Setelah kejadian ketahuan si Bantet ngerokok di Taman kampus, satu minggu ini terasa sedikit membunuh. Tugas-tugas yang sangat menumpuk, membuatku sedikit susah menikmati paras ayu bidadari di lantai bawah. Berangkat kampus saat dia masih siap-siap untuk beranjak bekerja, lalu pulang saat dia sudah terlelap. Sungguh lah dosen sedang tidak berkompromi rasanya.
Termasuk project-project dari kampus yang mungkin sangat menyita waktuku. Ya, aku dan tim UKM Photography-ku harus mengurusi acara Pekan Kampus. Acara yang akan menyuguhkan music masa kini serta acara sosial kepada yang membutuhkan. Yang paling aku suka dan kutunggu dari acara ini cuma Hanabi atau kembang api yang akan di ledakkan (ceilah ledakkan.. bom kali) pada akhir acara. Selain ada hal yang aku tunggu, pasti ada hal pula yang akan menyita moodku. Berada dengan Melody si Bantet dalam satu tim. Entah ini skenario dari Sang Empu-Nya semesta atau emang kebetulan dan ini masuk di list Cobaan kehidupanku. Seperti saat ini misalnya, aku harus membantunya membuat proposal sponsor. Masih ada waktu 2 minggu untuk dapat sponsor membuat kuntungan untuk BEM dan akan di bagikan rata dengan UKM yang ada di Universitas kami.
"Maul, anak semester 2 udah berapa yang beli tiket?" Tanyanya seraya menyempilkan (apabanget ini) rambutnya diantara kupingnya.
"Baru 40% banyak yang alasan rantauan dan lagi akhir bulan. Mereka pada janji beli h-7 acara kayak yang di tentuin sama Poster." Pandanganku tetap tak beralih dari layar di depan ku.
"Hmm, kemahalan apa ya tiketnya? Btw nanti siang kita muter ya cari sponsor." Entah kenapa cara ngomong si Bantet gak senyebelin waktu itu. Ini jauh lebih nyaman di kuping. Pantesan TPK (Tuatua Primadona Kampus).
"Udah mampu kok sebenernya mereka dengan harga segitu. Bintang tamu kita itu bagus-bagus. Lagian kalo antusias anak dalem gak gercep. Kita tetep harus bersyukur kali. Kenapa? Soalnya anak luar pada gercep tuh dan niat banget dateng acara kita. Lo itu jadi ketua BEM berapa lama sih. Gue aja yang baru kuliah disini bisa berpikir positif kalo itu acara kita bisa bikin kampus kita ini penuh. Come on lah! Ini si Bantet dari gua hantu yang hopeless cuma gara-gara anak dalem baru 40% yang beli. Gila dangkal bet dah pikiran lo kek tinggi lo. Ini tuh baru penjualan awal. Acara masih kurang lebih 3 minggu. 2 minggu kita final cari Sponsor, 1 minggu kita baru berharap sepenuhnya ke tiketingnya. Bikin event itu harus berani gas resikonya jan untungnya aja yang dipikir." Ku tengguk botol air mineral di samping laptopku. Capek juga ngomong panjang lebar. Ku toleh ke kananku, mukanya konyol sekali. Melongo dan sedikit sebel mungkin karena ucapanku yang mencela bentuk tingginya.
"Ternyata lo bisa dewasa ya. Gue kira lo cuma bisa bikin gara-gara. Thanks ya, Ul. Lo bikin pikiran gue sedikit tenang. Btw yuk keburu siang. Tutup DOTA lo. Kita berangkat sekarang cari sponsor. Naik mobil gue aja. Cuacanya panas banget." Dia bangkit dari duduknya masih dengan wajah yang bersinar. Dia selalu bersinar sih namanya juga Ms. Starlight.
"Gue males naik mobil. Tujuan kita itu di ngelewatin jalanan rawan macet. Lo mau efektif gak. Kita kudu safe waktu kita. Sekali kali panas gak masalah, Mel. Daripada kejebak macet buang waktu lalu gak kelar-kelar. Lagian tadi si Jojo sama Ayana juga nyarinya naik motor. Terus si Joni sama Naomi juga naik motor. Lo ikutin apa kata gue aja. Jadi sorry ya Mbak ketua BEM." Jawabku dengan nada yang sedikit mengejek, lalu berjalan mendahulinya. Dia berteriak menyuruhku berhenti. Tapi tak ku gubris.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shine..
FanfictionSeorang pemuda yang tampan sedang dihantui sebuah rasa ingin memiliki atau mengikhlaskannya sahaja.