"Apakah teman itu penting? Tapi bagaimana kalau di dunia ini memang tidak ada teman sejati dan abadi? Untuk apa ada teman kalau ujung-ujungnya akan berpisah? Bukankah itu hanya menyakitkan? Terlebih ketika mereka yang begitu mendapatkan teman baru...
Saat itu, di hari pertama aku masuk sekolah, aku kebingungan mencari letak kelasku. Bahkan, sebelum tiba di sekolah ini, aku sempat terdampar entah dimana. Untunglah aku bertemu dengan seorang kakek tua yang seolah bisa membaca kegelisahanku dan tahu bahwa aku tengah membutuhkan petunjuk. Beliau yang kemudian mengantarku hingga sekolah.
Aneh ya, sudah gede, eh tapi kerjanya kesasar terus yang ada. Aku sendiri juga bingung, kenapa ingatanku tentang arah jalan sangat buruk. Ini bermula sejak aku diajak oleh teman-teman sekelas bermain labirin. Saat itu aku masih SD kelas 5. Aku terpisah dari rombongan dan tidak bisa keluar dari labirin. Selalu tempat yang sama yang terus ku lewati. Terus dan terus berlangsung seperti itu, dan sangat lama. Hingga aku lelah dan hanya memilih duduk mengharapkan bantuan. Tanpa sadar, aku pun tertidur saat itu juga. Tertidur dalam jangka waktu yang tidak aku tahu seberapa lama, sampai terdengar seseorang yang memanggil namaku. Orang tuaku berhasil menemukanku.
Sejak saat itu, aku merasa bahwa aku tidak pandai mengenali arah jalan, dan selalu mengharapkan bantuan akan arah jalan yang baru. Hingga di hari pertama aku masuk sekolah itulah juga aku bertemu dengannya.. Yumihara Sakura. Perempuan yang ku temui tengah berdiri di depan ruang kelasnya. Untuk memudahkan pencarianku terhadap ruang kelas XI-C dan ruang kepala sekolah, aku pun bertanya padanya. Siapa sangka, ternyata ia pribadi yang - kalau belum dikenal dengan baik - sangat jutek atau bisa di bilang sombong. Terbukti dari balasan-balasan ucapannya. Walau pada akhirnya, ia menolongku juga.
Setelah mengenalnya sedikit lebih lama -walau belum lebih dari satu hari-, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya Sakura adalah orang yang trauma dengan yang namanya 'pertemanan'. Karena kalau tidak, ia tidak mungkin bersikap seperti itu. Pasti ada alasan yang kuat yang membuatnya menjadi tertutup dan bersikap tidak ingin berbaur. Ya, aku yakin, hingga ucapanku dalam membalas perkataan teman-teman sekelas perempuan keluar juga.
Sebenarnya aku tidak ingin masuk sekolah hari ini. Karena aku merasa bahwa aku tengah demam. Tapi aku tidak ingin Sakura sendirian di kelas.. dan aku juga ingin bertemu dengannya. Aku ingin melihat wajahnya... Senyum juga tawanya.. Tapi ternyata berangkat ke sekolah dengan kondisi demam membuatku repot. Terlebih-lebih sakit kepala, hal itu hanya membuatku ingin tidur di kelas saja. Aku mengambil posisi tidur dengan kadang-kadang menyembunyikan wajahku di lipatan tanganku di atas meja. Untunglah di setiap pelajaran, aku dapat tidur sedikitnya 10 menit dan tidak ketahuan atau ditegur oleh guru. Saat jam istirahat pula, aku memejamkan mataku dan mencoba tidur. Mungkin saja dengan hal ini pusing di kepalaku akan berkurang. Dan ketika jam makan siang hari ini, aku dapat menghabiskan waktu berdua bersama Sakura. Itu yang kupikirkan.. Walau pada akhirnya, aku ketiduran hingga bel tanda jam makan siang tidak lagi terdengar olehku. Dan Sakura tidak membangunkanku! Ketika dicari pun bukannya ketemu. Yang ada, sakit di kepalaku kumat lagi sehabis lari-lari nggak jelas cariin Sakura. Kuputuskan untuk kembali ke kelas setelah aku tidak dapat menemukannya di mana pun. Di kantin, perpustakaan, koperasi, halaman sekolah, atap.. Yang paling penting, untunglah aku dapat kembali ke kelas tanpa tersesat! Walau sempat bingung sebentar..
Sakura ternyata ada di sana.. Yap, di kelas! Sambil membaca buku novelnya yang tidak aku tahu darimana asalnya.
Kuperhatikan Sakura yang membaca. Matanya.. warna matanya sangat indah. Semua orang pasti akan berpikiran bahwa Sakura itu cantik.. Terlebih dengan sikapnya yang bila lebih ramah dan baik pada semua orang. Jadi tidak hanya sempurna di luar, tapi di dalam juga..
Pikirkanku sesaat terbuyarkan oleh jatuhnya pulpen Sakura. Karena aku merasa dapat menjangkau pulpennya yang terjatuh, aku pun mengambilnya. Siapa sangka, ternyata Sakura juga hendak mengambilnya, hingga tangan kami pun bersentuhan.. Jantung pun berdetak karuan. Jangan bilang, kalau aku telah menyukainya..?!
Aku pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke toilet saja. Tapi lagi-lagi, jantung ini berdetak tak karuan lagi, ketika ia menahan kepergianku dengan mengenggam telapak tanganku. Oh ayolah, jangan membuatku merasa seperti kepiting rebus. Aku menepis tanganya dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja ketika ia telah tahu bahwa aku telah demam sejak pagi tadi.
Aku segera melangkahkan kakiku keluar dari kelas setelah itu. Begitu pula dengan Sakura.. Walau dalam definisi 'mengikuti' ku.
Yah, selanjutnya, aku pun menghentikan langkahku dan menanyai alasan mengapa ia mengikutiku. Jawabannya cukup akal, dan terakhir kuputuskan untuk jujur juga bahwa aku memang tengah demam dan sempat sakit kepala juga. Ketika ku katakan untuk jangan khawatir padaku, ia malah bilang ia tidak khawatir.. Benar-benar terlihat tidak jujur. Tapi aku senang kalau ia benar-benar khawatir padaku. Itu artinya, ia telah menganggapku sebagai temannya.
Ketika ku coba katakan bahwa ia telihat khawatir dari wajahnya -pada akhirnya -, ia malah melayangkan jari telunjuknya tepat di.. Ah, aku tidak sanggup membayangkannya. Kenapa di saat seperti itu debaran itu muncul lagi..? Jantung yang berdetak tak karuan.. Pipi yang serasa memanas. Wajah yang seolah seperti kepiting rebus. Apa Sakura juga merasakan hal yang sama? Atau hanya aku saja yang merasakan hal seperti ini? Apa aku mampu menahan perasaanku untuk tidak mengharapkannya menganggapku lebih dari sekedar teman? Aku tidak tahu.. Aku hanya berharap.. aku dapat bersamanya selamanya... Membuatnya bahagia hingga ia menemukan kebahagiaannya sendiri. Ya, cuma itu. Sesederhana itu. Kurasa..
Dan di sinilah aku sekarang, di ruang kesehatan sekolah. Tengah berbaring dan memikirkan banyak hal, yang berujung terlelap hingga tidak mendengar bel tanda masuk berbunyi.
- PoV Hiwatari Yuuta end - * * *
Biodata :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Name : Hiwatari Yuuta Age : 17 tahun Blood type : AB Birthday : 12 Febuari Zodiac : Aquarius Likes : Membaca, pelajaran Matematika, Olahraga Dislikes : Serangga