Mataku mengerjap terbuka, tanganku langsung menutup mataku, berusaha menghalau sinar matahari yang langsung menyerang mataku. Di saat aku mencoba bergerak, ku rasakan tangan yang cukup besar berada di pinggangku, dan kakiku berada di atas kaki seseorang.
Deg...
Aku baru sadar, posisi tidur kami berubah, tidak lagi saling membelakangi dan menjaga jarak. Kini aku menghadap ke arah Eric, dan Eric juga menghadap ke arahku, dengan jarak yang berdekatan. Tangan Eric mememeluk pinggangku, dan kakiku berada diatas kakinya. Reflek aku langsung berteriak kencang.
"KYAAAA!!! WHAT THE F*CK?!!" teriakku, membuat Eric langsung meloncat terbangun.
Eric yang masih belum sadar sebelumnya, menggaruk tengkuknya lalu menatap ke arahku dengan mata setengah terbuka.
"ERIC!!!! SADAR IHH!!! LO NGAPAIN MELUK-MELUK GUE PAS TIDUR???? LO PASTI MMMMPHHH!!!" Belum sempat aku menyelesaikan teriakkanku. Tangan Eric langsung membekap mulutku, dan tangan yang satunya menahan kepala belakangku agar tak terjatuh ke belakang.
"Sssstt.... jangan teriak pagi-pagi, ganggu tetangga!" Ucapnya memperingati.
"Mmpphhhh!!!" Aku berusaha memakinya, tapi gagal karena tangannya masih membekap mulutku.
"Apa?? Lo ngomong apa? Gak jelas!" Ucap tuh cowok dengan tampang begonya. Tuh orang gak sadar apa bahwa dia ngebekep mulutku.
Tanganku yang bebas, menunjuk-nunjuk ke arah tangannya. Dia yang sadar langsung melepaskannya. Ku hela nafas, yang sempat tertahan karena tertutup tangan besarnya.
"Gue gak bisa nafas bego! Dan lagi, kenapa lo meluk gue?? Hah??!" Omelku langsung.
"Gua gak bego! Dan mana gua tahu, gua kan lagi tidur!"
"Halah... bilang aja lo yang nyari-nyari kesempatan! Dasar mesum bego!"
"Eh, lo yang minta gua tidur di samping lo, atau jangan-jangan lo yang sengaja buat gua meluk lo, buat bikin skenario kayak dulu lagi? Hah?!"
Akupun langsung terdiam, bukan karena apa yang di katakan Eric benar, tapi karena kejadian dulu saat aku menjebaknya. Membuat dia harus di keluarkan dari sekolah dengan catatan kejahatan.
"Nah ketahuankan, lo sengaja!"
"Tahu ah!" Ucapku tak peduli, lalu bangkit dari tempat tidur, menuju kamar mandi, meninggalkan dia yang masih melihatku dengan sebal.
=<>=
Kubuka loker milikku untuk mencari baju olahraga yang ku simpan disana. Hari ini ada tes untuk ujian praktek. Namun setelah hampir 10 menit ku habiskan untuk mencari baju olahraga itu, benda itu tak kunjung ku temukan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menyerah.
Dengan setengah berlari aku menuju ke lapangan, untuk menghampiri guru olahragaku dan menjelaskan apa yang telah terjadi. Namun baru saja aku sampai di lorong sekolah, tanganku di tarik oleh seseorang dan di bawa menuju ke suatu tempat. Aku tak tahu siapa dia, tapi yang jelas dia adik kelasku.
Begitu sampai di tempat yang ia maksud, aku langsung shock dengan pandangan yang tersedia di hadapanku. Orang-orang sudah berkumpul mengelilingi dinding bangunan tua. Disana, tergantung baju olahraga bertuliskan namaku yang sudah sobek dan juga basah karena terkena darah. Entah itu darah apa, yang jelas baunya tidak enak dan juga warnanya sangat pekat. Darah terus mengucur dari baju olahragaku, jatuh menuju tanah. Entah siapa yang berani melakukan ini.
"Siapa yang berani ngelakuin ini???! Jawab!!! Keluar lo dan jangan jadi pengecut!!!" Teriakku dengan suara lantang.
"Gue gak tahu kak, tapi kata anak-anak yang lain, mereka ngeliat Yuri yang berkeliaran disini." ucap adik kelas yang menarikku tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Black
Teen FictionKenapa aku di perlakukan berbeda? Ya benar, aku memang bukan sang gadis cantik yang berhati baik dan disenangi oleh semua orang. Tapi, apakah dunia ini hanya membutuhkan orang-orang seperti itu? Tidak, bukan? Cerita akan manarik, apabila disana ada...