Chapter 1

5.6K 137 11
                                    

Veranda Clara Sanjaya. Suka cokelat hangat dan belum pernah patah hati.

~^~^~^~

*tlulit tlulit*

Bunyi dering Handphone membangunkan Vera dari tidur nyenyaknya.

"Halo."

"Halo, ini siapa ya?"

"Ini Mama, Vera..., bangun dong, Nak. Udah jam berapa ini?"

"Hah?! Astaga, ini udah jam 6! Emang Mama dimana sih?"

"Tadi malem, Papa ada tugas mendadak ke luar kota, jadi Mama harus ikut, tapi kalian udah pada tidur, jadi mama tinggal deh."

"Yah, Mama. Terus aku sekolahnya gimana dong?"

"Kamu nanti berangkat naik motor ya nak. Oke?"

"Apa? Naik motor, Ma? Nanti kalau rambut Vera acak-acakan gimana?"

"Udah kamu nurut aja, lagian ga ada yang nganter kamu kan?"

"Yaudah deh, Ma."

"Jangan lupa jaga Eza ya."

"Iya-iya, tenang aja."

"Oke baik-baik di rumah ya, Ver."

"Iya, Ma."

Vera menutup telepon dari mamanya, lalu bergegas pergi mandi dan bersiap-siap. Setelah mandi, Vera menghampiri adiknya yang masih bermain HP di kamar.

"Dek cepetan sana mandi, hari ini kamu berangkat sekolah bareng Kakak, soalnya Mama Papa pergi."

"Iya, bentar nih nanggung, Kak."

"Cepet Dek, mau bareng ga?"

"Iya iyaaa, Kak."

Pagi ini ia sarapan hanya berdua oleh adiknya. Ya, menu sarapan kali ini adalah roti dan susu coklat hangat. Vera melahap dengan cepat karena ia takut terlambat.

"Dek cepet dong udah siang, Kakak hampir telat nih!"

"Iya, Kak bentar. Sabar dikit dong."

Setelah siap semua, ia berangkat sekolah dan jam menunjukkan angka 6.45, Vera terburu-buru mengeluarkan motor dan segera mengenakan helm.

"Ayo, Dek. Udah siap?"

"Siap. Ayo kak."

~~~~

"Sampai nih Dek, belajar yang rajin ya."

"Siap bos!" Kata Eza sambil memposisikan hormat layaknya kepada komandan.

Pada saat Vera mau melanjutkan perjalanannya tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang aneh pada motornya, dan setelah ia melihatnya. Yups, ban motor Vera bocor, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.51.

"Oh shit! Cobaan apa lagi ya Tuhan. Kenapa sih, ban ini bocor segala, gatau orang lagi keburu apa?!" Kata Vera mendumel sambil memutar bola matanya.

Dengan wajah muram dan terpaksa, Vera mau tidak mau harus menuntun motornya dan mencari tukang tambal ban.

"Huh! Untung aja ada tambal ban disini."

Ia pun menambalkan ban motornya di sebuah bengkel dan menunggu sekitar 15 menit. Sudah jelas Vera terlambat ke sekolah.

"Neng, motornya udah jadi nih."

"Oh ya. Berapa ya?"

"5000 aja, Neng."

"Oke. Nih, makasih ya Mas." ucap Vera seraya memberikan uang.

Masih setengah perjalanan. Kurang lebih sekitar 10 menit lagi. Sudah menjadi nasib Vera pagi ini.

Di tengah perjalanan, ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang. Tiba-tiba, saat mobil itu menyalip baju Vera tersemprot genangan air karena disana jalan becek. Seketika, mobil itu berhenti mendadak. Dari dalam mobil, keluarlah seorang laki-laki berseragam sama dengan Vera. Ternyata pengendara tersebut adalah Devan, anak satu angkatan sekaligus Ketua OSIS di SMA. Tampan? Bisa dibilang sih, tapi satu yang disayangkan. Playboy, ha ha.

"OMG! Eh, lo punya mata nggak sih? Asal lewat aja, liat ada orang ga?"

"Sorry sist, buru-buru nih" kata Devan sambil tersenyum kecut.

"Udah nunggu Eza sampe jam segini, eh malah sekarang gue kesemprot air, jadi basah kan."

Sambil mengendarai motornya, Vera mengumpat tidak jelas karena mungkin, pagi ini dia adalah perempuan yang paling apes.

Sesampai di sekolah, Vera terlambat 15 menit, sehingga ia mendapatkan hukuman berdiri di lapangan basket selama 1 jam pelajaran.

"Pak, yang bener nih saya harus berdiri di lapangan yang super panas ini?"

"Iya, itu sudah peraturan. Siswa yang terlambat tidak boleh mengikuti selama 1 jam pelajaran, ini kan juga salahmu. Sudah-sudah tidak usah membantah, lakukan saja." ucap pak Tarno, guru di sekolah Vera.

Saat Vera sedang menjalani hukumannya, ternyata saat itu di lapangan, kelas Devan sedang berolahraga. Vera langsung kaget dan ia berbalik badan agar Devan tidak melihatnya. Namun apa daya Devan ternyata melihat Vera.

"What?! Itu kan kelasnya si kutu kupret. Bahaya nih kalo dia liat gue."

"Bro, liat deh, ada cewek kelas sebelah nih kena hukum!"

Kata Devan sambil tertawa terbahak-bahak dengan temannya.

"Eh tikus got, gue kena hukum juga gara-gara lo kali!"

"Loh kok jadi gue? Apa salah gue?"

"Dasar cowok bego!"

"Wah, ngajak berantem nih... Eh jangan deh, kasian udah kena hukuman. Makan tuh! Hahaha."

Vera memilih untuk menahan amarahnya yang sudah diujung tanduk. Fix, ini hari ter-apesnya.

Beberapa waktu kemudian bel berbunyi tanda pelajaran 1 sudah usai.

"Syukurlah. Akhirnya, ini bel bunyi juga." kata Vera sambil menghela napas lega dan langsung bergegas ke kelasnya.

"Kenapa lo baru masuk?"
Kata Karin sahabat Vera.

"Apes banget nih, gue kena hukum berdiri di lapangan tau gak?!"

"Lha kenapa bisa?"

"Gua telat gara-gara berangkat kesiangan dan motor bocor di jalan. Udah gitu ya, ada satu cowok kutu kupret naik mobil dan pas di jalan becek mobil itu nyemprot baju gue."

"Hah? Kurang ajar tuh cowok."

"Cowok kayak gitu aja gayanya selangit."

"Emang siapa sih Ver?"

"Itu tuh! Yang katanya Ketua OSIS."

"Etdah. Devan maksud lo? Yaudah lah Ver, lo kan tau sendiri sifatnya dia gimana."

next➡

--------------------------------------------------------------------

Hi readers!
Gimana ceritanya? Sorry kalo aneh & ga nyambung
Tunggu chapter selanjutnya ya!
Jangan lupa votement!

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang