Mata oval Mayura melebar dengan pupil nya yang menciut, dia jatuh kaget saat mendengar pernyataan sang dokter yang tak terduga itu.
"Maaf sekali. Saya mungkin tak bisa menyembuhkan nya, tapi untuk meringankan rasa sakit nya. Saya akan membuat resep obat khusus untuk nya."
Mayura duduk disisi ranjang dengan pandangan sedih. Ia melihat betapa tenang Ayah nya tidur. Bagaimana bisa, orang tua itu yang baru saja bercanda tawa dengan dirinya memiliki penyakit yang akan mencabut nyawa nya sebentar lagi.
Itu mustahil kan? Apa semua kenangan canda tawa bersama nya itu, hanya mimpi belaka. Bohong... Mayura tak ingin mempercayai ini semua.
"Apa kau yakin dokter? Ayah ku memang sudah tua, tapi.. dia tak pernah sakit sampai seperti ini sebelum nya."
"Perkiraan saya tak akan salah pangeran. Raja mengidap penyakit sumsum tulang belakang yang tak mungkin kita dapat sembuh kan, mungkin saja gejala nya belum terlihat. Tapi saya yakin, Raja pasti sudah menyadari nya dari awal.""Bohong!" Mendadak Mayura membentak berdiri menatap tajam sang dokter. "Kau pasti bohong! Ayah ku gak mungkin mati!"
"Mayura-"
"Kakak... Katakan pada ku, kenapa semua ini terjadi menimpa pada Ayah. Apa alasan nya? Kenapa Ayah yang mendapatkan penyakit mengerikan ini...?"Pemuda dewasa di depan nya, tak dapat berkata-kata. Dia juga sama bingung nya dengan sang adik. Apa yang harus ia perbuat. Semua terjadi begitu cepat. Bahkan, ia sangat tau bagaimana sifat Ayahnya yang selalu menyembunyikan perasaan sedih nya dari pada menunjukkan di depan anak nya.
Sebagai putra sulung, baru kali ini... dia tak dapat menjawab pertanyaan adik nya itu.
Bahkan adik bungsu kembar nya Mira dan Moyo, hanya bisa berpelukkan menangis.
Ini terlalu berat.
|||
Suara cicit burung di pagi hari, mewarnai istana dengan indah nya. Mungkin jika Mayura dalam mood yang bagus, dia pasti akan pergi bermain di belakang istana seraya menjahili para pelayan.
Mengingat kejadian semalam, hatinya jadi sakit lagi. Tak ada yang bisa Mayura lakukan. Dia hanya bisa merenung murung, berusaha untuk tidak melupakan semua hari-hari yang dulu ia habiskan bersama Ayah tercinta.
Sangat menyakitkan.
"ehh.. Ojousama... sedang apa kau dibawah sana?" Pertanyaan dari atas, membuat Mayura tergerak melirik keempu suara. Seseorang turun dari atas dahan pohon, dan jatuh di samping tempat Mayura duduk bersandar dengan dua kaki sebagai tumpuan.
"Apa kau baik-baik saja?" Seseorang itu bertanya lagi, membungkuk memperhatikan Mayura.
"Siapa kau?"
"Kau lupa ya? Aku ini Arly. Seseorang yang dikirim untuk menjadi pelayan khusus mu oleh kakak mu sang pangeran."Mayura membuang tatapan nya tak tertarik. "Kenapa kau disini?"
"Tentu saja, menjaga mu. Itu lah tugas pelayan." Arly jatuh duduk disamping Mayura seraya bersandar di dahan pohon melempar-lemparkan satu buah apel ditangan kanan nya.
"Tolong. Bisa kah kau tinggal kan aku sendiri." Suara lirih Mayura, tak dipedulikan Arly. "Maaf Ojousama. Sebagai pelayan, itu lah pantangan yang harus ku hindarkan."
"Hah?"
"Keselamatan mu adalah tujuan ku. Itu lah yang diajarkan padaku, saat aku terlahir didunia ini."Masih belum mengerti, Mayura menatap Arly dengan kening berkerut. "Apa kau bercanda?"
"Untuk apa?" Arly mengerling santai kearah Mayura. "Seorang pelayan, pantang berbohong."Mayura membenarkan posisi duduk nya, "barusan kau bilang nama mu Arly.. apa kau ini keturunan bangsawan?"
"Yap. Bisa dibilang begitu."
"Apa benar kau ditunjuk kakak ku untuk jadi pelayan setia ku?"
"Itu benar."
"Jadi, apa boleh aku memanggil mu dengan nama asli mu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayura-san (ON HOLD)
AdventureKabur dari istana castil nya yang megah, Mayura bertemu teman baru. Dari sana lah, ia mulai berkelana. Tujuan awal nya sih mencari seseorang yang begitu dikasihi Ayah nya, tapi masalah tak bisa dihindarkan. Luar istana lebih menyeramkan dari pada ya...