlihat kecewa
"jauh nggak rumahnya." Tanya Milla
"nggak kok kita kan cuma beda rumah aja deket sini-sini aja tapi aku jarang kerumah karena Ammar karena aku nggak mau kehilangan Ammar." jawab Kevin
"memangnya Kak Ammar kenapa terus kenapa kok sampai Kak Kevin kayak gini." Tanya Milla lagi
"karena Ammar hanya sendirian dan hanya sama ku dia mau tinggal jadi orang tuaku mengiyakan saja keinginan ku karena jujur dari kecil aku pengen banget punya adik tapi sampai sekarang nggak ada ya ada Ammar dan dia juga adik sepupu aku jadi ya udah dia adik aku." Jelas Kevin
"hmmm." Milla tersenyum "kamu baik banget sih Kak nggak nyangka masih ada pemuda setulus kamu hari gini." Milla dalam hati dan dia semakin yakin kalau Kevin adalah pemuda baik-baik "segitunya pengen punya adik." Pinta Milla
"yahh mau gimana lagi aku dari dulu pengen banget punya adik terus aku punya Ammar ya udah meski kita seumuran tapi dia bisa jahilin aku buat aku emosi sedih tertawa semua aku tumpahin sama dia." Tambah Kevin
"hmmm." Milla tersenyum
"jadi gimana mau nggak." Tanya Kevin lagi
"hahhh emm." Milla masih berfikir
"emmm." Kevin menaikkan alisnya
"iya Milla mau." Jawab Milla
"yesss." Kevin kegirangan
"tapiii." Milla lagi
"tapi apa." Kevin membulatkan matanya
"pulangnya jangan malam-malam takut sama ayah." Pinta Milla
"takut dinikahin ya." Ledek Kevin
"apaan sih." Milla mengerutkan keningnya
"hmmm iya nggak bakal, kalau gitu kita berangkat sekarang daripada kemaleman." Tambah Kevin
Setelah itu Milla pamit sama Ranty lalu pergi bersama Kevin, mereka pergi setelah Kevin menghubungi Ammar.
"tadi Kevin kesini." Tanya Ammar duduk didepan Ranty
"iya lohh ketemu nggak sama Kak Kevin." Balas Ranty
"mana tau dia aku disini dia kan taunya aku tidur dirumah." Jawab Ammar datar
"kok gitu." Ranty mengerutkan keningnya
"dimanapun ada kamu aku akan ada disitu." Jawab Ammar menatap tajam mata Ranty
"hmm." Ranty tersenyum dan Ammar membalasnya dengan senyuman
Kevin tersenyum melihat Milla yang terlihat bingung saat mereka masuk kerumah orang tua Kevin
"kamu kenapa biasa aja." Tanya Kevin
"hahhh emm nggak kok biasa aja emang biasa aja." Milla salting
Mereka masuk dan langsung disambut Mama nya Kevin
"Ma." Kevin memeluk Mamanya
"sayang Mama kangen Ammar mana sayang Mama kangen kalian berdua." Mama nya membelai lembut kepala Kevin
"Ammar nggak ikut Ma dia lagi tidur susah dibangunin Mama tahu kan siapa Ammar." jelas Kevin
"hmm iya sayang lohhh ini siapa." Mamanya melepaskan pelukannya lalu menghampiri Milla
"Tante." Milla tersenyum
"kamu pacar nya Kevin nak." Tanya Mamanya "sayang kok nggak bilang dulu sih jadi Mama bisa masak yang spesial."
Kevin dan Milla saling menatap Kevin menaikkan alisnya
"emm bukan Ma ini temen aja iya temen." Kevin terbata
"kenapa nggak iya aja kan udah sama-sama gede iya kan sayang." Mamanya memegang tangan Milla dan Milla hanya tersenyum
Mereka saling bercengkrama meski awalnya canggung, Milla masih terlihat malu-malu meski mencoba masuk dalam obrolan
Malam ini Ammar tengah duduk didepan caffe Ranty duduk disebuah bangku menikmati setiap hisapan rokoknya
"Ran kayaknya ada cowok kemarin dech didepan." Mayang menghampiri Ranty yang tengah duduk dimeja kasir
"siapa." Tanya Ranty
"itu siapa sih yang marah-marah waktu itu terus yang buat kamu senyum-senyum juga kemarin." Jawab Milla polos
"Kak Ammar." pinta Ranty
"nah itu." Mayang terlihat suka dengan jawaban Ranty
"masak sih." Ranty mengerutkan keningnya lalu melihat dari balik jendela
"iya kan udah sana pasti mau nemuin dan nunggu kamu." Saran Mayang
"iya kalau tebakan kamu benar kalau salah." Tanya Ranty
"pasti lah siapa lagi coba udah sana." Mayang menarik tangan Ranty dan Ranty berdiri Mayang mendorongnya dan akhirnya Ranty pun keluar perlahan
Ranty perlahan melangkah mendekati Ammar dan Ammar mengetahuinya
"haii." Ammar tersenyum
"hmmm." Ranty membalas dengan senyuman
"nggak sibuk." Tanya Ammar "kok keluar kayaknya rame."
"hmm ada Mayang kok." Ranty duduk disebelah Ammar
"bukan karena tahu aku disini kan aku geer nihh." Ammar tersenyum
"hmm." Ranty tersenyum menaikkan alisnya
"aku mau deket sama kamu." Ammar pelan mendekat ke Ranty tersenyum lalu menjauh lagi dan mereka terdiam sesaat Ammar kembali menikmati setiap hisapan rokok nya dan minumannya
"Kak." Panggil Ranty
"hmm." Jawab Ammar
"boleh tanya sesuatu nggak." Ranty pelan
"apa kamu mau kita jadian buat apa aku maunya nikah langsung." Ammar tersenyum
"apa sih bukan." Ranty mengerutkan keningnya
"terus apa." Ammar menyandarkan sesaat kepalanya dipundak Ranty
"Kakak suka banget ya minum sama rokok." Ranty menatap mata Ammar dan Ammar terdiam tidak menjawab "maaf kalau pertanyaan Ranty sa." Ranty belum melanjutkan Ammar sudah menjawabnya
"iya kenapa udah lama aku kayak gini jauh sebelum kenal sama kamu." Jawab Ammar
"Kakak nggak takut bahaya rokok sama alkohol." Pinta Ranty lagi
"tanpa rokok dan alkohol kalau mati ya mati aja." Ammar datar
"kok gitu iya sih tapi kan setidaknya kita sebagai manusia tahu mana yang baik buat kita dan nggak siapa lagi yang sayang sama tubuh kita selain kita sendiri." Tambah Ranty
"kalau udah terlanjur suka gimana dan hanya ini yang bisa membuat tenang gimana, selama ini aku merasa hidup sendiri hanya Kevin dan dua benda ini yang selalu ada hidup ku aku tidak sebaik yang kamu tahu." Jelas Ammar
"apa Kak apa yang tidak baik apa Ranty boleh tahu." Tanya Ranty
"aku tidak mengenali diriku sendiri jadi kalau kamu tanya aku nggak bisa jawab." Jawab Ammar datar
"kok gitu jawabnya." Ranty mengerutkan keningnya mereka terdiam lagi "Ranty cuma minta jauhi rokok dan alkohol karena itu nggak baik buat Kakak." Pinta Ranty lagi
"aku nggak bisa." Jawab Ammar datar
"nggak harus sekarang kok tapi perlahan." Tambah Ranty
"emm aku mau pulang Kevin pasti nyariin, hmm dan jangan pulang malem-malem ya." Ammar tersenyum dan berlalu pergi
"maaf Kak kalau Ranty salah." Teriak Ranty tapi Ammar tidak perduli lagi dia melajukan mobilnya
Sesampainya Ammar dirumah dia langsung kekamarnya dia membanting pintu
"hahhh." Ammar melemparkan kunci mobilnya kekaca lemari "sstttt." Dia mendongak keatas membuang napas dengan kasar, dia kembali menutup pintunya dan menguncinya

Aku ada karena Kau adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang