NB: itu gambar aslinya March yang jadi Phuu di Hormones. Badannya pas sama, Om Maul. Makanya edit gitu. Haha
~~~
Pagi itu sangat mengusik tidurku, sinar matahari yang sangat menusuk menerobos masuk kedalam retinaku. Aku tergeliat mengucek mataku perlahan. Aku tersentak saat kulihat jam di meja nakasku menunjukkan pukul 6.31 Pagi. Celakalah sudah ini terlalu mepet, sudah pasti aku akan terkena hukuman. Ku paksakan kesadaranku untuk menerjang pintu kamar mandi di kamar kostku. Dengan gerak seribu 10 menitpun akhirnya aku usai dengan kegiatan bersiap-siapku. Ku masukkan asal binder-binder yang berserakan di meja belajarku, masuk kedalam tasku. Ku tarik paksa sepatu kesayanganku membuat rak sepatu yang sudah rapih harus berantakan. Setelah siap aku langsung turun ke parkiran mengambil motor gagahku. Mungkin hari ini aku akan luput melihat senyuman manis gadis manis di bawah. Aku lebih memilih mencari aman untuk sampai cepat ke kampus dari pada aku harus berurusan dengan Pak Niko. Dosen terkiller yang pernah ada.
Jalanan Jakarta mungkin sedang berada pada pihakku. Jarak kampus dan kostku memang tidak terlalu jauh. Tapi, kalau pagi biasanya jalanan akan penuh dengan mobil yang siap menerobos jalanan untuk sampai ke tujuan mereka. Ku parkiran motorku di tempat yang sedikit teduh, bisa dibilang spot parkir ini spot kesukaanku. Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kiriku. Sial secepet apapun ini udah 7.18 WIB, semoga aja Pak Niko terjebak kemacetan. Aku segera berlari menuju kelasku. Ku tengok ke arah pintu yang sedikit terbuka. Ahh, ternyata Pak Niko belum datang. Aku langsung duduk tepat di pojok kanan belakang dekat tirai dan jendela. Karena aku bisa melanjutkan mimpiku di spot itu.
"Lo ga bisa ga telat, Ul." Tanya rekan seperjuanganku dari masa Ospek. Kita berbeda 1 gang kost. Panggil aja dia Joni sang Kakaktua. Kita seumuran tapi mukanya udah overload dari umurnya.
"Berisik lo, gue mau tidur jangan ganggu. Kalo Pak Niko udah dateng, bangunin gue." Jawabku sedikit acuh lalu membenarkan posisiku agar lebih nyaman.
"Kebiasaan lo, bencong." Jawabnya memukul keras pundakku, tak ku hiraukan. Aku lebih ingin menggapai mimpiku yang terpotong pagi tadi. Ngomong-ngomong soal tadi pagi, jadi nyesel gak mau nunggu Si Shani keluar kamar buat berangkat kerja. Ahh, padahal kalo tadi nunggu sedikit gak masalah. Pak Niko telat ini.
"Selamat pagi, Maulidyo Ramadhan Djuhandar" Tiba-tiba suara berat menghampiri sedikit lebih dekat dengan tubuhku. Palingan si Joni yang lagi nyamar jadi Pak Niko biar aku kebangun.
"Berisik lo, Jon. Ganggu elah. Kali ini gue gabakalan keboong sama samaran lo. Cih mau jadi Pak Niko si tua bangka. Ga mempan Jon" Jawabku asal, sedikit memiringkan badanku menutup tirai lebih.
"Oh, jadi saya ini tua bangka? Mugkin ipk kamu bisa terancam" Mataku terbelalak kaget, ku singkirkan tirai yang menutupi wajahku, badanku yang kusenderkan ke tembok sebagian langsung menegak.
"Eh, Bapak udah dateng ya, Pak. Duh, ancemannya gak baek ah, Pak. Masak bawa-bawa IPK. Maafin yah, Pak. Please. Saya kira tadi si Joni. Biasanya yang iseng dia soalnya, Pak." Ucapku sedikit memelas semi ngondek, dengan cengiran malu lalu ku memasang 2 jariku membentuk huruf "V" yang tandanya perdamaian.
"KAMU TIDAK USAH IKUT JAM SAYA UNTUK HARI INI DAN MINGGU DEPAN. SEBAGAI GANTINYA KAMU AKAN MEMBANTU PAK KEBON MEMBERSIHKAN LAPANGAN BASKET DAN MEMOTONG RUMPUT!" Aku memejamkan mata mendengarkan bentakkannya yang melengking merusak gendang telingaku.
"Aduh, Pak jangan dong masa saya udah dandan rapi ganteng to the next harus ngepel lapangan outdor kayak OB. Ga banget tau, Pak" Mungkin saat ini aku adalah masahasiswa terberani membantah singa yang sedang meraung.
"Kamu mau saya tulis E di nilai kamu nanti? Lalu saya Telepon Abah Doni sama Bunda Kirana?" Seringai jahil tercetak di wajahnya yang sudah lusut, ingin rasanya ku setrika hingga rata.
"Ahh, gak asik Pak, ngancemnya. Oke Maul keluar." Jono dan Jojo yang melihat aku meninggalkan kelas, hanya bisa menggeleng dengan sedikit kekehan meledeknya mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shine..
FanfictionSeorang pemuda yang tampan sedang dihantui sebuah rasa ingin memiliki atau mengikhlaskannya sahaja.