Twin or Mate?

383 16 1
                                    


"Kok bisa sama kayak punya gue?"
Ana masih terkejut akan kebetulan yang ada di depannya.
Tentu saja ia kaget mengetahui bukan hanya dia saja yang mempunyai bekas jahitan aneh tersebut.

"Gue.. gue juga gak tau." Jawab Azka yang juga sama terkejutnya dengan Ana.

"Emang itu luka lo kenapa?" Tanya Azka penasaran.

"Emm, kata nyokap dulu rumah gue kebakaran. Terus, kayu penyangga rumah gue ada yg jatuh gitu dan kena gue. Tapi aneh ga sih malah jadinya bekas jahitan bentuk kotak gini? Bukannya patah tulang atau memar gitu. Kadang gue aja masih gak percaya sama cerita nyokap." Ana menceritakan panjang lebar tentang lukanya. Entah kenapa, Ana merasa nyaman bisa bercerita pada Azka.
"Kalau punya lo kenapa?"

"Oh, gue.. Kecelakaan." Jawab Azka singkat tanpa ingin menjelaskan lebih lanjut tentang lukanya.

"Mm, sebenernya gue pernah gegar otak juga gara-gara kebakaran tadi."

"Gegar otak? Lo?" Mata Azka membulat tak percaya. Ia terkejut mendengar penuturan Ana. Bagaimana bisa ada begitu banyak kesamaan antara mereka berdua?

"Iya. Jadi gue ga inget apa-apa yang terjadi sebelum kejadian itu. Seakan-akan hidup gue baru dimulai sekitar 3 tahun lalu. Dan, lo tau kenapa gue ceritain ini ke lo? Karena pertama kali lihat lo, kepala gue sakit banget. Gue Deja Vu.. yang berarti, lo pernah ada atau mirip seseorang dari masa lalu gue."
Ana menjelaskan semuanya pada Azka. Ia ingat ketika pertama kali bertemu dengan Azka.

"Apa? Gue?"
Azka heran bagaimana bisa Ana deja vu ketika melihat wajahnya.

"Gue juga gak tau.."
Ana mengedikkan kedua bahunya.

"Sebenernya gue juga pernah hilang ingatan gara-gara kecelakaan yang nyebabin bekas jahitan ini. Sama persis kayak cerita lo."

"Beneran ?" Kali ini ganti Ana yang tidak percaya.

"Yaelah buat apa juga gue ngibulin lo? ga ada untungnya kali. Btw, gimana tadi lo bisa nangkep bolanya Andre? Padahal bola itu datengnya dari belakang lo." Azka curiga dengan kemampuan refleks Ana, jangan-jangan kemampuan cewek didepannya ini juga sama dengan yang ia miliki.

"Oh itu, refleks aja. Mau gue tunjukin sesuatu?" Setelah itu, bola mata Ana bergerak mengamati sekitarnya. Ujung matanya menangkap seekor lalat yang sedang terbang, kemudian

"Hap!"
Ana tersenyum ke Azka sambil menunjukkan lalat yang terjepit di kedua ujung ibu jari dan telunjuknya.
Azka sedikit gugup melihat guratan senyum di wajah Anastasia yang ditujukan padanya.

Mata Azka tak lepas dari apa yang dilakukan Ana. Sama lagi huh? Kita ini jodoh apa kembaran atau apa?

Kali ini ganti bola mata Azka yang mengamati sekitarnya, mencari lalat atau serangga lain yang sedang lewat. Sedetik kemudian,
"Hap!" Azka menangkap lalat yang lewat didekatnya sepersekian detik lebih cepat dari apa yang dilakukan oleh Ana.

"Wow.. you.. you can do it too!" Ana berkata dengan takjub.

"Yeah, look, there are many similarities between us" Azka mengeluarkan senyum yang jarang ditunjukkannya.

Kemudian, mereka terus bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing hingga bel pulang berbunyi.
Ana tak tau, ia telah melelehkan bongkahan es di hati seorang Azkanio Ardhian. Azka dalam keadaan normal tentu tak akan mau berbicara sebanyak ini pada orang yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu.

********

Ana mengambil sebuah kunci kecil untuk membuka buku berwarna biru muda yang ada di tangannya, buku diarynya. Ia membuka lembaran kosong pada buku itu dan menuliskan sesuatu.

