Bel istirahat yang paling di tunggu oleh semua orang -kecuali aku- pada akhirnya berbunyi. Seperti biasa, aku menghabiskan waktu istirahatku dengan membaca novel atau buku pelajaran.
Aku tidak ada teman di kelas. Aku juga tidak berusaha berbaur dengan yang lain. Karena aku tidak ingin lagi merasa kehilangan ketika telah memiliki. Lebih baik dari awal aku tidak ada teman, daripada ujung-ujungnya aku harus melihat teman yang ku sayangi itu pergi meninggalkanku ketika kami sudah akrab. Yah.. mungkin aku emang tipikal perempuan yang membosankan. Hingga aku selalu merasakan sakit dan pedihnya kehilangan teman. Teman yang dahulu sangat dekat denganku..
* * *"Hana sayang Sakura."
"Sakura juga.. Hana tidak akan pergi meningalkan Sakura kan?"
"Tenang. Selama ada Sakura, Hana juga akan ada."
Kami lalu tertawa bersama di bawah pohon sakura yang tengah memekar dengan indahnya."Yumihara!"
Tch. Pembohong!
"Yumihara Sakura!!!"
Sebuah suara mengagetkanku untuk kali ini. Tentu saja volume dari yang memanggilku telah lebih keras.Astaga, apa yang telah ku pikirkan dari tadi..?!
Sensei terlihat marah sekali."Lanjutkan membaca!"
Ckck, memangnya sudah baca sampai mana?
"Halaman 70, paragraf ke tiga baris ke delapan." Terdengar dari arah belakang, seseorang yang memberitahuku. Walau suaranya pelan, tapi aku tahu sekali bahwa ia ingin membantuku.
"Kenapa diam?" Sensei menegurku.
Ya, aku hanya diam.
Aku tidak ingin berutang budi pada seseorang yang bahkan dari awal tahun di mulainya masuk sekolah tidak pernah mengobrol denganku."Kamu tidak tahu sampai mana temanmu membaca?"
Aku menggeleng.
Aku memang tidak tahu karena sibuk mengingat masa lalu yang menyebalkan.
Ah.. tepatnya teringat!"Kalau begitu, silakan langkahkan kaki kamu untuk keluar dari kelas ini!"
Aku hanya diam dan keluar dari kelas. Setelah itu, aku hanya berdiri mematung bagai orang bodoh.
Pelajaran ketiga usai istirahat ini masih lama berakhir, ini artinya aku akan berdiri selama setengah jam di luar kelas.
Cih, sial!"Maaf, kelas XI-C dimana ya?"
Tiba-tiba, seorang laki-laki seumuranku menghampiriku."Hah?"
"Maaf, kelas XI-C dimana ya?" Ia mengulang pertanyaannya, yang entah kenapa membuatku kesal.
"Nggak punya mata ya? Lihat ke atas sana!"
Laki-laki itu langsung melihat ke arah atas yang ku yakini menemukan papan tulisan kecil bertuliskan kelas 'XI-C' kemudian."Oh, maaf.. Kalau ruang Kepala Sekolah di sebelah mana?"
"Kamu kayak anak TK aja. Cari sendiri kenapa?"
"Uhm, justru itu, aku udah lewat tempat ini sebanyak 3 kali tapi belum menemukan kelas XI-C dan ruang Kepala Sekolah. Sebelumnya juga aku kesasar ketika mau kesini. Tapi untunglah ada kakek yang baik hati yang mengantarku kesini. Ah iya, maaf, aku lupa perkenalkan diri, aku Hiwatari Yuuta. Salam kenal."
"Siapa- "
"Eh? Hiwatari Yuuta."
"nanya.."
"Ahaha, maaf, aku emang orangnya buta arah. Sering kesasar dan bisa berulang kali melewati jalan yang sama dalam waktu yang berdekatan."
"Aku nggak tanya tahu!!!"
Laki-laki itu terdiam. Lalu menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT] Friends
Teen Fiction"Apakah teman itu penting? Tapi bagaimana kalau di dunia ini memang tidak ada teman sejati dan abadi? Untuk apa ada teman kalau ujung-ujungnya akan berpisah? Bukankah itu hanya menyakitkan? Terlebih ketika mereka yang begitu mendapatkan teman baru...