dua

3.1K 130 8
                                    

Vanila 'POV

Ku ulurkan tangan ku untuk menerima uluran tangannya, lalu dia menarikku untuk bangkit.

Mataku masih menatap matannya, tak sadar aku tersenyum seperti orang bodoh di saat aku menyadari pria itu menahan tawa nya, aku langsung menbuang arah pandanganku.

"Udah puas mandangnya!" tanya pria itu. Aku merasa pipiku sudah berubah warna.

Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan nya aku malah merasa malu. Tapi aku ingin memandang wajahnya lebih lama lagi.

"Dari pada kita bengong mending lo anter gue ke ruang guru, geu anak baru di sini jadi belum tau denah sekolahan ini!" ucap pria itu.

"Hmm, yaudah yuk mau ke ruang guru kan?" ajakku, ia pun mengangguk kan kepalanya lagi-lagi sambil menahan senyumnya.

Aku berjalan lebih cepat karna aku harus menyembunyikan muka merahku ini dan lagi aku merasa pendek jika harus berjalan di sampingnya.

"Kalau lagi buru-buru ngak usah anter juga ngak papa gue bisa minta bantu orang lain!" teriak cowok itu.

'Lah kok dia teriak!' tanya ku pada diri sendiri. Di saat aku membalikkan tubuhku, aku tidak mendapati satu orang pun. Koridor ini sangat sepi dan seharusnya pria itu ada di belakangku.

Bulu punduk ku langsung berdiri jangan-jangan yang tadi itu------
Aku merasakan ada benda yang hinggap di pundakku, tubuhku langsung bergetar dan mulutku komat-kamit menbaca doa.

Saat aku melihat dengan ekor mataku... Sebuah telapak tangan hinggap di pundakku.

"M-maaf Jika saya mengganggu, tapi tolong lepaskan saya karna saya masih ingin hidup dan punya pacar terlebih dahulu!" ucap ku dengan gemetar.

Tak sadar orang yang ada di belakang Vanila mengerut kan dahinya lalu tersenyum jail.

"SAYA TIDAK AKAN MELEPASKAN KAMU KARNA SAYA SEDANG LAPAR!" ucap seseorang yang di buat-buat menjadi seram.

Tak lama aku mendengar suara orang tertawa terbahak-bahak. Sialan itu pasti suara pria itu.

"Gila...parah-parah....muka lo kocak abis..." ucap pria itu sambil terus tertawa dan memegang perutnya. Tak terima di tertawakan aku langsung memajukan bibir bawahku dan menatap sinis wajah pria itu.

Dan pria itu menyadari perubahan mimik wajahku. Dengan susah payah dia menghentikan tawanya.

"Yah kok manyun maaf deh abis tadi muka lo kocak abis, pake bilang belom punya pacar pula kan lawak!" ucapnya sambil terkekeh.

Aku berjalan meninggalkannya dengan wajah yang masih di buat-buat marah. Aku merasakan ada yang nenarik tanganku menbuat ku mau tidak mau berbalik.

"Maaf kali, marahnya sampai segitunya. Jangan gitu dong muka nya kan jadi tambah cantik." ucap pria itu sambil memegang bahuku. Tak sadar pipiku kembali berubah warna.

Jika di lihat oleh orang lain mukin kita berdua di kira sepasang kekasih yang sedang bertengkar karna beda pendapat.

"Ya abis nyebelin untung gue ngak punya penyakit jatung." ucapku memegang dada sok dramatis.

"Ya udah sebagai tanda maaf gimana kalau gue teraktir lo di kantin. Sebagai tanda terima kasih juga karna loh mau anter gue tadi. Gimana?" tawarnya.

"Tapi kan ini udah mau bel masuk, masa kita ke kantin!"

"Gapapa lah kalau ketauan bilang aja lo lagi jadi tour gate gue, kan gue murid baru hehehe." ucap pria itu.

Ya ampun gue rasa gue butuh pegangan. Senyumnya itu hahhh bikin iler gue turun, tapi gue tahan karna ngak mungkin keluarin iler di depan cowo setampan dia. Bisa-bisa dia ilfeel. Saat aku ingin menjawab ia malah membuka suaranya lagi.

"Oh iyah gue belum kenalan sama loh." dia pun mengulurkan tangannya.

"Dafa! Lo?"

"Vanila."

"Ayo, keburu guru piket patroli!" ajak Dafa.

"Ok yuk!"

Kami pun berjalan berdampingan menuju kantin.

*************

Semoga kalian suka jangan lupa vote and comment.

Stay with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang