Delapan

2K 119 3
                                    

Dava 'POV

Kubaringkan tubuhku di atas ranjang kesayanganku lalu menatap langit-langit kamarku perlahan perkataan Vanila tadi siang kembali memenuhi pikiranku. Bagai mana jika Vanila menerima pria itu?. