Setelah ultah Melody, lebih tepatnya 3 bulan yang lalu, Aku Jojo dan Joni makin sibuk tak karuan dengan rutinitas di tempat KP kami. Aku dan Melody makin jarang saling bertukar pesan. Tapi, aku selalu mengabarinya sebelum aku akan menghilang. Hubungan kami sedikit merenggang. Kami hanya chat di malam hari itupun 1 atau 2 lalu dia berpamitan untuk tidur terlebih dulu. Bahkan dia sampai lupa hari jadi kita yang ke 11 bulan lalu. Mungkin dia terlalu sibuk dengan kerjaannya yang memang sangat menyita pikiran. Akupun tak mau membuat penyimpulan yang salah. Aku percaya dia. Sebaliknya dia pun. Walaupun kadang, aku merindukannya yang selalu uring-uringan tak mendapati kabar dariku. Aku tak boleh egois. Aku yakin dia pun merindukanku.
Hari ini aku dan Jojo mendapati tugas untuk mengambil gambar di sanggar tari desa. Aku membagi tugasku dengan Jojo. Aku yang mengambil gambar penari wanitanya dia yang mengambil gambar penari lansianya. Walaupun awalnya terjadi cekcok akhirnya dia mengalah. Dan jelas Joni yang mengedit. Satu.. dua.. tiga.. dan kesekian kalinya bunyi "crick" itu bergema akhirnya mataku terfokus ke anak kecil yang mungkin baru berumur kelas 6 SD. Lucu sekali tapi raut wajahnya mengguratkan banyak luka.
*biarkan aku menjaga perasaan ini..*
"hallo tumben nih nelpon jam segini? Lagi kangen?" tanyaku senyam senyum bak orang gila. Ku tutup lensa kameraku dan berjalan sedikit menjauh dari area penari.
"enggak. Kamu udah makan?" Kedua alisku terkerut bingung. Kenapa? Ini seakan bukan Melodyku.
"belum ini lagi di suruh Pak Lurah buat ambil gambar di sanggar tari desa. Kamu udah?"
"ehm Belum. Kamu jangan lupa makan ya, Maul. Oh ya aku matiin ya."
"oke Aku sayang kamu. Semangat kerjanya."
"iya aku juga. Kamu pun ya." KLIK. Aku menatap lurus kearah telepon genggamku yang menampilkan wallpaperku menggendongnya di sebuah pantai di Bandung. Aneh. Ini bukan dia. Kenapa? Aku bikin salah? Bahkan saat aku tak mengakhiri telepon dengan kata "aku sayang kamu" dia akan marah. Tak ada lagi canda tawa diantara kita berdua. Bahkan satu bulan ini aku bisa menghitung berapa banyak chatku dengan dia. Ku cari kontak Frieska lalu ku tekan tombol call. Aku tau Frieska akan tau semuanya.
Tut.. tutt.. tut..
"hallo, Kang. Ada apa ya?"
"lo di mana, Fries. Waelah pake kang segala lu kang tahu. Kita seumuran ini. sibuk gak?"
"di kampus nih, Ul. Gabut di Wifi corner kampus. Kenapa? Teteh?"
"yaps lo bener. Mels lagi ada masalah, Fries?"
"enggak sih. kenapa emang?"
"gue ngerasa Mels bukan Mels gue, Fries. Kita chat dalam satu bulan aja bisa di itung berapa puluh. Dia udah gak pernah mau gue telepon. Harus dia yang telepon. Dan kita udah gak pernah saling lempar aku sayang kamu. Aneh lah, Fries. Gue sih selalu positif thingking sama Mels. Tapi, dia makin lama makin aneh dan bahkan gue gak kenal dia lagi. gak ada lagi candaan kalo kita lagi chat atau telepon. Semuanya hening. Semuanya kaku. Semuanya bener-bener beda. Gue harap lo bisa jujur sama gue"
"engghhhh gu-gue gatau, Ul. Btw gue di bbm temen nih suruh ke kelas. Udah ada dosen. Kita sambung tar malem."
Tut.. tut.. tutt..
Ku usap wajahku kasar. Semuanya terjadi begitu saja. Semuanya terlalu rumit untuk aku mengerti. Ku memainkan jari-jariku diatas pad keyboard ku mengirimkan sebuah pesan untuknya.
[LINE]
Mdyo: hubungan itu saling terbuka. Aku selalu berusaha berpikiran everything is gonna be okay. Tapi, makin kesini kamu makin beda, kalo kamu ada masalah kamu cerita. Jangan kamu kayak gini. Aku malah gak kenal kamu. Kamu beda Mels. Tah itu Cuma pandanganku atau banyak orang. Yang jelas kamu beneran beda. Kita pacaran udah hampir setahun. Terbuka sedikit lah sama aku. lupain apa yang aku omongin ini. aku Cuma ungkapin apa yang ngganjel di hatiku. Makan siang beneran ya.. love you..

KAMU SEDANG MEMBACA
My Shine..
Hayran KurguSeorang pemuda yang tampan sedang dihantui sebuah rasa ingin memiliki atau mengikhlaskannya sahaja.