Chapter 5

228 32 1
                                        

Keesokan harinya..

Bagaimana nih, sebentar lagi aku akan telat??!
Mama tidak membangunkanku segala sih.. Alarm juga pakai nggak kedengaran!
Sial banget, ckck.

Dengan sisa-sisa tenaga, aku berlari memasuki wilayah sekolah. Ya.. aku memang pulang pergi ke sekolah dengan jalan kaki.

Akhirnya aku sampai di sekolah bersamaan dengan berbunyinya bel masuk. Kulihat kursi Yuuta masih kosong ketika aku telah masuk ke dalam kelas.

Apa dia kesasar?

Entah kenapa, ada rasa cemas yang menghampiri.

Bagaimana kalau ia tidak menemukan kakek yang baik hati untuk mengantarnya ke sekolah?

Astaga Sakura, sadaaaar, dia bukan anak TK lagi! Dan kenapa kamu harus cemas memikirkannya? Belum tentu yang di pikirannya juga kamu!

Aku mengacak-ngacak rambutku seperti orang gila. Dan tadaa, semua orang mulai memperhatikanku.
Kurasa.. aku tidak boleh ada di dalam kelas sekarang. Akhirnya kuputuskan untuk keluar dari kelas sambil mencari udara segar.
Toh, belum ada guru yang datang?!

Tapi ketika aku hendak melangkah keluar kelas, aku berpapasan dengan Yuuta yang masuk ke dalam kelas.

Sejenak, kami saling berpandangan.

"Ohayo Yuu." sapaku duluan.
"Ohayo." balasnya yang kemudian berlalu duduk di bangkunya.
Setelah itu, aku melihat Yuuta menyembunyikan wajahnya di balik lipatan tangannya di atas meja.

Aku mendekatinya.

"Yuuta?" usahaku untuk memegang bahunya mendadak terhenti ketika sensei telah masuk dan menyuruh kami semua duduk di bangku masing-masing.

Sebenarnya ada apa ya dengan Yuuta?
* * *

Setelah melewati berjam-jam pelajaran dan dua kali istirahat, waktu makan siang tiba juga.

Setiap hari Selasa dan Rabu, kami memang ada kelas sore; yang membuat kami selain pulang lebih sore dari biasanya, perlu makan siang pula.

Waktu seperti inilah yang paling kubenci, karena aku hanya bisa melihat setiap orang memiliki teman untuk makan bersama sambil mengobrol riang.
Sementara aku..?
Ya, setiap jam makan siang, aku selalu makan sendiri, bahkan untuk hal lain seperti membeli alat tulis maupun ke kantin, semuanya ku lakukan sendiri. Tapi ketika Yuuta hadir, ada secuil harapan untuk tidak lagi selamanya sendirian dalam melakukan apa-apa.
Karena... sendirian dalam keramaian hanyalah menyakitkan. Tapi tidak lebih menyakitkan bila kau ditinggal pergi oleh teman dekatmu ketika ia telah memiliki teman yang jauh lebih menyenangkan.

Selama istirahat tadi, Yuuta hanya kulihat tidur diatas lipatan tangannya di atas meja. Walau terlihat tidak seperti tidur sungguhan, tapi ku pikir Yuuta membutuhkan istirahat.
Hingga ku putuskan untuk makan sendirian di kantin tanpa mengajaknya.

Agar tidak mendengar apa yang mereka ucapkan ketika melihatku, aku sengaja mendengarkan lagu dengan earphone.

Mau bagaimana pun, aku harus bersabar dalam menghadapi keadaan ini.

Bukan sombong, tapi aku tidak lagi percaya adanya teman sejati.. Teman yang selalu ada untukmu dan bersamamu di segala keadaan.

Aku mencoba menahan air mataku agar tidak terjatuh, walau tidak dapat kupungkiri bahwa aku merasakan pipiku yang basah pada akhirnya.

Dengan cepat, aku menyelesaikan makanku dan kembali ke kelas.

Mungkin lain kali aku harus coba makan di atap sesekali..
Jauh dari keramaian memang lebih baik.
* * *

[SUDAH TERBIT] FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang