DiB #1

216 17 2
                                    


"Rachel!! Stop!! Lo udah gila, lo udah keterlaluan!! Stop sakittin Yuri, dia gak salah apapun!" Bela Juan marah-marah padaku sambil memeluk tubuh penuh luka goresan milik Yuri.

Aku hanya dapat tersenyum sinis, tidak ada rasa takut bahkan bersalah di hatiku, melihat Yuri yang tidak salah apapun ku siksa. Kata siapa dia tidak salah apapun? Dia salah! Semua yang ada pada dirinya salah, bahkan dia terlahir pun itu semua salah!!! Oleh karena itu, sebaiknya Yuri mati saja!

"Gue bunuh nih orang, baru gue stop!" Ucapku berniat untuk menyerang wanita itu, tapi Juan berdiri lalu mendorong tubuhku kuat hingga badanku menabrak dinding dengan keras.

"CUKUP!!! GUA MUAK!!" Maki Juan penuh amarah dan emosi.

Aku yang masih merasakan sakit pada punggungku lagi-lagi hanya tertawa sinis tanpa takut melihat pria itu. "Muak?! Gak pantes sama sekali lo bilang kata-kata itu! Gue yang harus ngomong gitu!! Gue muak Juan, gue muak liat Yuri masih bisa hidup bahagia, gue muak ngeliat lo sama dia pacaran dan mengumbar kemesraan kalian, gue muak dengan semua orang yang hanya melihat ke arah Yuri! GUE MUAK!!! GUE MUAK JUAN!!"

"Kalo gitu hentiin semua ini! Dan lo, lo menghilang dari hidup kita, atau sekalian lo hilang dari dunia ini!" Juan berbalik kembali ke arah Yuri yang sedari tadi menangis dengan tubuh bergetar hebat. Lemah!

Hilang dari dunia? Ide bagus! Lalu kepada siapa aku minta itu? Oh ya... Tuhan! Tuhan, hilangkan aku dari dunia ini, selamanya!

Tanpa perlu pria itu katakan, aku juga mau menghilang dari dunia, bahkan doaku setiap hari adalah untuk menghilang dari dunia ini. Buat apa aku hidup, jika aku hanya sendirian di dunia ini? Mati terdengar lebih menyenangkan dan damai.

"Kamu gakpapa, sayang? Apa sakit? Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu dari cewek psikopat itu, maafkan aku!" Juan terdengar sangat menyesal sambil menangkup wajah Yuri dan mengusap pipi cewek itu lembut.

Lagi! Pemandangan memuakkan dan juga menjijikkan ini lagi, yang harus ku tonton dan lihat. Bahkan rasa sakitnya terus bertambah setiap melihat adegan ini, aku tak bisa merasa kebal dengan rasa sakit ini, hatiku terus terluka, terluka lebih dalam dan dalam. Brengsek!!! Sekuat apapun aku menyanggahnya, hatiku tetap terasa sesak dan sakit, teremas dengan kuat, hingga membuatku depresi bahkan ingin mati saja. Brengsekk!!!

"Bukan salah kamu Juan, aku yang salah! Maafin aku juga, aku ngerepotin kamu dengan kecerobohan aku... aku gak bisaa ngelindungin diri aku sendiiri" Lirih Yuri sambil menatap Juan.

Hahaha! Betapa indahnya pasangan muda di hadapanku ini! Begitu romantis, serasa dunia ini milik mereka berdua, sampai mereka lupa kehadiranku. Oh maaf aku lupa, kehadiranku memang tidak pernah di anggap oleh siapapun, maaf aku tidak bilang dari awal, hahaha...

Tanganku meraih batu bata yang berada tak jauh dari kakiku. Biar kulukai saja Juan, setalah itu baru Yuri. Masa bodo, mau Juan adalah orang yang kucintai atau tidak, toh pada akhirnya, dia tidak akan pernah menganggapku. Kulempar batu bata itu mengarah ke kepala Juan.

Namun...

"Awas Juan!!!"

BUGHH

Batu bata itu memang mengenai kepala seseorang, tapi bukan Juan, namun Yuri. Yuri dengan cepat melindungi Juan yang posisinya membelakangiku sedari tadi. Akibatnya batu bata itu mengenai kepala belakang Yuri hingga cewek itu terjatuh dengan kepala yang mengeluarkan darah.

Wow... beruntung sekali Yuri yang kena. Jadi, aku tidak butuh dua kali kerja. Sang korban utama, menyerahkan dirinya sendiri untuk kubunuh, benar-benar suatu keberuntungan.

"Yuriii!!! Astaga!!! Yurii!! Bangunn.... kenapa kamu melindungiku tadi??? Sial!!!" Juan memeluk tubuh Yuri dan teriak-teriak dengan panik, bahkan pria itu sempat menangis. Hah! Drama sekali mereka.

Deep in BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang