DIB #4

89 11 1
                                    


Hampir 2 minggu, aku harus di rawat rumah sakit, dan juga beristirahat penuh di asramaku. Benar-benar membosankan dan tidak seru.

Dan sekarang, aku kembali bisa bersekolah. Di hari pertamaku kembali sekolah, aku di kejutkan dengan kabar bahagia, kawan. Eric di keluarkan dari sekolah, dengan catatan kejahatan, yang membuat dia pasti kesulitan untuk di terima di sekolah lain. Yuri dan Juan di skors sebulan dari sekolah, dan juga setelah masuk, mereka harus membuat surat menyesal sebanyak seribu kali dengan kata yang berbeda.

Tak ada yang lebih membahagiakanku selain melihat kelima sahabat itu tersiksa. Aku benar-benar merasa senang dan bahagia mendengar kabar itu. Belum lagi Evi dan Kris yang harus melakukan pelayanan sosial selama kurun waktu seratus jam, yaitu membersihkan toilet sekolah setiap harinya. Jadi setiap dua jam di setiap harinya, mereka harus membersihkan seluruh toilet sekolah, itu berarti selama 50 hari, mereka akan di siksa dengan tugas itu.

Teman-teman sekolah semakin memperhatikanku dan menemaniku di setiap saat. Sungguh aku merasa sangat beruntung dengan kejadian ini. Tidak ada lagi hari-hari sepi dan sendiri di hidupku. Semua guru menjadi lebih simpati terhadapku. Dan cerita karanganku sudah menyebar luas di satu sekolah. Membuat kelima sahabat itu semakin di benci dan di kucilkan.

Ternyata pepatah hidup seperti roda benar juga. Sewaktu SMP aku lah yang berada di bawah, di injak-injak, di maki, di buly, di kucilkan oleh seluruh warga sekolah, dan sekarang mereka berlimalah yang ada di posisi itu. Benar-benar lucu.

Sekarang tinggal bagaimana caranya, agar aku menginjak rem, dan memberhentikan posisi roda yang sekarang. Ya itu harus! 

"Rachel, kita ke kantin yuk, makan siang!" Ajak Vio, teman baruku yang mulai dekat denganku sambil menggaet tanganku.

"Yuk!" Setujuku, lalu berjalan bersama dengan 4 orang lainnya ke kantin. Namun saat aku melewati toilet, aku bertemu dengan Kris dan Evi.

Seperti biasa, mereka menatapku dengan penuh kebencian. "Lo tahu Chel, Tuhan gak pernah tidur! Semua akan kebongkar pada waktunya." bisik Kris tepat di telingaku, lalu pergi begitu saja bersama dengan Evi melewatiku.

Benar, Tuhan tidak pernah tidur. Dan suatu rahasia akan terbongkar kelak, cepat atau lambat. Namun sadar kah kalian, kalau rahasia ku terbongkar, sama saja kalian juga membongkar rahasia malaikat kalian itu. Kita tunggu saja....

=<>=

Hari ini, aku kembali bekerja di cafe yang menjadi tempat kerjaku dulu. Sebelumnya aku berhenti karena mau ujian, rencananya akan segera kembali kerja seusai ujian, tapi karena aku masuk rumah sakit, jadi baru hari ini aku bisa kembali kerja.

Di sinilah, aku mencari nafkah untuk hidupku selama ini, tentu tidak hanya satu pekerjaan yang kumiliki, tapi ada tiga. Satu menjadi pelayan di cafe ini, yang kedua menjadi pegawai di toko buku, dan yang ketiga menjadi Dj di sebuah NightClub. Bukan Night Club berbahaya yang banyak kehidupan Sex dan Drugs di dalamnya. Hanya sebuah Night Club biasa untuk tempat orang bersenang-senang. Dan di antara semua pekerjaan ku, gaji paling tinggi ya cuma di NightClub itu.

"Rachel, di panggil sama pak bos tuh!" Sebastian menegurku. Dia salah satu pegawai yang umurnya tidak jauh dariku, tapi dia orang yang cukup kaku dan pendiam. Bicara juga jarang-jarang.

"Oh iya." jawabku, lalu pergi menuju ke ruangan bosku.

Kuketuk pintu ruangan itu tiga kali, setelah terdengar sautan aku masuk ke dalam.

"Iya pak?" Tanyaku melihat kearah bosku.

"Rachel?!" Suara itu, bukan suara bosku, tapi suara orang lain yang familiar dengan telingaku.

Deep in BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang