Bab Satu

524K 12.1K 546
                                    

Aturan Baca Cerita Greya

Komentar apapun yang menunjukkan ketidaksukaan kalian terhadap alur, tokoh, sikap, akhir, cover, etc. GUE NGGA PEDULI!! INI CERITA GUE. NGGA SUKA? NYINGKIR!!

Tolong bener2 nyingkir ngga usah baca.

GUE NGGA MENCIPTAKAN CERITA SESUAI KEMAUAN PEMBACA. TAPI KEMAUAN GUE.

*Menerima kritik beserta saran.
*Cuma bisa memberi kritik tanpa saran. lebih baik ngga usah kritik!!
*Benci dengan komentar GUE BINGUNG SAMA CERITA INI!! tanpa mau menjelaskan bagian yang bikin bingung. kecuali dijelaskan bagian mana yang bikin bingung, agar bisa diperbaiki.

Di sini kita KERJA SAMA! Ngga gue KERJA SAMA KALIAN jadi harus menuruti mau kalian.

JADI JANGAN NGATUR-NGATUR. APAPUN YANG TERJADI DI CERITA SAYA. ITU HAK SAYA.

Apapun alurnya. Silakan baca, terima, tanpa membebani saya dengan keinginan kalian. Kalau ngga mau. Bisa hapus cerita ini dari daftar bacaan kalian.

Maaf. Bukan saya sombong atau tidak butuh pembaca.

Saya ingin menulis tanpa tekanan, tanpa tuntutan, tanpa berusaha mengikuti keinginan kalian yang tidak sesuai dengan isi kepala saya.

Saya ingin menjadi diri saya sendiri melalui cerita saya.

Jadi tolong hargai itu.

***

Rere masih asyik mengerjakan pekerjaan kantornya di depan komputer dengan kacamatanya yang lumayan tebal dan sedikit mengganggu. Mengganggu mata orang-orang yang melihatnya.

Bagaimana tidak? Dia masih setia mengenakan kaca mata bulat dan tebalnya, rambut berminyak yang selalu ia cepol ke belakang, padahal ini sudah memasuki tahun 2016. Apalagi minyak yang ia kenakan adalah minyak rambut alami yang terbuat dari kemiri. Dia kuno, bukan?

Ya ... itu lah Rere. Dia adalah wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang jauh dari jodoh. Bagaimana tidak jauh, jika dia seperti siput yang selalu bersembuyi ke dalam cangkangnya di saat ada pria yang mendekat.

Mungkin dia takut karena yang mendekatinya bukan pria tampan melainkan pria berumur dengan tubuh tambun. Kasihan dia. Tak ada pria tampan atau pun pria muda yang mendekatinya. Andai saja dia mau memoles sedikit saja wajah dan penampilannya.

"Re! Nanti malem anterin gue, ya?" ajak Laras teman wanita yang lumayan dekat dengannya. Hanya lumayan dekat saja. Khususnya, jika membutuhkan bantuannya.

"Kemana?" tanya Rere menghentikan jemarinya yang sejak tadi menari-nari di atas keyboard. Dia membenahi letak kaca matanya, barulah kemudian mendongak melihat Laras, wanita yang mendapat julukan Betty Boob karena ukuran dadanya yang, wow! Fantastis.

"Ke tempat temen," jawab wanita itu berbicara dengan memaju-majukan bibirnya yang seksi.

"Kenapa aku?" tanya Rere lagi.

"Mobil gue di bengkel. Motor nggak ada. Mau naik taksi, duit gue udah nipis, cin! Lo anterin gue, ya? biar dapet pahala!" ujar Laras.

"Oooh ... jam berapa?" tanya Rere mengangguk-anggukan kepalanya.

"Jam delapan malam lo kudu udah nyampe di apartemen gue! Ya udah, ya? Gue sibuk. Bye Rere," ucap Laras langsung kembali ke kubikelnya.

Rere terdiam sejenak. Sebenarnya dia tahu jika dia dimanfaatkan. Hanya saja, dia memang tak bisa menolak. Itu adalah ajaran ibu panti yang mengatakan bahwa jangan pernah menolak jika ada orang yang meminta bantuan. Sayangnya, karena hal itu banyak yang memanfaatkannya.

We Are Your FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang