Sweet Revenge Part II

707 18 0
                                    

Aku duduk berdiam di ruang makan. Aku sedang malas berkegiatan. Aku menaruh kepalaku diatas meja. “Kalau ingin tidur, didalam peti saja. Jangan dimeja” Bryce mengigatkanku. “Tidak, aku tidak ingin tidur”. “Bryce, Renfield adalah orang yang suka bermalas malasan. Biarkan saja dia” Tom menambahi. “Hah? Yang benar saja. Vampir tidak pernah lelah” ucap Bryce dengan nadanya yang meledek. “Bukankah kau juga suka bemalas malasan?” Tanyaku pada Tom. “Sudahlah, masih ingin bertengkar? Mulutmu akan kumasukkan bawang putih nantinya!” Ancam Bryce. “Tapi, aku rasa, matahari akan terbit. Aku tidur dulu ya” Aku meninggalkan Tom dan Bryce tanpa peduli. “kalau begitu, aku juga! Selamat pagi, Tom! Haha!” Bryce melambaikan tangannya pada Tom. Tom juga melambaikan tangannya pelan. Huh. Semoga Renfield segera membalas dendamnya. Agar aku segera menjadi Vampir juga!. Aku bisa mendengar apa yang Tom bicarakan dari dalam hati. “Tenang saja, Tom! Aku akan melakukannya nanti malam!”. “Haha….Lucu sekali” Ucapnya dengan nada menggerutu.


    Saat aku dapat menggerakkan seluruh anggota badanku kembali, itu berarti matahari sudah tenggelam. Aku harus membunuh ibu secepatnya. “Semoga kau beruntung”. aku mendesah pelan “Tentu saja, ayah”. Aku memulai pembunuhan dingin ini dengan tenang. Aku hanya berjalan. Aku bertanya pada salah satu manusia, dimanakah penjara yang ibu tempati. Ternyata, penjara itu tak jauh dari tempatku berdiri. Hanya setengah kilo meter. Berjalan saja sudah cukup. Kini, aku berdiri tegak, tak jauh dari penjara tersebut. Aku bisa melihatnya dari kejauhan. Aku berpikir keras, bagaimana caranya memasuki penjara itu, pada saat larut malam seperti ini. “Hei, kawan!” Aku mendegar seseorang memanggilku. Aku memutar badan, mencari arah suara itu. “Hei, dibawah sini!”. Aku melihat seekor kucing hitam. “Kau Vampir? Aku tak menyangka, makhluk sepertimu masih bertahan hidup!”

“Ya, aku Vampir. Hei, kawan, bisakah kau membantuku?” Tanyaku pada kucing tersebut

“Tentu saja, kita kerabat, bukan?”

Bodohnya aku. Kucing hitam adalah hewan yang dipercaya menurunkan kesialan pada manusia. Dan makhluk itu adalah salah satu ras Iblis berupa hewan. “Ya, tentu saja. Kau adalah kucing peliharaan, dari salah satu narapidana di penjara itu, bukan?”

“Ya. Lalu?”

“Apa kau mengenal Jonathan Claudia?”

“Ya! Dia adalah wanita yang mengerikan! Oh, betapa mengerikannya wanita itu! Bila aku harus memilih, siapakah diantara penyihir dan wanita itu yang memeliharaku, aku lebih nyaman dipelihara penyihir daripada wanita mengerikan!”

“Bagus. Sekarang, bisakah kau memberitahuku, bagaimana aku bisa menerobos pagar besi itu? Aku memiliki urusan yang belum diselesaikan dengan wanita yang kau sebutkan”

“Tentu saja! Kau Vampir, bukan? Kau bisa berubah menjadi kucing hitam sepertiku. Akan kutunjukkan jalan menuju sel wanita itu”

“Um… Bagaimana caranya?”

“Vampir baru ya? Hohoho! Anggaplah dirimu adalah kucing hitam, lalu, katakan pada dalam hatimu yang paling dalam, bahwa kau akan berubah menjadi kucing. Mudah, bukan?”

“Baik, akan kucoba”. Setelah mengikuti instruksiya, aku benar benar menjadi kucing hitam!

“Baik. Ayo, ikuti aku” Kata kucing itu, seraya berjalan lembut diatas tanah.

“Renfield. Jonathan Orfeo Renfield. Namamu?”