"Hari ini aku menemukan begitu banyak kesamaan antara diriku dan Azka. Bekas jahitanku yang aneh ini ternyata sama dengan miliknya. Haha, ternyata ada juga orang lain yang pernah mengalami operasi aneh seperti diriku. Ya, hari ini ia banyak berbicara denganku. Tak seperti sikapnya yang biasanya dingin. Dan hal itu cukup membuatku senang. :)"

Ia mengakhiri menulis diarynya dan tersenyum simpul sambil kemudian merebahkan dirinya diatas spring bed nya.

Di lain sisi, Azka sedang merebahkan tubuhnya di sebuah kursi santai. Tangannya terlipat di belakang kepalanya.

Azka POV

Anastasia. Hmm, mengapa gadis itu memiliki begitu banyak kesamaan denganku? Bahkan kemampuanku yang menurutku aneh, ya, kau tau.. menangkap lalat dan serangga lain yang terbang begitu cepatnya. Seolah-olah aku bisa mengatur penglihatanku untuk memperlambat gerakan mereka yang sebenarnya cepat, bagaikan efek slow motion di film-film. Ana juga bisa melakukan itu. Kemampuannya tak jauh beda denganku.

Dan yang terpenting, bekas jahitan itu. Ia memilikinya juga.. Bahkan kisah hidupnya pun tak jauh beda denganku. Apakah ini hanya kebetulan?

Aku tau betul kemampuan tubuhku ini. Dan selama ini aku belum menemui orang lain yang menyamainya. Kecuali Anastasia. Aku menyadari ada sesuatu yang berbeda darinya. Tapi aku tak tau apa itu..

Oh shit! dan sekarang kenapa aku jadi memikirkannya?

Keesokan Harinya

Pukul 14.10 WIB. Pelajaran di kelas XI-IPA-7 tinggal 5 menit lagi. Wajah para penghuni kelas ini sudah tampak tak bersemangat mendengarkan penjelasan guru mereka.

"Minggu ini tugas kalian adalah praktikum biologi tentang sistem pernapasan hewan. Petunjuknya silahkan dilihat di lembaran yang ibu berikan. Kalian bisa mulai praktik sepulang sekolah nanti. Oh ya, partner kalian untuk tugas kelompok ini cukup teman sebangku kalian saja." Ucap Bu Artina sebelum mengakhiri pelajaran.

"Ka, kapan kita ngerjain ini?" Tanya Ana pada teman sebangkunya.

"Nanti aja pulang sekolah. Dirumah gue aja ya?"

"Oke deh."

Kemudian deringan suara paling indah bagi para pelajar berbunyi. Para pelajar berseragam putih abu-abu berhamburan meninggalkan sekolah.

Ana berjalan menuju gerbang sekolah sambil menenteng sebagian bukunya. Tiba-tiba, sebuah motor sport warna merah berhenti disampingnya.

"An, lo ga bareng gue?" Azka berbicara sambil menaikkan kaca helm-nya.

"Eh, Azka bikin kaget aja. Err, gue biasanya naik taksi."

"Emang taksi lo tau rumah gue dimana?" Tanya Azka.

"Enggak sih, hehe."

"Yaudah buruan naik."

Azka menjalankan motor sport merahnya dengan Ana duduk menyamping diboncengannya.

"Udah sampe nih.." Azka menghentikan motornya dan memarkirnya di samping rumahnya.
Kemudian mereka memasuki rumah mewah milik Dr. Johan, ayah Azka.

"Tunggu sini bentar ya, gue mau ganti."

"I-iya."

Ana duduk sendirian di ruang tamu rumah Azka. Matanya mengamati bagian dalam rumah Azka. Diatasnya ada lampu kristal besar. Disudut lain, ada bagian dinding yang dipasangi beberapa frame foto.
Karena bosan, ia melangkah menuju dinding penuh foto itu. Matanya mengamati satu persatu foto yang ada disana. Ia menahan tawa melihat foto Azka saat MOS SMP. Bagaimana tidak? Disitu Azka mengenakan topi dari baskom dan kalung dari kerupuk dan dedaunan kering.
Kemudian bola matanya tertarik melihat foto sebaris orang berpakaian jas putih khas dokter. Dalam foto itu, ia menangkap sosok yang tak asing baginya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, ragu dengan apa yang dilihatnya. Wanita di foto itu memang lebih muda, tapi ia tau betul siapa wanita muda berpakaian dokter yang ada di foto itu.

"Mama..?!"

********

Heyho.. Makasih udah mau baca cerita aku :) penasaran apa hubungan Dr. Johan sama mamanya Ana?
Tunggu di part 5 yahh..

Jangan lupa vote+comment 😀

PS: di multimed ada fotonya Ana :)

PROMISESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang