Matahari kembali menyapa Vera pada pagi hari.
"Nak, Mama belum pulang nih, kamu naik motor lagi gapapa ya."
Vera terbelalak melihat suatu pesan dari Mamanya.
"Omaigat! Gue naik motor lagi nih?!"
"Yaudah deh ma."
"Dek, cepet mandi gih, kita berangkat naik motor lagi."
"Hm, oke bentar Kak." Jawab Eza.
Vera mengeluarkan motornya dari garasi. Namun, saat dinyalakan motornya tidak bereaksi apapun alias macet.
"Cobaan apa lagi ya Tuhan? Udah kemarin bannya bocor, eh sekarang motornya macet."
"Eh, motornya kenapa kak?"
"Ini nih dek, motornya malah macet."
"Coba kak dinyalain lagi."
Vera mencobanya berulang-ulang, namun motornya tetap juga tidak dapat dinyalakan.
"Ok, fine. Hari ini, kita ke sekolah naik taksi. Padahal uang saku gue tinggal dikit lagi. Nasib-nasib."
Mereka berdua pun menunggu taksi di depan rumah. Tak lama kemudian ada sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti di depan Vera.
Pengemudinya adalah seorang lelaki. Ia membuka kaca mobilnya.
"Hey! Ngapain lo diem aja disini? Nggak sekolah?" kata lelaki itu sambil melepas kaca mata hitamnya.
Vera tersentak. Ternyata mobil tersebut adalah mobil Devan si anak songong itu.
"Ya nunggu taksi lah ya. Udah sana, ganggu aja."
"Udah lah, nunggu taksi kapan datengnya. seabad kali, dah gih sini bareng gue, sekalian sama adek lo."
"Aduh gimana nih, bareng ga ya, kalo bareng kan gue gensi, tapi kalo engga gue harus nunggu taksi yang gatau kapan datengnya. Bisa-bisa gue telat."
Gumam Vera dalam hati.
"Ayo kak! Kita bareng mas ini aja, nanti Eza telat loh."
"Tuh, dah ayo! Ga kasian sama adek lo?"
"Ya udah deh gue bareng lo aja."
"Gitu dong, ayo masuk."
"Eh kenapa lo ga dianter orang tua?"
"Orang tua gue lagi ada tugas kantor ke luar kota, jadi gue tinggal berdua dulu sama Eza."
"Oh, kalo Eza sekolah dimana?"
"Aku sekolah di SD Pelita Ilmu kak. Em, nama kakak siapa?"
"Nama gue Devan."
~~~~~~
"Nah, dah sampe. Ini kan sekolahnya?"
"Iya, makasih ya kak Devan."
"Sama-sama Za."
Devan pun melanjutkan perjalanan
"Em, Ver?"
"Kenapa?"
"Gu-gu-gue.."
kata Devan gugup untuk mengatakan sesuatu kepada Vera."Kenapa Dev?"
"Gajadi, gapapa kok."
"Duh, gua kok deg-degan gini ya, apa ini cinta? masa sih? Eh,tapi lama-lama kok gue ngerasa nyaman ya sama Devan, ah tau ah."
Gumam Vera.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI
Teen FictionTernyata kau hanyalah sebuah pelangi. Datang dengan segala keindahan dan pergi tak berbekas.