Pagi hari dan hujan. Dua hal yang jadi favorit Ana. Pagi ini ia hanya duduk termenung memandangi rerumputan basah di depan rumahnya. Ingatannya melayang jauh, tubuhnya memang disini tetapi pikirannya tidak. Begitu banyak hal hebat yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini. Ia genoid, Azka genoid. Lalu apa lagi? Ia harus bagaimana? Yang jelas setelah ini hidupnya jadi remaja normal akan segera berakhir.
Ia harus mempersiapkan dirinya menghadapi para hunter yang ditugaskan Xavier untuk mendapatkan Azka dan Ana, hasil percobaan mereka, kembali ke tangan Xavier.
Huh, memang aku ini apa? Seenaknya mereka merampas kebebasanku. Gerutu Ana dalam hati.Tangannya meraih secangkir coklat hangat di sampingnya. Menyesapnya sedikit demi sedikit, merasakan pahit dan manisnya. Ah, ia masih butuh banyak penjelasan. Mengapa Xavier begitu menginginkan dirinya dan Azka? kalau hanya sekedar untuk meneruskan percobaannya, kenapa harus memburu Ia dan Azka? apakah mereka tidak mempunyai back up data percobaan pertama mereka kemudian tinggal membuat percobaan baru lagi? Seharusnya mereka bisa melakukannya tanpa harus menggunakan dirinya dan Azka.
Tak berapa lama, sebuah sedan hitam berjalan memasuki pekarangan rumah Ana. Dari dalam sedan hitam tersebut, keluar seorang laki-laki setengah baya berseragam rapi dan seorang remaja seusia Ana dengan pakaian casual.
"Azka! Dr. Johan!"
Teriak Ana menghampiri Dr. Johan dan Azka, menembus gerimis yang sedikit menambah dinginnya pagi itu. Dr. Johan menyambut Ana dengan rangkulan kecil di pundak Ana.
"Mama kamu di rumah?" Tanya Dr. Johan ketika sampai di depan teras rumah.
"Iya mama di rumah. Ana panggilin dulu ya Om.." Kemudian Ana berlari ke dalam rumah, memanggil ibunya , setelah mempersilahkan Dr. Johan dan Azka duduk. Tak lama kemudian Ia datang bersama Carla, ibunya.
"Hey, Jo. Apa kabar? tumben sekali pagi-pagi sudah mampir."
"Ah, aku baik-baik saja, kawan lama. Hmm kau tahu, ada hal penting yang perlu kita bicarakan. Kita berempat." Ucap Dr. Johan sambil melirik Azka dan Ana. Azka dan Ana hanya berpandangan heran, menebak-nebak apa yang akan di bicarakan.
"ehm, okay." ucap Carla.
"Baiklah, om yakin baik Ana maupun Azka sudah tau tentang identitas asli kalian. Kalian adalah Genoid, manusia yang diciptakan dengan rekayasa gen, menggabungkan unsur-unsur terbaik dari manusia. Jadi bisa dikatakan, kalian diciptakan untuk jadi manusia sempurna. Kalian pasti sadar bahwa kalian memiliki begitu banyak kelebihan dibanding teman-teman kalian. Memang, kalian sempurna secara fisik dan otak. Gen dalam tubuh kalian itulah yang di cari oleh para hunter, para anak buah Xavier Hadeon. Memang, menurut laporan mata-mata Om, Xavier dan rekan-rekannya sudah berusaha membuat percobaan yang sama seperti yang pernah ia lakukan pada kalian. Ia mencoba memodifikasi lagi tubuh manusia. Tapi, percobaan yang ia lakukan setelah kalian selalu tidak sempurna karena back up data percobaan itu kami bawa kabur saat menolong kalian dan dengan pertimbangan yang matang, akhirnya kami musnahkan. Xavier dan rekan-rekannya akan bisa membuat genoid yang sempurna jika mereka bisa mendapatkan data dari DNA dalam tubuh kalian. Maka dari itu, disini, kami harus bisa mempertahankan kalian agar tidak jatuh kepada Xavier." Jelas Dr. Johan panjang lebar.
"Selain orang lain yang menjaga kalian, kalian juga harus belajar membela diri." Sahut Carla.
"Nah, benar sekali. Mulai setelah ini, kalian akan dilatih bela diri oleh salah satu teman Om. Om yakin kalian akan bisa dengan mudah mempelajarinya karena itu telah ada dalam darah kalian."
Tegas Dr. Johan."Tapi sebelum kalian diajari bela diri, ada baiknya kalian belajar menggunakan ini." Ucap Dr. Johan sambil mengeluarkan sebuah pistol semi otomatis berjenis FN FNP-45.
"Whoa! Darimana ayah dapat pistol sekeren itu?" Azka bertanya sambil menatap takjub FN FNP-45.
"Ah, Kenalkan ini salah satu dari 10 pistol terbaik di dunia, FN FNP-45, buatan Kolombia, dapat menembakkan 9 x 19mm parabellum catridge dengan putaran 14-16 peluru." Dr. Johan berkata sambil memutar-mutar senjata di tangannya.
"Kau yakin mereka akan menggunakan ini?" Tanya Carla dengan ragu.
"Tentu saja! Mereka akan sangat memerlukan skill untuk menembak."
Tanpa di duga, Dr. Johan menarik pelatuk pistol dalam genggamannya dan mengarahkan peluru ke Azka.DORRRR
Secepat kilat Azka menghindari peluru yang diarahkan kepadanya.
"Apa apaan kau Johan! Kau mau membunuh anakmu sendiri hah?" Bentak Carla.
"Hehe, bukan begitu. Kau melihatnya sendiri kan tadi? Mereka berdua akan sangat sulit dikalahkan oleh para hunter. Bahkan dalam jarak dekat tembakanku tak bisa mengenai tubuh Azka. Reflek mereka benar-benar luar biasa"
"Dasar gila. Bukan di rumahku juga, Jo. Hmm setidaknya kau telah merusak tembok rumahku. Lagian, apa kata tetangga kalau mendengar suara tembakanmu tadi?" Ucap Carla sebal sambil mencubit lengan Dr. Johan.
"Aww, baiklah, maaf-maaf. I just want to prove it, eh?" Dr. Johan membela dirinya sendiri.
"Heyy! Stop it. Look at him, he seems so surprised!" Teriak Ana menyadarkan Dr. Johan dan Carla dari perdebatan mereka. Ah, mereka melupakan sang korban, Azka.
Azka masih mematung di tempatnya, shock.
"Hey boy, are you okay?" Tanya Dr. Johan khawatir.
Azka yang tersadar dari kekagetannya langsung menghadiahi tinju nya tepat di lengan Dr. Johan.
"AYAH APA-APAAN SIH! NGAGETIN AZKA BANGET TAU NGGAK! NYEBELIN."
"Hmm, i'm sorry my boy. Hey, jangan marah sama Ayah. Ayah cuman mencontohkan tembakan tiba-tiba dari para hunter." Bela Dr. Johan
Azka yang semula terlihat sebal kemudian tersenyum lebar,
"Haha, it's okay Pa. Azka bercanda kok. Azka ga lupa kalo Azka genoid. Kalau mau, peluru tadi bisa kok Azka tangkep, well, kalau Azka mau merelakan tangan Azka bolong sih." Azka mengerlingkan sebelah matanya."Huu dasar jahil lo! Ga lihat apa muka Om Johan tadi khawatir banget?" Sela Ana.
"Haha, sudah-sudah. Yang penting sekarang Azka, Ana, kalian siap?"
"SIAP!" Ucap Azka dan Ana kompak sambil bergaya ala militer.
Yah, ini adalah baru awal dari perjalanan mereka menghadapi para Hunter. Tetapi, bisakah mereka bertarung melawan para Hunter dan tetap hidup? Diam-diam, mereka bertanya pada diri mereka sendiri.
"Ya, aku bisa".
********
Hai, maaf aku lama (banget) nggak update. Sebenernya aku udah niat ga ngelanjutin cerita ini karena aku juga lagi bikin cerita lain. Tapi sayang juga kalau yang ini ga diselesaiin :v so, i'm so sorry for not being a good author. Terimakasih buat yang udah mau baca cerita absurd gajelas gini.. :')
Kedepannya gue coba rajin update deh..Jangan lupa vomment ya..
Love ya all.
-pollokitty-

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISES
Science FictionKetika hati telah lelah, ketika hati ingin menyerah melepaskan apa yang selama ini dipertahankan. Kekuatan kata-kata manis yang dirangkai menjadi sebuah kalimat yang dinamakan janji mengubah segalanya. Tapi, manusia bisa saja dengan mudah mengingkar...