Jalanan yang cukup ramai hari ini membuat perjalanan lebih lama dari biasanya untuk dapat ke tembok Berlin. Nata membuka kaca mobil, dan parkir dengan hati-hati mobil dimundurkan.
"Udah sampe !" Aku membuka seatbelt. Akhirnya rasa cemas diperjalanan sirna ketika melihat indahnya castil-castil megah disekeliling.
Aku berjalan bersama Nata ditengah-tengah dinginnya kota.
"Beli kebab yu, buat ngangetin badan" Saran Nata memang selalu bermanfaat.
"Ayo, tuh didepan ada"
Langkah kaki kami menghantar ke tukang kebab itu.
"Guten tag, was möchten sie bestellen ?" ( selamat siang,apa yang ingin anda pesan ? )
"Ich möchte gerne 2 kebab" (saya mau pesan kebab 2)
"Zint dii alles ? Order, möchten sie noch was bestellen ?" (Hanya ini ? atau anda mau pesan yang lainnya ?)
"Nein, danke. Das reicht uns schon" (Tidak, terimakasih. Itu sudah cukup untuk kami)
Aku memberikan uang 2€. Jika dirupiahkan totalnya 30.000, menurutku cukup terjangkau. Pesanan kami jadi dan aku berikan satu kepada Nata.
"Nih nat"
"Apa ya tadi. Danke ?"
"Haha, lu mau belajar bahasa Jerman ?"
"Boleh, siapa tau gue dapet jodoh orang sini"
"Wahh, rejeki anak soleh itu namanya"
Kami berdua menyantap kebab itu, rasanya hangat ketubuh. Sebenarnya tadi aku ngerjain Nata, saus Kebab Nata aku perbanyak.
"Fa, kita beli minum yu. Gue kepedesan nih"
"Nggak usah, gue bawa ko. Ambil aja ditas gue !"
Aku berhenti dan Nata mengambil air putih yang aku bawa kemana pun dan kapanpun, menurutku itu penting.
Glek Glek Glek
Nata minum air satu botol berisi 350ml itu sampai habis. "Yes berhasil" gunam ku dalam hati. Saat kami berjalan aku merasa ada seseorang yang sedang membuntuti kami berdua. Aku sesekali menengok kebelakang, tapi tak ada satupun sosok yang aku kenali.
"Fa fotoin gue dong disini"
"Iya bentar bentar. Mana sini hp lu"
"Nihh, yang bener ya ! Ceritanya gue candid"
"Serah lu dah serah"
Cekrek cekrek cekrek
Aku dan Nata berselfie selfie ria didepan tembok tersebut, kami membuat video berdurasi 50 detik yang memperlihatkan kegilaan Aku dan Nata.
"Nat ko gue ngerasa ada yang ngikutin kita dari tadi ya ?. Lu bgerasa gak ?"
"Nggak ah, gue gak ngerasa. Itumah perasaan lu aja kali"
"Sumpah Nat, dari tadi gue mau ngomong tapi gak enak"
"Udah ah, bodoamat. Nikmatin waktu kita berdua disini"
"Oke"
"Eh Fa dari sini kan udah deket tuh ke Effiel. Gimana kalo kita kesana ?"
"Tapi kuliah gue ?. Kapan kesananya ? Paling gue cuman bisa 2 hari disana gapapa ?"
"Oke, yang penting kita kesana"
"Naik trans aja ya ! Jangan pesawat, mahal kan belom kita harus nyewa hotel"
"Iya, kita berdua kan ?"
"Iya lah, emang lu pengen nenek kakek gue ikut ?"
Kalo dipikir-pikir emang gila nih si Nata, waktunya 10 hari lagi dia disini tapi pengen ke Paris segala. Aku berbalik dan melihat seseorang sepertinya aku sudah tidak asing lagi. Tapi siapa.
Nata sibuk berfoto-foto dengan gaya andalannya yaitu sok candid. Sekarang Nata udah lebih baik kalo diajak foto sama gue. Gak ada gaya alay saat dia tenyum terpaksa. Nata yang sekarang gue kenal udah beda sama yang dulu,tapi sikapnya tetep sama. Tapi senggaknya dia lebih baik sekarang.
"Fa !"
"Iya ?"
"Gue mau ngomong sesuatu"
"Apaan ? Jangan bilang lu mau ke toilet ?"
"Gue sayang sama lu semenjak kita temenan biasa sampe akhirnya jadi sahabat. Gue kesini untuk bisa jadi kado terindah lu, dan ini kadonya" Nata mengeluarkan satu kotak, ia membuka kotak itu dan ternyata isinya cincin.
"Kamu mau gak jadi pacar aku ?. Aku janji gak bakalan mengecewakan kamu, nyakitin kamu. Aku akan menjadi yang terbaik untuk kamu"
Aku menahan air mata yang sudah berada tepat diujung mataku. Aku menutupi mulut ku dan akhirnya air mata itu jatuh juga kepipi ku. Nata masih berjongkok dihadapanku.
"Maaf Nat, gue gak bisa"
Aku berlari sekuat tenaga menuju parkiran mobil. Aku tidak perduli lagi akan Nata yang sekarang sedang menjadi tamuku disini. Aku menangis sesenggukan, tangisan itu hanya ku lap nggunakan syal yang aku pakai. Aku melihat Nata yang sih mengejarku. Aku cepat-cepat masuk kedalam mobil dan menghidupkannya.
Nata tertinggal jauh dari ku. Tapi aku masih dapat melihatnya dari kaca spion. "STELLA FANNYA !!! Gue cinta sama lu" Teriakan Nata membuat air mata ku semakin membanjiri kedua pipiku.
"Maaf Nat maaf. Selama ini gue cuman nganggep lu temen gue yang bisa gue ajak gila-gilaan. Tapi kenapa akhirnya harus kaya gini sih ?. Gue gak mau persahabatan kita hancur cuman gara gara perasaan."
Konsentrasi ku saat meyetir buyar karena Nata. "Kenapa harus Nata ?. Sahabat gue yang udah gue anggap sebagai keluarga"
Akhirnya sampe dirumah. Aku membanting pintu mobil dan bergegas masuk kedalam rumah. Aku berlari ke lantai 2, dimana kamarku berada. Aku menyembunyikan rasa kecewa pada wajahku. Untung saja tidak ada siapa-siapa didalam rumah.
"Gue gak mau Nat jadi pacara lu maupun siapa lu. Gue udah nyaman sama posisi kita sekarang sebagai sahabat"
Telfon ku terus berbunyi dari tadi disepanjang jalan. Aku memutuskan untuk mematikan hp tersebut, ku lempar hp tersebut keatas kasur. Aku langsung tidur diatas kasur dengan berfikir bayak soal Nata.
Tubuhku gemetar, seakan ada gempa bumi yang akan dilanjutkan oleh Tsunami. "Bagaimana ini ?". Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat sampai kondisi tubuhku agak fit kembali.
Aku berfikir untuk absen besok, alasannya karena "Gue masih pengen sendiri tanpa adanya gangguan dunia". Jam menunjukkan waktunya sholat, akhirnya aku menemukan ketenangan setelah curhat kepada Yang maha mengetahui.
Aku membuka laptop. Seketika saja laptop penuh dengan notif e-mail dari Nata.
Fa maafin gue yang mungkin terlalu terburu-buru untuk hal ini. Tapi gue udah cape nahan semua nya dari SMA. Gue emang bukan cowo impian lu, tapi gue bakalan terus jadi pelindung lu disaat lu membutuhkan gue. Anggap aja gue Nata yang dulu, yang gila sama lu yang gak punya perasaan sama sekali sama elu. Kalau lu suka sama seseorang kasih tau gue ya, tenang gue gak bakalan ganggu hubungan kalian ko. Gue cuman mau terus jadi tameng lu yang sedia menghadapi musuh siapapun itu demi elu. Gue bakalan berusaha untuk bisa ngelupain lu sebagai orang yang gue suka, tapi nggak elu sebagai sahabat gue.
Aku menangis. LAGI. "Iya nat, gue juga sayang sama lu tapi sebagai sahabat. Gak lebih dari itu" ucapku setelah membaca pesan tersebut dari Nata.
Aku mengobrak abrik isi tas ku. Ada secarik kertas yang remuk, kertas itu milik Ruri yang tadi aku ambil didalam tong sampah itu. Aku ingin membuangnya kembali, tapi aku penasaran dengan isinya.
Kenapa sih gue harus suka sama temennya Fannya. Sejak pertama ketemu direstoran itu aku bener bener langsung jatuh cinta. Ini ternyata yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Sosoknya yang konyol tapi perhatian itu terlihat dari dirinya ketika bersama Fannya. Nata, namanya Nata.
"HAH ? RURI ? Suka sama Nata ?. Cobaan apa lagi ini YaAllah. Gue harus apa sekarang ? Nata sukannya sama gue, tapi Ruri ?"
______
Vomment vomment jangan lupa !
Makasih yang udah setia nunggu up date nya terus dari cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLIN
Random3 tahun di Jerman tanpa sekalipun kembali ke negara tempat di lahirkan. Sampai akhirnya ada bayak cinta yang tidak aku sadari. Sekarang hanya "Maaf aku gabisa" yang bisa mewakilkan semua perasaanku.