Sejak malam saat aku dan Shani nonton, lebih tepatnya 3 minggu pas. Aku jadi semakin susah bertemu dengannya. Harus berangkat pagi-pagi dan pulang larut malam. Bukan karena misiku untuk menghapusnya, itu karena acara yang ku panitiai sudah semakin dekat. Aku jadi semakin menghabiskan waktuku di kampus, mengkoordinir Team dokumentasiku dan merampungkan semua laporan bersama BEM dan perwakilan UKM yang lain. Waktuku lebih sering ku habiskan berdua bersama Melody. Ya, job kita saling bersautan. Seperti hari ini, aku berdua dengan Melody merekap pemasukan sponsor dan tiketing.
"Maul, ih itu gak gitu. Lo dengerin gak sih. Yang dari PT. Permata Hutama itu 12juta. Bukan 1,2 juta. Teliti dikit dong.." Mataku hari ini benar-benar terasa sangat berat. Kulihat lagi berkas yang di sodorkan Melody. Ternyata benar aku salah merekap keuangan. Astaga, ceroboh sekali.
"Maaf gue ngantuk maksimal, semalem Jojo sama Joni nginep jadi balik dari rapat kita mainan PES terus nonton bola di kost. Sini gue ganti" Ucarku dengan wajah yang lelah, lalu menarik laptop yang ada di depan Melody. Tangannya mencegahku.
"Udah sini gue aja yang koreksi sama benerin. Lo tidur aja. Muka lo lelah banget. Gue gak mau ya lo sakit pas hari H. Di hari H tim UKM lo bener-bener penting, selain tim Tiketing sama Registrasi. Gue tinggal keluar dulu lo rebahan aja disini. Udah gak ada matkul kan lo?" Salah minum obat kali ini orang. Tumben perhatian banget sama aku. Ku tempelkan punggung tanganku ke dahinya, dia hanya menggerutu gak jelas.
"Buseeeet abis salah minum obat lu. Alias yaudah deh gue tidur. Thanks ya bhay!" Kulepaskan punggung tanganku lalu meletakkan tanganku di meja, guna untuk kujadikan bantal.
30 menit aku terlelap cukup membuat sedikit segar. Kulirik kearah sebelahku. Melody sudah tidak ada di tempat, kemana dia? Mungkin ada matkul. Kutarik laptop yang masih menyala lalu kembali ku koreksi. Ternyata Melody sudah menyelesaikan semuanya. Cukup membantu. Tak lama pintu terbuka kulihat dia sedikit kesusahan membawa 2 cup kopi di kanan dan kirinya, mendorong pintu dengan punggungnya.
"Udah bangun, Ul?" Tanyanya seraya berjalan kearah kursi sampingku. Menyodorkan 1 cup kopi untukku.
"Nih biar gak ngantuk lo. Semuanya udah kelar kok. Mungkin kita bakalan sibuk buat ngedekor-dekor lapangan aja. Biar menarik di liat khalayak umum, dan narik anak-anak SMA yang mau ujian." Dia mulai menyesap kopinya. Kutiup-tiup perlahan kopiku lalu kusesap juga.
"Hmm, besok bakalan jadi hari yang panjang, Mel. Semoga semuanya gak sia-sia. Terus soal dokumentasi, ada TV swasta yang mau ngeliput. Kebetulan dia temen gue di kost. Masih bisa kan nambah media 1 lagi?"
"Kok dadakan? Eh tapi gapapa deh. Semakin banyak semakin baik. Cuma besok udah jangan boleh masuk ya. Ini slot terakhir."
"Oke. By the way udah jam 8 malem. Lo mau di kampus terus. Kita juga harus jaga kesehatan. Besok itu hari penentuan event ini berhasil atau gagal. Yuk balik."
"Lo tinggal aja deh, Ul. Gue harus naik taxi hari ini. Mobil gue masuk bengkel."
"Naik motor bareng gue aja, Mel. Udah jam segini. Lo mau di begal. Udah bantet, jelek, di begal lagi. Kasihan kang begalnya tar nyesel." Tawaku meledak melihatnya memanyunkan bibirnya. Tak lama dia melayangkan cubitan kearah pinggangku. Membuatku meringis kesakitan. Ganas dah.
"Udah-udah sakit, Mel. Astaga lu yah udah tua masih aja ganas. Yuk, deh balik. Gue laper tar mampir makan key!." Keluhku lalu mulai mengemasi seluruh barang-barangku. Kutarik tangannya paksa. Kulihat dia tersentak kaget melihatnya. Sepanjang perjalanan aku dan Melody hanya diam. Sampai akhirnya kita sampai di sebuah Kaki lima yang cukup ramai.
"Makan disini ga masalah kan, Mel." Tanyaku yang mulai memesankan 2 porsi nasi goreng.
"Ya gapapalah orang belom di jawab udah lo pesenin."
"Hahaha ya maaf gue laper. Eh bentar gue tinggal ke tukang martabak sebelah ya." Dia hanya membalas dengan anggukan dan senyuman tanda dia setuju. Lalu mengeluarkan ponselnya. Mungkin supaya tidak bosan. Aku berjalan meninggalkannya yang mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Lalu memesan 1 porsi martabak keju. Dan kembali ketempatku.
"Mel, gue kok ga pernah ga ya liat lo deket sama cowo?" Tanyaku dengan lancangnya. Dia menghentikan aktivitas mengunyahnya dan menatapku dengan tatapan aneh dan penuh tanya.
"Kenapa banget, Ul. Pengen tau banget deh."
"Yaelah nanya doang gaboleh? Sewot dah lo."
"Gue mau serius semester akhir gue, Ul. Lagian gue gak terlalu pengen ada pacar. Lah lo sendiri? Kemaren cewe lo?" Aku langsung tersedak mendengarkan pertanyaan konyolnya. Ini pertanyaan macam apa. Sialan.
"Bukan. Cuma temen aja. Jan so tau lo."
"Lo suka kan sama dia." Jalanan yang masih rama terasa hening, kata yang akan keluar seakan terhenti di tenggorokanku.
"Enggak. Gue sukanya elo." Elakku membuat Melody melongo menatal jalanan yang cukup ramai. Aku meneruskan makanku dengan cuek. Tak perduli dengan apa yang di pikirkan Melody.
"Gak usah kaget. Biasanya emang gini kan? Yang ketemunya nyebelin endingnya bisa ngegemesin. Cuma gue sadar diri kok. Gue cuma mahasiswa yang doyan bikin onar, gue gak pantes buat lo." Ku letakkan piringku di bawah kakiku, lalu meminum es tehku yang mulai mencair. Aku berdiri meninggalkan Melody yang masih membisu di tempatnya. Ku bayar nasi goreng kami lalu beranjak ke tukang martabak mengambil pesananku dan membayarnya.
"Ayo pulang. Jangan dipikirin. Pikiran lo udah numpuk. Anggep aja gue gak ngomong apa-apa." Ujarku memberikan helmnya. Dia meletakkan piringnya lalu duduk di belakang kemudiku. Sepanjang perjalanan kami hanya bisa diam, membungkam suara kami. Aku yang merasa sudah sangat jahat membohongi semua yang ada di hatiku. Tapi, bukankah ini yang terbaik? Apa aku sangat jahat? Biarlah waktu yang menjawabnya. Kini aku dan Melody sudah sampai di depan gerbang kost-annya. Melody turun dari motorku lalu melepas helmnya dan memberikannya padaku.
"Gue balik ya. Oh ya, nih martabak. Gue tau lo suka martabak. Sekalian buat camilan lo di kost-an. Gue tau kok lo gabakalan langsung tidur. Lo pasti nyicil tugas akhir lo. Jangan lupa tidur! Besok bakalan hari yang panjang. Nite, Mel." Dia tersenyum mengangguk. Mata yang paling tak kusuka memancarkan aura berbeda. Senyumannya tulus. Astaga Tuhan, nampaknya aku akan melukainya.
"Ehhh makasih ya hehe tau banget nih lo, gue suka martabak keju gak pake coklat. Aku langsung tidur kok. Semoga sukses ya besok!" Jawabnya di ikuti dengan tangan kanannya yang mengepal tanda semangat. Aku tersenyum simpul. Lalu mengusap pelan puncak kepalanya.
"Hahaha beneran ya? Oke gue balik ya. Sampai ketemu besok capt! Istirahat ya!" Melody hanya menganggukan kepalanya diiringi senyuman yang menenangkan tanda setuju. Ku hidupkan motorku, menutup kaca helm full-faceku lalu melajukannya perlahan-lahan menjauh dari pagar kost-an makhluk munyil itu.
~~~
Hallo ><
Maaf kalo ada typo
Semoga suka..
Masih berantakan kosakatanya..
Jangan lupa kritik dan saran di kolom komen
Jangan lupa ketuk bintang di bawah pojok kiri wkwkwkw 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shine..
FanfictionSeorang pemuda yang tampan sedang dihantui sebuah rasa ingin memiliki atau mengikhlaskannya sahaja.