Ku terjapkan mataku beberapa kali. Aku sudah berada di kamarku setelah menenunaikan ibadah sholat shubuhku. Yang lainnya pun bergegas saat adzan shubuh berkumandang. Aku, Shani dan Bang Ghai menyempatkan untuk bertemu dengan-Nya sejenak. Lalu kami melanjutkan mimpi kami sejenak. Dan bangunlah aku sekarang. Matahari sudah di tengah bumi tanda kalau memang aku sudah bangun terlalu siang. Kulirik jam mini yang bertengger di nakas meja sebelah ranjangku. 13.04 WIB, waw siang sekali. Kududukkan badanku lalu sedikit merenggangkannya. Kubuka aplikasi chatku untuk memastikan hari ini.
[LINE]
Mdyo: pagi, sunshan. Alias jadi kan nonton hari ini.
NShani: jadi. Kamu aja yang kebo deh. Aku udah siap-siap ini
Mdyo: hahaha iya iya bawel. Wait ya. Ini mau mandi terus siap2 dulu. Sabar ya!
Mdyo: sent a sticker (sticker james muah)
NShani: bencong genit!
Mdyo: ngaca mba sendirinya juga bencong thailand haha
NShani: ga jadi aja ya jalannya tbtb mager nih.
Mdyo: dasar cewe pundungan. Maafin lah cepet aku otw turun ini.
NShani: ya buru
(Read)[LINE Closed]
Saat di kira semua sudah cukup bersiap-siap. Hari ini aku memakai kaos hitam yang ku tutup dengan flanel merah putih hitamku, lalu kubuka 2 kancing atas kemejaku, celana Jeans biru dongker serta sepatu New Balance M1500 RBO dominasi warna Biru dan Oranye. Kusemprotkan pafrumku. Oh, perfecto. Maskulin.
Kuturuni tangga demi tangga. Ternyata Shani Sudah siap di luar kamarnya. Hmm, Shani hari ini terlihat lebih muda. Dia menggunakan T-Shirt bewarna abu-abu bertuliskan "I'm a Superman" di tengah, di balutnya dengan kemeja yang senada dengan ku. Merah putih hitam, dengan sepatu Converse putih. Ahh, dia manis sekali, Tuhan. Lancarkan hariku bersamanya. Kumohon.
"Wah senada nih. Bisa di kira orang pacaran nih nanti kita. Haha" Shani terkesiap sejenak, lalu menoleh kearahku. Mungkin dia sedang main game.
"Ngagetin aja kamu. Wah, samaan. Aku ganti aja deh. Males banget samaan sama kamu" Shani sedikit meledek dan menjulurkan lidahnya.
"Buset jadi cewe jujur amat, Mba. Udah ah yu keburu sore nih. Biar bisa tidur lagi tar malem wkwkw" Shani aja terkekeh pelan dan mengekoriku dari belakang lalu mengambil helmnya dan mulai naik keatas Maticku.
Hari ini Tuhan, benar-benar mengabulkan doaku. Cuacanya berawan tapi bukan mendung. Membuat suasana yang teduh makin teduh, perjalanan dari kost ke Mall tujuan kami cukup jauh, membuat suasanya kadang hening, kadang hangat sekenanya. Sekarang aku dan Shani sedang berjalan menuju ke bioskop. Dengan gerak langkah seribu aku langsung berantri untuk membeli tiket. Setelah 14 menit aku mengantri yang ternyata kita kehabisan tiket untuk jam 6. Akhirnya kuputuskan untuk membeli yang jam 7. Lumayanlah sekalian biar bisa lebih lama dengan Shani. Kami yang jenuh menunggu di lobby bioskop pun memilih untuk mengisi perut kami, memutari seluruh penjuru Mall dan yang terakhir menghabiskan tenaga kami dengan bermain di Game Center.
Mataku menemukan sosok bertumbuh bantet sedang berjalan sendiri masuk ke Game Center. Tanpa sadar kutinggalkan Shani yang sedang asik bermain pencet-pencet kaki wkwkw.
"Woit, Bantet ngapain lu." Sentakku mengagetinya. Dia melempar es krimnya ke wajahku lalu mendengus sebal.
"Eh Maulidyo Ramadhan Djuhandar bencong bisa ga? Ka-"
"Gabisa!"
"Jangan di potong dulu bencong. Kalo gue punya riwayat sakit jantung lo mau nanggung jawab apa?"
"Ya enggaklah enak aja. Belum bikin udah tanggung jawab. Yang ada itu bikin dulu baru di jawab lalu di tanggung." Tawaku langsung meledak melihat muka sensinya yang sangat-amat-jelek-minta-ampun-tapi-cantik. Lah ngomong apaan dah, Yo.
"Haduh! Ngasal mulai. Udah ah hush hush hush sana. Jangan gangguin gue."
"Pede amat si Bantet. Siapa mau ganggu lo. Gue cuma mau berbaik hati ajakin lo gabung bareng temen gue. Cuma satu kok. Biar gak sendu sendirian gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shine..
FanfictionSeorang pemuda yang tampan sedang dihantui sebuah rasa ingin memiliki atau mengikhlaskannya sahaja.