Hai, namaku Anastasia Putri Handoko. Putri bungsu dari 2 bersaudara pasangan Hendri Handoko dan Carla Handoko. Aku bukan berasal dari keluarga kaya raya ataupun dari keluarga yang kurang berada. Hanya keluarga kecil biasa-biasa saja.
Namun, begitu banyak hal yang tidak aku ketahui tentang keluarga kecilku ini. Entah mengapa, aku tak memiliki memori apapun tentang masa kecilku. Serasa ingatanku baru dimulai ketika 3 tahun lalu aku memasuki sekolah menengah pertama.
Kata orangtuaku, waktu aku umur 12 tahun rumah kami mengalami kebakaran hebat hingga foto-foto dan dokumen milik keluarga kami terbakar habis termasuk foto-foto masa kecilku. Dan malangnya, bongkahan kayu penyangga rumah kami yang patah karena kebakaran menimpa punggung hingga kepalaku yang mengakibatkan aku hilang ingatan total. Kejadian itu meninggalkan bekas berupa jahitan di tengkukku, yang menurutku aneh karena berbentuk persegi. Kebakaran itu pula yang kata bunda menewaskan ayahku, ayah yang sayangnya tidak begitu ku kenal. Dalam ingatanku, aku tak mengingat siapapun sebelum umurku 12 tahun, poor me.
Namun disamping itu, aku sangat menyayangi keluargaku.Hari ini adalah hari pertamaku pindah ke Bandung setelah 3 tahun lebih hidup di sebuah kota kecil di London, Westminster City. Disana aku bersekolah di Southbank International School.
Berat rasanya meninggalkan teman-temanku disana, apalagi Kevin, kakakku, ia memutuskan untuk tetap tinggal dan meneruskan studinya di London. Sedangkan aku harus pindah ke negara asalku bersama bunda karena alasan yang tak boleh ku ketahui. Beliau bilang, hal ini untuk kebaikanku.
Dan disinilah aku sekarang, di depan salah 1 SMA Favorit di kota kembang ini.
*****
Author POV"Woy, bro! Katanya hari ini ada anak baru, pindahan dari London" seorang anak laki-laki menggertak punggung temannya. Namun yang diajak berbicara tak bergeming dan tetap melanjutkan kegiatannya mengatur strategi untuk perang, dalam game tentunya.
"Wihh, bule dong Ndre. Cowok apa cewek?" Seseorang dibelakangnya menimpali.
"Denger-denger sih cewek.." Andre menjawab Dito yang penasaran.
"Siipp, tambah dong yang bening-bening, muehehe.."
"Anjir lo Dit, maunya yang bening-bening mulu" Kata Andre sambil berusaha menjitak kepala Dito yang kemudian berhasil dihindarinya."Etdah, lu berdua diem napa, tuh pak Joko udah didepan pintu." Ucap sang pemilik suara, Azka, yang daritadi tidak menggubris obrolan Andre dan Dito. Otomatis semua siswa-siswi di kelas XI-IPA-7 tersebut kembali duduk dengan tenang di bangku mereka masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini saya akan memperkenalkan kalian dengan teman baru kalian yang jauh-jauh pindah dari London. Ana, silahkan masuk.."
Dan, dari depan pintu masuklah seorang gadis dengan tinggi 162 cm, berambut lurus dengan sedikit gelombang diujungnya dan.. dengan wajah khas wanita Indonesia, bukan dengan kulit putih dan rambut blonde atau iris mata biru khas bule.
Meskipun wajah Ana tidak mengecewakan, namun tetap saja sedikit mengejutkan teman-temannya yang berharap ada bule cantik di kelas mereka."Ehmm, hai, perkenalkan nama saya Ana. Anastasia Putri Handoko, pindahan dari Southbank International School. Semoga kita dapat berteman baik."
Ana memperkenalkan dirinya dengan formal, tidak seperti teman-temannya yang menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari, Ana masih menggunakan bahasa formal karena memang ia baru pindah ke Indonesia."Baiklah Ana, silakan kamu duduk di.. itu, di bangku kosong sebelah Azka. Kebetulan teman sebangku Azka juga baru pindah beberapa minggu yang lalu." Pak Joko menyuruh Ana duduk disebelah anak laki-laki bernama Azka.
Spontan, Azka yang merasa namanya disebut-sebut langsung berdiri dan membiarkan gadis yang telah berdiri disamping mejanya duduk di bangku sebelahnya.
"Mm, terimakasih." Ucap Ana canggung, berusaha membuat percakapan antara mereka yang sayangnya tidak berhasil.
"Em hmm" Azka hanya menoleh sebentar ke Ana dan melanjutkan kegiatannya.
"Lo kenapa?" Azka menoleh lagi menanyakan keadaan Ana karena dari ujung matanya terlihat keadaan ana sedang tidak baik.
"Nggak apa-apa kok.." Ana menjawab dengan suara serak.
"Oh." Azka melanjutkan kegiatannya.
Dingin. Ya, begitulah Azkanio Ardhian. Cowok keras kepala, dingin, pendiam dan paling misterius di kelas XI-IPA-7. Tak banyak yang tau tentang kehidupan Azka. Orang tuanya bahkan tak pernah datang ketika pertemuan wali murid di sekolahnya. Namun hal itu tak menyurutkan niat teman-temannya untuk berteman dengannya karena ya, dengan ketampanan wajahnya yang langka, tidak seperti ketampanan anak laki-laki lainnya. Wajahnya pucat, namun tak menutupi ketampanannya, serta banyaknya prestasi disekolah maka tak susah baginya mendapatkan teman dan fans tentunya.
Ana POV
"Ehmm, hai, perkenalkan nama saya Ana. Anastasia Putri Handoko, pindahan dari Southbank International School. Semoga kita dapat berteman baik." Aku memperkenalkan diriku dengan canggung, mataku terfokus pada seorang anak laki-laki yang duduk sendirian di bangku paling belakang dan kurasa aku mengalami sedikit Deja Vu. Otakku bekerja lebih keras. Wajah itu.. wajah itu tak asing bagiku.
"Baiklah Ana, silakan kamu duduk di.. itu, di bangku kosong sebelah Azka. Kebetulan teman sebangku Azka juga baru pindah beberapa minggu yang lalu." Pak Joko memintaku duduk disebelah anak laki-laki bernama Azka. Dan tak kusangka, dia, yang sedari tadi kuperhatikan berdiri. Oh, namanya Azka.. Dan Tuhan, aku merasakan sakit kepala yang hebat. Ada apa ini? Apa yang terjadi dengan tubuhku?
"Lo kenapa?" Tiba-tiba cowok disampingku menoleh lagi.
"Nggak apa-apa kok.." Aku menjawab dengan suara serak.
"Oh." Azka melanjutkan kegiatannya.Aku berusaha menahan rasa sakit di kepalaku. Shit, beginilah akibat dari gegar otakku. Kepalaku akan sakit ketika aku mengingat-ingat sesuatu di masa laluku. Tapi, bukankah aku baru mengenal Azka, bagaimana kepalaku bisa sakit ketika melihat dia? Apakah dia pernah hadir di kehidupanku yang lalu?
**********
Part 1 done!
Maaf kalau ceritanya gajelas, it's my first story on Wattpad.
Happy reading 😊 Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISES
Ciencia FicciónKetika hati telah lelah, ketika hati ingin menyerah melepaskan apa yang selama ini dipertahankan. Kekuatan kata-kata manis yang dirangkai menjadi sebuah kalimat yang dinamakan janji mengubah segalanya. Tapi, manusia bisa saja dengan mudah mengingkar...