Chapter 12

1.2K 34 6
                                    

11 SEPTEMBER.

Hem, don't forget it. Ya, tanggal yang memiliki kenangan manis buat Vera & Devan.

Mentari pagi menyapa Vera dengan penuh kasih sayang.

"Hoam. Pagi ya? Jadi inget kemaren. " Kata Vera sambil membuat senyum kecil di bibirnya.

*Dingduringding*

Hp Vera berbunyi. Sudah pasti dari pacarnya.

"Halo? Apakah ini dengan pacarku?" Ucap Devan dari seberang sana.

"Ih, apaan sih Dev. Kenapa nih telpon pagi-pagi?"

"Yahh serius ni, ini pacarku bukan ya? Kalau bukan berarti aku salah sambung, dan akan kututup telepon ini."

"Iya iyaa. Iya, ini Vera, Veranya Devan."

"Nah, gini kan jelas. Butuh tukang ojek nggak? He he."

"Enggak sih. Emang kalo aku butuh kenapa?"

"Yaaaahhh. Aku kan siap."

"Hem, okelah jemput aku oke? Inget! Dirumahku! He he he."

"Siap 86 boss!"

Vera pun bersiap siap untuk sekolah, mulai dari mandi, sarapan, sama nunggu Devan.

Siap. Vera berjalan ke ruang tengah untuk pamit kepada orang tua.

"Mah, Pah, Vera berangkat sekolah ya?"

"Loh, kamu nggak bareng papa?"

"Enggak, aku dijemput Devan, mau nunggu di depan."

"Ya, oke tapi hati-hati ya."

"Oke."

Vera berjalan menuju teras rumah. Tampak belum ada motor berhenti disana.

Bremmmm. Ada suara motor. Dan 1 pria menggunakan topi sehingga wajahnya tidak terlihat, ia membuka pagar rumah lalu berjalan mendekati Vera. Ia berbicara kepada Vera sambil menunduk.

"Maaf non, saya mendapat titipan dari Devan, tadi ban motornya bocor di jalan jadi saya tukang bengkelnya disuruh nitipin surat kalo dia nggak bisa njemput non."

"Oh ya, ah Devan itu ngerepotin bapak deh. Kenapa dia nggak sms saya aja, kan jadi nggak ribet."

"Iya non, ini suratnya."

Hai Vera, lihatlah tukang bengkel itu. Apakah dia ganteng? Senganteng aku? Kalau iya, buka topinya. Sekian.

Tangan Vera mulai membuka topi itu dan..

"Hai Ver!"

Oh Tuhan, ternyata itu Devan. Vera merasa telah ditipu namun ia tidak bisa marah, melaikan malah ketawa. Ia merasa sangat bodoh dihadapan Devan.

"Devan, lucu juga kamu, kok bisa ya aku ketipu sama satu orang ini. Hem, okelah sekarang 1-0 liat aja besok. Ha ha ha." Kata Vera sambil tertawa kecil.

"Emang bisa? Dah ah, yuk berangkat!"

"Oke Oke"

Vera POV

Sungguh, aku merasa bodoh dihadapannya. Tapi itu membuatku makin sayang.

Di tengah perjalanan, diem-diem aku memperhatiin Devan dari kaca spion motor. Ih, sumpah orangnya ngangenin banget.

Sampai di gerbang sekolah, motor itu berhenti.

"Oke, aku turun sini ya?"

"Jangan, bentar dulu! Siap?"

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang