DiB #2

109 16 6
                                    


Knock...knock..

Terdengar bunyi pintu asramaku di ketuk dari luar. Membuyarkan konsentrasiku yang sedang belajar untuk ujian di pekan depan. Dengan malas aku melangkah menuju pintu, untuk membukanya. Namun jauh dari perkiraanku, disana ada Juan dan Eric yang sedang menunggu. Aku membiarkan pintu terbuka, sehingga mereka berdua bisa masuk. Mereka berdua mengikutiku untuk duduk di tempat tidur. Tentu di tempat tidur yang berbeda. Aku duduk di tempat tidur yang bersebrangan dengan mereka.

"Jadi mau di makamin dimana?" Tanyaku santai melihat kearah mereka yang langsung tak percaya dengan ucapanku.

"Yuri belum mati!" Sanggah Juan dengan rahang yang sudah mengeras emosi.

Aku pun hanya menganggukkan kepala mengerti tanpa berniat untuk bertanya lagi. Tuhan sayang sekali pada si Yuri itu, butuhnya dia masih selamat sekarang. Perjalanan ku untuk membunuhnya masih panjang sepertinya. Di tambah lagi banyak sekali kesatria yang melindunginya, contohnya dua orang di hadapanku ini.

"Gua bakal ngucapin ini sekali, jadi denger baik-baik! Stop ganggu Yuri, atau kita yang akan bertindak." Ancam Juan yang kutanggapi dengan senyuman tipis.

Sebegitu cintanya kah Juan, sampai menyodorkan dirinya untuk melawanku agar menolong Yuri? Kamu gak tahu Juan, semakin kamu kayak gini, semakin aku mau menghancurkan hidup cewek itu. Aku emang gak bakal bisa ngedapetin kamu, tapi sebagai imbalannya, tidak ada cewek lain juga yang boleh dapatin kamu.

"Gua tahu lo Rachel, lo gak kayak gini aslinya. Mungkin karena orang tua lo juga yang nggak tahu-" omongan Juan langsung kupotong.

Tidak! Tidak! Aku tidak mau mendengar ucapan kasihan atau empati dari orang lain.

"Tahu darimana lo hah?? Lo gak tahu apa-apa! Siapa juga yang ngasih tahu tentang orangtua gue?? Pasti si Yuri kan? Awas aja itu anak!!!" Dendamku semakin menggebu-gebu begitu tahu Yuri menceritakan rahasia ku ke mereka.

Tidak ada yang boleh tahu tentang hidup kelamku, cukup teman-teman masa kecilku dan Yuri. Sekolah juga tahu, tapi mereka merahasiakannya, namun si Iblis itu membongkarnya untuk mempermalukanku. Sialan!!!

"Dia tidak berniat melukai atau mempermalukan lo, dia malah ngebela lo Rachel! Dia tuh baik, dia kasihan sama lo, tapi lo malah jahatin bahkan niat ngebunuh dia!" Eric mulai membetakku dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Kasihan?? Gue gak minta kasihan dari dia ataupun lo semua!! Gue bisa hidup tanpa itu! Dan mengenai sikap jahat gue, itu terserah gue!" Balasku tak mau kalah.

"Kita gak mau main kasar sama cewek, jadi gua mohon jauhin Yuri! Udah cukup lo ngelukain dia yang gak bersalah apa-apa, dia terlalu lugu untuk lo jahatin Rachel!" kali ini Juan mulai membujukku.

"Selalu di mata kalian, dia tuh cewek lugu tanpa dosa! Lucu banget!" Sindirku sambil tertawa pahit.

"Apapun alasan lo, lo tetap salah dengan niat mau bunuh Yuri! Sampe lo lukain dia, bukan Juan yang bergerak, tapi gua yang akan langsung ngebunuh lo Rachel! Ancam Eric yang membuatku tertawa.

"Bunuh sekarang lebih baik!" jawabku sekenanya.

Kulihat Eric berniat memukulku, tapi Juan dengan cepat menahannya, memberi isyarat agar Eric tidak bertindak gegabah.

"Yuri, dia mencabut tuntuttan lo dari polisi, dia tuh baik banget ama lo Ra, tapi lo gak sadar!" Juan mulai lagi membelas si Yuri.

Mendengar itu aku hanya bisa tersenyum merendahkan. Tentu saja, Yuri akan melakukan itu tanpa ku suruh. Karena perempuan ular itu memiliki rahasia yang ku ketahui. Dan dia pasti tidak mau, bahwa kawan-kawannya yang mengira dia ini gadis lugu, tahu semua rahasia itu.

Deep in BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang