Setelah bangun dari tidurku yang damai, aku duduk di dahan pohon dibelakang rumah. Melihat bulan purnama. Sungguh indah. “Hai, Renfield” Garamy menyapaku dari bawah pohon. “Boleh aku duduk bersamamu?” “Tentu”. Kami melihat bulan purnama bersama.
“Aku tak mengerti. Aku kira, tersisa lima klan dari kalian, ternyata, hanya lima Vampir dan tiga klan saja yang bertahan hidup”
“Ya. Dua klan yang tersisa sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mereka menitipkan darahnya untuk diminum manusia, agar menghasilkan keturunan Vampir dari klan mereka. Tetapi sayang, darah itu sudah mengeras dan tak bisa diminum kembali”
“Bagaimana mereka bisa meninggal?”
“Sekelompok manusia datang kemari. Entah, apa maksud dari kedatangan mereka. Mereka menelusuri rumah ini, dan menemukan ruangan dimana peti kita berada. Mereka membuka paksa petinya. Akhirnya, kami marah besar karena mereka mengganggu tidur kami. Kami menyerang mereka. Tetapi, dua orang dari dua klan tersebut terbunuh oleh sekelompok manusia itu. Ayah sangat marah! Ayah mengambil sebilah pisau, lalu merobek perut mereka dan memakan isi perutnya. Salah satu dari mereka berhasil melarikan diri. Memang, ayah adalah orang tersadis yang pernah kulihat. Tetapi ayah sungguh baik. Seperti kata pepatah, jangan pernah membangunkan naga yang tertidur”
“Bila orang sabar dibuat marah, maka kau akan menerima akibatnya” aku mengartikan pepatah tersebut. Aku pernah mempelajarinya di sekolah.
“Benar sekali. Manusia sudah melewati batas. Kini, hanya kita yang tersisa sebagai Vampir” Caranya bercerita sungguh menusuk dadaku. Garamy bercerita dengan bersungguh sungguh. “Lalu, kapan kau memulai balas dendammu, Renfield?” Garamy bertanya
“Aku akan memulainya…..sekarang”. Aku berlari sekuat tenaga menuju kampung yang pernah kutempat tinggali.
Sampai disana, aku melangkah perlahan mendekati rumah paman. Aku memasuki rumahnya. Disana ada dua buah mobil yang menyamar, untuk pengiriman narkoba. Aku mengintip ruangan gudang yang menyimpan banyak narkoba. Disana ada pekerja yang mabuk akibat benda terkutuk itu. Aku mencoba mengintip kamar paman. Disana, ia tertidur dengan dua wanita muda. Karena lampu kamar paman tidak hidup, dengan mudahnya aku menyelinap dibalik bayang bayang gelap. Mataku memerah. Nafsu akan darah yang mungkin berasal dari paman. Paman terbangun, ketakutan melihatku. “Si…siapa itu?!” paman merinding hebat. Aku masih bisa melihat matanya yang terluka akibat Tom. “Keponakanmu tercinta” ucapku tanpa takut. Dia menghidupkan lampu mejanya dengan cepat. Dia sungguh terkejut. “Ren…field?!” saat paman menyebut namaku, wanita itu juga terbangun. Mereka ketakutan melihatku yang sudah menjadi malaikat mautnya. “Aku kemari untuk membalas apa yang sudah kau perbuat padaku, paman”. “Apa yang terjadi dengan dirimu?!” “Hanya perubahan sedikit saja” Aku tersenyum licik, memperlihatkan gigiku yang tajam ini. Betapa manisnya balas dendamku ini. “K..kau, Va..Vampir?” dia menggagap. Dengan cepat, aku sudah berada dibelakang paman. “Ya. Aku bukan lagi manusia” aku berbisik di dekat telinganya. Dia membalikkan badan, memegang botol whiskey, dan hendak memukul kepalaku dengan botol itu. Aku memegang tangannya. “Ckckckck…masih ingin membunuhku juga?”. Aku melihat mata paman. Melihat masa lalu yang sudah ia lakukan. Ternyata, dialah salah satu dari sekelompok orang yang membunuh dua klan Vampir yang berhasil melarikan diri. Aku menghela nafas. Tersenyum. Gila akan membunuh makhluk menjijikkan ini! “Aku akan melakukan hal yang sama, yang dilakukan ayah terhadap makhluk sepertimu, paman”. Wanita tadi berlari keluar. Aku mendengarnya berteriak minta tolong kepada pesuruh paman. “Sudah terlamban Renfield!” Paman menambahiku. “Aku rasa tidak”. Aku merebut botol whiskey paman. Memecahkannya, menjadi benda tajam. Aku merobek perut paman. Memakan isi perutnya. Aku rasa, darah ayah sudah mengalir ditubuhku. Aku sungguh menikmati isi perut paman. Setelah memakan semuanya, aku mendengar pesuruh paman berlari menuju kamar ini. Aku bersiap didepan pintu. Saat pintu terbuka, aku menyapa pesuruh itu. “Hai, Rico”. Aku menendangnya kuat. Dia membentur dinding rumah paman. Aku menghampirinya, lalu meremas lehernya, badannya terangkat, sembari aku mengangkatnya keatas. “Aku kehausan. Bolehkah aku minta darahmu sedikit?” aku menggigit lehernya, menghisap darahnya sampai habis. Pesuruh yang lain berdatangan. Setelah aku meminum darah Rico, aku menghajar pesuruh pesuruh itu hingga mati. Rumah ini penuh dengan darah. Sebagai buktiku telah membunuh paman, aku memasukkan darah yang berceceran ini ke dalam kantong plastik. Aku berlari menuju rumah. Memperlihatkan kantong darahnya dan menaruhnya diatas lantai. “Oleh oleh dariku. Kalian mau?”. Saudara saudaraku berlari kemari. Mengambil kantong plastik masing masing, dan meminumnya. Ayah berjalan pelan kemari. Aku memberinya sekantong darah juga. Dia tersenyum. “Bagus. Kini, tersisa satu orang yang perlu kau tinggalkan kesedihannya”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Contract
VampireKetika kau menanyakan apakah aku percaya dengan hantu dan semacamnya, maka aku percaya. Mereka ada disekeliling kita. Vampir? ya! Mereka ada. Tetapi entah mengapa mereka tidak mewujudkan diri mereka. Mungkin karena dunia tak seperti dulu. Aku marah...