SUARA getaran halus terdengar dari HP. Aku mengambilnya dari atas meja. SMS pendek muncul dilayar.
Lu dimana ?, lagi sibuk gak ?
Dari Chicco
Aku mengetikkan jawaban.Enggak. Lagi pelajarin materi dari dosen. Sebentar lagi selesai. Knp ?
Cittttt
Suara pintu kamar ku dibuka oleh Francesca. Aku langsung bangun dari posisi tengkurep. Hampir saja aku marah kepadanya karena tidak mngetuk pintu terlebih dahulu."Hallo Stell" Sapa wanita berkebangsaan Prancis itu.
"Iya Hai, ada apa kamu kemari ?"
"Itu ada yang menunggu mu diruang tamu"
"Ohh, thaks"
Aku melangkahkan kaki ku menuju ruang tamu. Sembari menuruni tangga, aku berfikir siapa tamu itu. Apakah Hana yang ingin menceritakan ceritanya yang bila dijadikan buku akan terus besambung entah sampai part berapa. Tetapi biasanya Hana akan langsung datang ke kamar ku untuk dapat menceritakan privasi nya tersebut.
Aku berjalan pelan karena aku yakin itu pasti Hana. Ternyata dugaan ku salah!. Chicco yang sedang duduk disofa berwarna hitam sambil memutar-mutar hp nya yang berharga puluhan juta itu. Disini ia memang menjadi seorang chef disalah satu restoran Indonesia milik tantenya. Tapi beda dengan kehidupannya di Surabaya yang sangat amat mengenal club malam dan barang-barang mewah bergelimang.
Aku menghampiri dirinya, yang aku rasa dia gak nyadar kalau aku udah duduk tepat disebelahnya. "Ada apa kamu kesini ?"
Ia memandang ku penuh harap, seperti seorang anak kucing yang meminta belas kasihan dan memutar-mutar dikaki ku.
"Jalan yu"
"Wah boleh tuh, tumben lu ngajak gue jalan ? Abis dikirim uang sama mamah ya dari Indo atau... abis gajihan ?"
"Nggak ko, mau gak ?"
"Emmm boleh deh, tunggu ya gue ganti baju dulu" Jawab ku sambil berdiri dan menepuk pundak nya yang sangat keras itu.
Aku sudah siap untuk berjalan-jalan bersamanya. Aku bergegas ke ruang tamu karena menurut ku ia sudah menunggu lama sahabatnya yang gak tau diri ini.
Tokkk
Tokkk
Suara langkah kaki ku yang sedang menuruni tangga kayu selebar 60 cm itu. Aku menggunakan sepatu high heells yang mempercantik penampilan ku hari ini untuk tidak mempermalukan Chicco."Ayo aku udah siap. Lets go !"
"Lama bener dah elu"
"Yee.. namanya juga cewe, bayak yang harus diurusin"
Aku membuka pintu mobil BMW berwarna silver itu. Ketika mobil dinyalakan, AC nya lebih dingin dari pada Kutub Utara. Aku kecilkan suhu AC nya, mungkin ia pikir aku suka dengan tempat dingin ? Jawabannya tidak sama sekali.
"Eh kita makan aja ya di restoran Italia, giamana ?. Gue tau tempatnya deket centrum" Tanya laki-laki yang mempunyai badan atletik itu.
"Terserah lu deh, gue ngikut aja. Lagian kan elu yang ngajak tadi"
"Oke kita kesana ya"
"Eh kuliah lu gimana ?, nilai gue turun nih semenjak diajak ke club sama si Max" Gunam nya kesal"Gue sih baik, malahan semakin bagus. Alhamdulillah sih, soalnya gue udah janji gak akan mengecewakan mamah di Bogor"
"Iya gue juga mau usaha ah, kalo diajak si Max ke club gue tolak mentah-mentah ah"
"Gue tau lu gak bisa nolak tawaran Max ! Soalnya lu gak pernah tahan untuk gak liat cewe-cewe seksi di club yang sangat menggoda itu. Tahan hawa nafsu lu cuyy !"
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Random3 tahun di Jerman tanpa sekalipun kembali ke negara tempat di lahirkan. Sampai akhirnya ada bayak cinta yang tidak aku sadari. Sekarang hanya "Maaf aku gabisa" yang bisa mewakilkan semua perasaanku.