“Astaga, kau putra dari wanita itu?! Namaku Gilbert. Gilbert Gillman”

“Ya. Aku putra dari wanita itu. Aku harus membunuhnya”

“Kontrak perjanjian ya? Temanku Albert juga pernah mendapati hal seperti itu. Sayangnya, dia meninggal setelah berperang melawan manusia. Seandainya, anak berumur tiga belas tahun itu belum meninggal, mungkin, dia akan menjadi lelaki tampan sepertimu, sobat”


“Aku turut berduka, Gilbert. Terima kasih atas pujianmu”


Gilbert berhenti didepan sel yang gelap dan kotor sekali. Aku yakin, Setan pun tak kan berani masuk kedalam sel ini. Sambil memandang ketakutan, Gilbert memandang wanita yang tergeletak di lantai, tertidur hingga mendengkur keras. dengan banyak luka di wajahnya, mengenakan Celana pendek, dengan pinggul yang sedikit besar. Aku bahkan lupa, sosok ibuku. Percayalah kau, tidak akan percaya bahwa ini wanita. Aku rasa, ibuku seperti lelaki yang berternak di pedesaan. “Semoga kau beruntung!” dia berteriak sambil berlari hingga ke ujung koridor.


Aku berubah menjadi bayang bayang gelap. Menembus jeruji sel, dan berdiri di kegelapan. Aku tak sabar ingin mencicipi rasa darah manusia yang lain. “Siapa disana?!” Bantak ibuku keras. “Oh, apa kau lupa dengan putramu sendiri?” Aku tertawa bagai Iblis. Entah, aku sangat bergairah untuk tertawa. “Oh, Renfield, putraku” ucapnya dngan nada memelas. “Tak ada ampunan, untukmu! Aku akan membalas dendam ayah!” Aku berteriak, dan meraih lehernya. “K…kau..be..benar benar mengaliri darah ayahmu” Ucapnya terbata. Aku memiringkan kepala, mengernyitkan alis di dahi. “A-apa?” Aku menarik tanganku kembali. “Ayahmu Vampir juga. Saat kau berumur tiga tahun, ayahmu mengikuti kontrak perjanjian. Dia sekarat, tertembak oleh sahabatnya sendiri. Saat dia mencari pertolongan, dia menemukan rumah tua. Dia memohon pertolongan, dan pada akhirnya, ayahmu bertemu Cain. Dia melakukan kontrak perjanjian. Ayahmu membunuh kru kapalnya sendiri. Aku tidak terima. Dan itulah mengapa aku membunuh ayahmu!”


Pupil mataku mengecil, tak kusangka, ternyata ayah…


“bisa dibilang, aku adalah pemburu Vampir. Dan, setelah ayahmu mati, kau berikutnya!” Ibu mengambil pasak kayu, yang ia sembunyikan di tangan kanan, menusuk jantungku hingga tembus badan. Aku hanya memperhatikan pasak kayu itu, lalu memandang ibu. Tersenyum bengis, dan senang akan kemenangan yang aku miliki! “Sungguh disayangkan, bu”. Dia berjalan mundur. Aku bisa merasakan ketakutannya. “Aku, Jonathan Orfeo Renfield. Berjanji pada Jonathan Orfeo Daniel, ayahku, untuk membalas dendamnya padamu!” Aku menarik pasak kayu itu dari dadaku. “Walau kau ibuku, aku tak akan memaafkanmu!” Aku menancapkannya ke jantung ibu. Darah bercipratan. Aku meminum darahnya hingga habis tak tersisa. “Semoga Tuhan memaafkanmu, ibu” Aku tertawa licik. Meninggalkan tempat tadi dengan berjalan elok menjadi kucing lagi.


    “Maafkan aku, aku tak membawa sekantong darah pun” Aku berkata pelan. “Apa?!” Saudara saudaraku berteriak. “Oh, malas sekali rasanya berburu rusa dihutan!” Keluh Nicholas. “Tetapi, kau membawa bukti lain, kan, Renfield?” Tanya ayah. Aku menunjuk dadaku. “Belum cukup?” Tanyaku melucu. Ayah tertawa. “Tentu saja! Ibumu orang yang mengerikan, bukan?”. Ayah menghampiriku, berbisik pelan. “Kau sudah tahu ceritanya?”. Aku mengangguk. “Besok, tolong antarkan aku ke pemakaman ayah. Ayah Daniel”. Ayah mengangguk “Aku juga merindukan saudaraku itu”. Aku memeluk ayah. Aku bisa merasakan air mata ayah menetes di bajuku. Seandainya, ayahku, Daniel masih hidup.

The ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang