19

7.4K 791 96
                                    

Catatan Penulis: Oke! Aku mulai dengan permintaan maaf dulu karena aku sedang jarang buka Wattpad, jadi ya, semua komentar dan PM akan terlambat aku balas. Aku memang jahat. Aku minta maaf soal itu. Akan kubalas semua sekarang, dan jika ada yang terlewat, salahkan pada aplikasi notifikasi Wattpad!

Lalu, aku mau jujur. Sebenarnya bab ini sudah siap dari sejak tiga hari setelah Bab 18 di-post HAHAHAHA tapi karena aku jahat pada kalian jadi kutahan. Hehe. Nggak deng. Aku mengerjakan Bab 20 dulu, dan ternyata Bab 20 agak panjang, jadi bab ini otomatis tertahan agak lama. Bab ini sendiri cukup pendek. Mulai dari titik ini, aku membuat janji baru: reklamasi karya. Aku mau kembali ke prinsip lama soal mengabaikan jumlah hitungan kata dan berfokus saja pada cerita yang perlu kusampaikan, entah itu panjang atau pendek. Maafkan aku soal itu.

Jadi, voice-ku akan kembali, dan tebak kabar bagus berikutnya? HEHE nanti saja di akhir cerita. Untuk sekarang, ini dia #DoomwatcherGallery berikutnya: Laura Walter oleh caftatspierspen. Yang berarti ini interpretasi Laura yang kedua. Sila cek juga Instagramnya di [at]kaefitzmag untuk ilustrasi-ilustrasi keren dan dank memes lainnya! (Psst, cerita-ceritanya juga bagus. Kalian HARUS baca Femme Fatale. Aku jatuh cinta pada yang itu.)

Oke, itu dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke, itu dulu. Kutunggu surelmu, dan selamat menikmati!

***

[SEMINGGU SETELAH ISOLASI.]


"OKE, BERARTI KAU berutang total tiga pengakuan."

James akhirnya meletakkan buku yang sedang dibacanya dan menatapku dari balik kacamata bingkai-separonya sambil mengangkat alis. Aku menghela napas. "Dan kau berutang satu," jawabku. James mengangguk.

"Yup," katanya. Dia meraih pembatas bukunya dengan cepat dan langsung menyelipkannya ke halaman yang sedang dibacanya sebelum meletakkan bukunya di meja. "Mulai kapan pun kau siap."

Aku mendelik padanya. "Kautahu, kemampuanmu persuasi mendekati nol."

"Memang. Namun kautahu aku benar."

Aku memutar bola mata. "Ya. Aku tahu kau benar."

James mengambil posisi duduknya yang paling tenang, sementara aku bergeser dengan tidak nyaman. Dia tetap memberiku tatapan investigatifnya yang menyebalkan itu. Aku mengetuk meja selama beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas lagi.

"Oke. Baiklah kalau begitu. Satu. Aku yang merusak pagar di belakang sekolah," akuku. James melemparkan tinju ke udara.

"Ha! Aku tahu itu!" jeritnya penuh kemenangan. "Kenapa kau melakukan itu?"

"Latihan," kataku. "Kautahu, tempat ini sangat minim lokasi untuk latihan climbing. Jika aku bahkan berusaha, aku bakal minimal dapat tatapan aneh. Lebih parah lagi, aku bisa dikira pencuri. Klub parkourku punya tempat latihan, tapi agak jauh dari sini, jadi jika aku mau mengasah kemampuan, aku bakal kerepotan sendiri. Kebetulan, di sekolah kita ada banyak tempat yang bisa dipakai latihan dan tempat itu selalu sepi setelah jam pulang. Sayangnya aku salah memilih spot."

Ragnarökr Cycle: Myth JumpersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang