Hari demi hari berlangsung begitu lama, bahkan detik ke detik selanjutnya terasa bertahun-tahun bagiku. Semakin lama, nasibku semakin tak karuan. Niat balas dendam hanya angan belaka yang telah hilang terhembus angin. Justru saat ini, aku berada di titik terendahku. Tiada yang dapat ku lakukan selain menerima semua pembulyan yang kembali terjadi di hidupku. Situasi kembali ke saat aku masih di SD dan SMP. Sama.
Aku kembali terpuruk. Membuatku bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang Tuhan rencanakan dalam hidupku? Apa aku memang hanya di takdirkan untuk menjadi bahan bulyan dan siksaan? Apa sepanjang hidupku memang hanya untuk di injak-injak? Apa....
Kebahagian emang udah ga ada buat aku, Tuhan?
Semakin aku bertanya-tanya, semakin kuat sakit yang menghatam kepalaku. Aku kembali menjadi Rachel yang mengasihani diri sendiri, Rachel yang tak berguna dan lemah. Meskipun aku tak mau, tapi aku tak bisa menghindar.
Lelah aku harus terus memasang topeng dingin dan acuhku saat semua orang menunjuk ke arahku. Lelah aku harus mengangkat daguku tinggi saat semua orang justru merendahkan ku. Harga diriku sudah sangat rendah, namun apa benar-benar tidak dapat di hargai? AKU MANUSIA JUGA!!
Kakiku berhenti tepat di depan loker milikku. Ku buka loker itu dengan jantung berdegup begitu kencang. Apapun yang ada di dalamnya, aku yakin bukan hanya ada barang milikku, tapi....
Begitu aku membukanya, di sana sudah ada tiga bangkai tikus dengan darah yang menggenang serta bau yang tak sedap. Mataku menatap datar, namun hatiku mencelos. Meski sudah selama seminggu terakhir selalu ada kejadian seperti ini dengan berbeda benda, aku tetap bingung. Apa yang ku perbuat pada mereka? Apa mereka saudara Yuri? Bukan. Apa mereka keluarga Yuri? Bukan. Apa mereka orangtua Yuri? Bukan. Bukan! Bukan! JADI KENAPA MEREKA SOK IKUT CAMPUR HUH?!!
Wajahku tetap datar dan dingin, dapat ku dengar dari arah belakangku kumpulan gadis tertawa mengejek. Ku tengokkan kepalaku lalu memandang mereka sinis.
"Astaga, ngebunuh binatang yang ga berdosa, ga punya hati banget! Pantes aja ngelukain manusia juga ga pake hati!" sindir salah satu dari mereka.
"Ya iyalah! CEWE PSYCHOPAT KAYAK DIA MANA PUNYA HATI?!!" gadis satu lagi menyahut dengan suara keras membiarkan orang-orang lain mendengarnya.
Aku masih diam di tempatku, tersenyum sinis mendengar ocehan gadis-gadis manja sok tahu seperti mereka. Tenang, aku sama sekali tidak sakit hati atas ucapan kalian. Tapi, kalian perlu di ajari satu hal penting.
Tanganku mengambil ekor ketiga tikus itu, dan membawanya ke dekat kelompok gadis yang menyindirku. Mereka menatap ke arahku jijik, tapi aku biasa saja meski sedang menenteng bangkai tikus itu.
"Gue membunuh tikus ini? Tahu darimana? Kalian lihat? Kalian pastiin dulu tikus ini udah mati atau belum, baru nanti nuduh gue!" Kataku tanpa intonasi lalu memasukkan bangkai tikus itu kedalam kemeja mereka lewat kerah seragam mereka yang lebar.
Tiga orang yang seragamnya ku masukkan tikus shock berat, mereka berteriak-teriak histeris sambil menangis. Yang satu lagi menatapku horror.
"Oh lo, tenang aja gadis manis siapapun nama lo itu. Gue ga lupa ama lo! Lo harus ngerasain kayak mereka juga, kan biar setia kawan, nih!" masih dengan dingin aku berbicara pada gadis satu lagi, kemudian mengoleskan darah tikus yang menempel di tanganku ke wajahnya dan ke seragamnya. Gadis itu tak melawan sedikitpun selain menangis saat aku melakukannya.
Aku tersenyum puas melihat mereka, kemudian pergi dengan langkah mantap serta senyum manis yang terukir di wajahku.
Ini yang kalian dapatkan untuk belajar agar tidak sok tahu dan sok ikut campur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep in Black
Teen FictionKenapa aku di perlakukan berbeda? Ya benar, aku memang bukan sang gadis cantik yang berhati baik dan disenangi oleh semua orang. Tapi, apakah dunia ini hanya membutuhkan orang-orang seperti itu? Tidak, bukan? Cerita akan manarik, apabila disana ada...