DiB #8

74 8 1
                                    

Mataku mengerjap berulang-ulang. Tidak, bau ini lagi, bau tempat yang sangat tidak kusukai, menyeruak masuk kedalam indra penciumanku. Apa yang membuatku kembali berada di tempat ini?? Aku berusaha untuk bangkit dari tidurku, namun baru saja mengangkat sedikit kepalaku, rasa sakit langsung mengahantamku tanpa ampun. Kepalaku terasa berdenyut-denyut, dan itu sangat memusingkan. Membuatku menyerah dan kembali menyandarkan kepalaku. Kuraba pelipisku yang terasa sakit tadi, rupanya di perban. Kejadian apa yang sampai membuat kepalaku ini di perban?? Ku coba untuk mengingat, namun yang ada rasa sakit semakin menyerang kepalaku.

Cklek...

Suara pintu terbuka, membuatku dengan reflek menegakkan punggungku. Tak ku pedulikan rasa sakit pada kepala dan punggungku yang menyerang, ku fokuskan mataku memandang ke arah pintu.

Rasa senang dan hangat langsung menyelimutiku saat melihat Juan masuk kedalam ruanganku ini, berikutnya ada Eric, yang membuatku semakin senang, namun setelah itu Kris dan Evi ikut masuk, membuat dahiku mengernyit heran. Apa mereka berempat ingin menjengukku? Benarkah? Tapi ada apa gerangan sampai mereka mau menjengukku?

Kebingunganku langsung terjawab, mereka berempat berjalan melewati tempat tidurku, ku ikuti setiap langkah mereka dengan pandanganku.

Shit! Bodohnya aku mengira mereka datang untuk menjengukku! Bodohnya aku tak menyadari bahwa ternyata di ruangan ini tak hanya ada aku, namun ada Yuri di ranjang satunya lagi. Hahaha! Kau benar-benar bodoh dan idiot Rachel! Terlalu banyak harapan di dalam dirimu yang hanya bisa menjadi harapan palsu. Kau terlalu naif rupanya, Chel!

Kusadari bahwa aku terlalu menjijikkan, karena selalu berharap yang tak mungkin, aku terlalu menjijikkan dan benar-benar menjijikkan. Bagaimana mungkin aku bisa mempunyai teman asli yang akan menjengukku saat aku sakit kalau aku saja menjijikkan seperti ini? Bagaimana mungkin? Jangankan orang lain, diriku sendiri saja sudah sangat jijik padaku, ironis sekali diriku ini? Hahaha.

Sesak, rasanya sangat sesak, begitu pandanganku melihat kearah lima orang sahabat itu. Bagaimana Yuri sangat di khawatirkan dan diperhatikan oleh empat sahabatnya juga kekasihnya. Bagaimana Yuri sangat disayangi dan dikasihi oleh orang yang juga ia kasihi dan sayangi. Sungguh sangat sesak dan sakit melihatnya. Mungkin aku memang terlalu mendramatisir keadaan menurut kalian semua, tapi kalian tak akan bilang begitu saat kalian juga merasakan apa yang kurasakan selama ini. Sendiri, aku hanya sendiri.

Sendiri

Sendiri

Sendiri

SENDIRI!!!

F*ck!! Aku benci kata itu!! Aku benci kata itu!!! AKU BENCI!! Tapi kata-kata itu tak pernah mau hilang dari pikiran dan otakku.

Seberapa keras aku mencoba untuk mengahalau, untuk menghilangkan, untuk melenyapkan kata-kata itu, tak akan pernah bisa. Kata-kata itu terekam dan terulang-ulang memutar di otakku. Seputus asa apapun aku terus memohon untuk tidak mengingat kata itu, kata itu selalu menghantui hidupku tanpa lelah.

Ya! Aku memang sendiri! Kalian puas??! Aku memang sendiri di dunia ini sejak aku dilahirkan! Aku hanya sendiri! Di saat sendal saja mempunyai teman dan pasangan, aku tidak! Aku tidak punya! Bahkan di saat aku mencoba untuk berteman, itu tak akan berhasil, mereka semua akan menghilang lama-kelamaan. Aku tidak punya teman sejati yang bisa menjadi sandaranku, yang akan selalu ada di setiap aku membutuhkannya, aku tak punya. Keluarga pun aku juga tak punya.

Di saat kalian menganggapku sangat tegar untuk menjalani hidup di dunia yang kejam ini tanpa seseorang pun disisiku, kalian salah. Kalian sangat salah. Karena aku sebenarnya tidak tegar, tidak kuat. Aku takut... aku sangat sangat takut, aku takut mengahadapi kehidupan ini seorang diri, tanpa adanya kasih sayang, atau perhatian. Jujur, aku ini gadis yang sangat rapuh dan lemah, tapi aku bisa apa? Aku tak bisa merubah apapun, karena aku bukanlah siapa-siapa.

Deep in BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang