Pemandangan pagi ini adalah orang pacaran, entah mengapa aku baru menyadari kalau aku jones sendiri yang berada di kamar ini. Damn ! Sial !. Susah sekali bagi diri ku untuk mendapatkan pendamping.
Wanita itu tersenyum ke arah ku. Aku membalasnya dengan senyuman juga, namun tak semanis senyuman yang ia berikan kepada ku. Ia membawa sebuah tas jinjing yang biasa digunakan untuk berbelanja.
"Hai ! Kamu sepupunya Ari ya ?"
Abang Ari yang berdiri di belakangnya langsung memberikan kode kedipan mata kepada ku.
"I-iya, iya. Gue sepupunya, eh maksud gue... aku, iya aku sepupunya Abang Ari"
"Ohh, panggilnya aku-kamu aja ya. Suapaya lebih terlihat akrab dan sopan".
Cih. Siapa yang ingin akrab denganmu. Dasar wanita SKSD. Elu sama gue itu saingan untuk mendapatkan hati Abang ari, bukan untuk jadi temen. Iwh.
"Iya, maaf. Mungkin emang itu kurang sopan mengingat usia kita yang rumayan terpaut jauh", aku kembali mengembangkan bibirku kepada perempuan berhijab pacarnya Abang Ari ini.
"Iya, aku membawakan sesuatu untuk mu. Kebab yang aku beli tadi di pinggir jalan". Ia mengeluarkan makanan nya itu dan menyodorkan kepadaku.
"Fannya udah makan Faj. Jadi kebabnya ditaruh aja dulu"- Abang Ari yang tadinya duduk disofa langsung beranjak menghampiri aku dan Fajna.
"Oh iya, aku lupa belum kenalan sama kamu. Nama kamu siapa ya ?"
"Nama aku Stella Fannya. Kamu bisa panggil aku Fan, Fannya, Stella. Terserah. Bebas"
"Oke aku panggil kamu... Stel"
"It's okey" aku mengangguk.
Ya Tuhan, aku sudah cape berfikir untuk ngomong aku kamu dengan wanita dihapanku ini. Ia membuatku seolah-olah stress dihadapan Abang Ari.
"Emmm, Ari aku harus balik ke kampus nih"
"Ohh, mau aku antar ?"
"Tapi... bagaimana dengan Stel ?"
Ia melihatku dengan ekor matanya. Ia mencoba memisahkan ku dengan Abang Ari memakai caranya tersendiri. Dan aku tau itu.
"Kalian disini berdua aja ?"
"Ck.Iya, emang kenapa ?", jawabku agak sinis.
"Hemm, mendingan aku yang merawat Stella. Tidak baik kalian berdua-duaan diruangan ini"
"Tenang saja, siang ini juga Fannya akan segera pulang dari sini"
"Ohh, baiklah. Itu lebih baik"
Dokter masuk ke ruangan ku, bersama seorang asiste dibelakangnya yang membawa papan berjalan. Ia menghampiri ku dengan senyumnya yang menawan.
Kurasa ia baru berusia 28 tahunan, pas lah untukku yang sekarang berusia 20."Selamat pagi Ms.Fannya"
"Pagi dok, aku sudah tidak tahan untuk disini. Aku ingin pulang"
"Iya, sebentar aku akan memeriksa mu dulu"- Ia menempelkan Stetiskop kepada telinga nya dan memeriksa detak jantung ku. Aku harap ia tidak mengetahui bahwa jantung ku berdebar-debar ketika barada di dekat nya.
"Kondisi mu sangatlah memungkinkan untuk pulang. Tapi aku mohon, jika kamu ingin pulang sekarang. Maka minggu depan kamu harus kesini untuk diperiksa lagi"
"Baiklah dok". Aku tersenyum lebar kepadanya, sontak ia membalasnya. Aku suka senyuman itu. "Beruntung kau kecelakaan fa... sampai bisa menjadi pasien dari dokter ganteng bernama 'Niall Horran' ".
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Random3 tahun di Jerman tanpa sekalipun kembali ke negara tempat di lahirkan. Sampai akhirnya ada bayak cinta yang tidak aku sadari. Sekarang hanya "Maaf aku gabisa" yang bisa mewakilkan semua perasaanku.