[Chap.8] MAGE

64 6 2
                                    

Tatapan Gerry sejenak terpaku pada diri Elios dan Arly.

Perkataan mereka berdua membuat sekujur tubuh Gerry mengejang.

Melihat ekspresi Gerry yang aneh dan lebih memilih untuk diam dari pada berbicara, tentu saja Arly mulai melipat tangan yakin.

"Jadi benar..kau penipu."

"Bukan—" Gerry gemetar. Wajah aneh nya kini makin aneh karena tiba-tiba saja mata yang tadinya normal berubah dingin bagai es kutub. "Gue bukan penipu."

Melihat keduanya saling bertatapan menyalurkan energi penekanan masing-masing, Reo yang ingin merelai menjadi agak takut.

"Jika kau bukan penipu. Bicaralah..dan katakan dengan jelas, kalau kau ini dari masa depan."

Gerry sesaat diam. "Gue manusia dari masa depan."

"Dia—" perkataan Elios mendadak terpotong saat mendengar kehebohan di luar area pemandian.

Ada apa?

"Seperti nya sesuatu telah terjadi."

|||

"Bunuh! Bunuh! Bunuh!" Sahutan dan kegemparan para penduduk desa, memancing kemunculan Mayura dan yang lain.

Dengan mengenakan pakaian asal pakai dan lebih memilih datang dari pada mengeringkan badan juga rambut.

Sosok wanita berpakaian serba merah juga sebuah tongkat kayu dengan bongkahan kristal merah cukup besar melingkar diatas tongkat di peluk sosok itu erat layaknya meminta bantuan untuk melindunginya.

"Bunuh! Bunuh! Bunuh!" Suara itu terdengar lagi.

Bagi Phiesaka dan yang lain, itu normal lain halnya dengan Mayura dan Gerry.

"Kenapa harus di bunuh?" Suara melengking Mayura terdengar menghentikan sahutan para penduduk desa dari kemarahan. "Di lihat bagaimana pun juga. Gadis itu sedang tak berdaya. Apa kalian ini tidak punya perasaan?!"

"Ojousama.." Arly bergumam meringis. Di ikuti yang lain nya, dan di pandangi tajam oleh koor penduduk.

"Gadis kecil seperti mu tau apa? Apa kau tak pernah belajar apa pun di sekolah?" Sahutan perwakilan dari para penduduk, membuat kening Mayura berkerut. "Wanita jalang ini seorang Which! Kita harus menghakimi nya segera sebelum dia mengutuk desa ini."

"Which?" Gerry mengernyit bergumam tak mengerti.

Mayura lantas bungkam tak bersuara. Ekspresi nya aneh.

"Hiraukan. Bunuh dia sekarang!"

"Bunuh! Bunuh! Bunuh!"

Air mata jatuh dari pelupuk mata gadis di tengah-tengah kerumunan. Pelukan pada tongkat makin erat, berbagai macam doa dia panjatkan di dalam hati nya. Dengan amat ketakutan, gadis itu mencoba membela diri sekali lagi.

"Aku Mage! Bukan Which. Tolong lepaskan aku. Akan kubayar segala nya bila kalian mau bermurah hati melepaskan ku. Aku berjanji—"

"Omong kosong! Dasar penipu! Kita harus bunuh dia segera!"

"Benar! Bunuh"

"Bunuh! Bunuh!"

Koor penduduk makin ramai. Mendengar raungan sia-sia dari sang pemilik tongkat. Membuat wajah Mayura kelabu.

Mayura-san (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang