Waiting Part I

747 16 0
                                    

Tak kusangka, walau rumahku sudah menjadi kenangan, kini aku punya rumah yang baru. Ayahku telah lama tiada. Kini aku punya yang baru. Aku rasa, ayah akan berterimakasih banyak pada ayahku sekarang. Semoga kau bahagia di sana, yah.

“Hey, tukang melamun!” Teriak Tom.

Aku terkejut, memasang wajah datar, seolah tak tahu apa apa

“Ayo, kita diskusikan bersama!”

“Baiklah. Aku ajak ayah juga,ya”

Aku turun ke bawah. Menuju ruangan tengah. “Ayah!”

“Ya? Ada apa?”

“Aku mau menanyakan beberapa hal tentang Vampir”

“Oh, lebih baik di ruang makan saja. Ajak Tom untuk kesana”

“Baiklah”

Aku berlari ke atas. Menuju kamarku. “Tom! Kita berdiskusi di ruang makan”

Kami berlari menuju ruang makan membawa berkas berkasnya.

“Hey, hey. Tak perlu membawa berkas seperti ini. Tanya saja padaku. Siapa tahu, informasi di tulisan itu salah” Ucap Ayah

“Oh, baiklah, aku menaruhnya dibawah saja” Sambil menaruhnya dibawah, aku menanyakan satu pertanyaan “Kira kira, pada saat ini, tempat yang ditempati Vampir itu seperti apa?”

“Kemungkinan besar, bangunan tua seperti ini”

“Tetapi sudah jarang ada bangunan tua seperti ini” Ucap Tom

“Ya, kurasa akan sedikit susah untuk mencarinya” jawabku

“Ada lagi yang ditanyakan?”

“heem…Bagaimana Vampir memperbanyak keturunannya bila sudah terpojok seperti ini?”

“Kemungkinan, Menggigit manusia, dan merubahnya menjadi Vampir. Tapi, Vampir itu nanti terbunuh juga, karena manusia sangat cepat menyebarkan berita”

“Benar juga, ya. Kurasa Vampir benar benar terpojok sekarang. Kasihan sekali” aku menjawab dengan iba

“Nah! Itulah mengapa Vampir menempati bangunan yang cukup tua untuk tempat tinggalnya! Mereka bersembunyi dari kejaran manusia dan berita beritanya yang cepat beredar. Mereka memangsa manusia yang hendak ke bangunan itu saja. Sehinga, tak ada sanksi yang melihat Vampir tersebut memangsa manusia! Itulah mengapa mereka memilih bangunan tua untuk ditinggali!”

“Tetapi, Tom, Keluarga Korban akan mengetahui bahwa sang korban tak kembali dari bangunan tersebut. Sehingga, kuat perasaan keluarga korban, bahwa dia meninggal di bangun itu. Jadi, Vampir dalam bahaya” Jawab ayah.

“heem…semakin rumit saja strategi Vampir ini. Jadi mereka menunggu saat saat yang tepat ya?” Tanyaku kembali

“Ya, kurasa begitu. Mereka harus menanti hingga keluarga korbannya tak mengetahui kabar korban hingga beberapa tahun. Sehingga sang Vampir bisa melakukan yang dia mau terhadap korban itu” Jawab Tom

“Bagaimana dengan tetangga korban? Mereka bisa saja curiga mengapa korban tak kunjung pulang” Ayah menambahi

“Berarti Vampir juga harus menunggu hingga korban itu berbuat sesuatu yang membuat tetangga tak peduli atau benci pada korban. Sehingga mereka tak peduli bila sang korban pulang atau tidak” jawabku.

Kemudian, Ayah dan Tom menatapku. Aku mengangkat bahu dan kedua tangan.

“Apa?”

“Tidak kah kau sadar, Field?” Tanya Tom

Ayah tertawa. Tom menutup mukanya dengan tangannya.

“Apa? Aku benar benar tak mengerti?” Tanyaku penasaran

“Kaulah, Renfield! Kau yang ditunggu para Vampir itu! Salah satu korbannya adalah kau! Penduduk mengusirmu, Ibumu tak peduli padamu, pamanmu memperbudakmu, Tak ada orang yang peduli padamu. Sehingga kecil sekali kemungkinannya ada sanksi yang melihatmu digigit dan menjadi Vampir” Jelas Tom

Aku menelan ludah. “Aku sudah ditunggu?”

“Kurasa begitu, nak” jawab ayah

“Hanya saja, mereka belum siap menggigitmu. Entah kriteria apa lagi yang membuat mereka menunggumu untuk digigit” Tom menjelaskan kembali

“berarti, yang harus kulakukan hanyalah…”

“Sabar menunggu” Ucap Tom dan ayah bersamaan

            Tidak kah kalian percaya? Selama ini, aku sudah ditunggu! Kehidupan yang baru, Aku akan datang! Aku harap mereka segera menggigitku, dan meninggalkan kepedihan ini! Aku harus segera mencari informasi lainnya. Ternyata, selain Rumah dan ayah yang baru, aku mendapatkan yang layak kudapatkan. Kehidupan yang baru! Tunggulah Ibu, paman. Kalian akan mengetahui bagaimana rasanya tusukan perih yang kau berikan!

            Eh? Ada apa ini? Bukankah aku tidur dikamar? Dimana ini? Pertanyaan terus melayang di benak ku. Dimanakah ini? Semuanya gelap. Aku berjalan menelusuri tempat antah berantah ini. Tiba tiba, wanita berjubah hitam, mengenakan tudung panjang, seperti malaikat maut. Berada di depanku. “Kau. Tunggulah hingga waktunya tiba. Aku sangat senang kau sudah menemukan kami”. Aku mendekatinya, berusaha membuka tudungnya, tetapi, dia menghilang! “Kau tak perlu tahu siapa aku. Nanti kau akan tahu” “Yang benar saja! Dasar pengecut! Membuka tudung saja tidak mau!” dia tertawa licik, terbahak bahak, tetapi licik. “Hahahaha! Yang perlu kau tahu, kau hanya menunggu hingga waktunya tepat. Jadi, bersabarlah!” Setelah menghilang, dia berada dibelakangku. Aku membalikkan badan dengan cepat. “Apa maksudmu?!” “Jangan pura pura tak mengetahuinya. Kau memang sudah kami tunggu. Tetapi, kami harus memastikan dahulu. Tanyakan pada ayahmu, dia mengetahuinya”. Aku butuh 3 detik untuk menyadarinya. “…..Apakah kau?!” ucapku gemetar. “Hahahaha! Tunggulah kami”. Dia memperlihatkan matanya yang berwarna merah darah membara. Detik itu juga aku terbangun dari tidur.

            Aku memperhatikan Jam tua di pojok kamar. Entah mengapa benda itu masih berfungsi. Waktu menunjuk kan pukul empat subuh. Aku masih punya waktu menanyakan hal ini pada ayah. Aku berlari menuju ruangan tengah, berteriak “Ayah!”. Secara cepat, dia berada di depanku. “Ada apa, Renfield? Sepertinya gawat sekali?” “Ya, aku rasa begitu. Aku bermimpi, wanita bertudung dan mengenakan jubah hitam…”. Wajah ayah memucat, pupil matanya mengecil, berubah menjadi berwarna merah darah seperti wanita tadi! “Apa saja yang dia katakan?!”. Aku menceritakan semuanya, wajahnya berubah menjadi wajah amarah. “Renfield, segeralah ke kamar! Tidur, dan jangan meninggalkan ranjang dan kamarmu!” Setengah detik setelah ayah memperingatkanku, dia berlari cepat menuju pintu. Pintu itu terbuat dari kayu tebal yang sangat tua. Tom mendekatiku, “Jangan memeriksa tempat ini sekarang. Lebih baik kau tidur. Nanti pagi saja kita periksa berdua”. Demi bulan purnama, apa yang terjadi disini?! Sebaiknya aku segera tidur. Sehingga aku dapat memeriksa tempat tadi sesegera mungkin.

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang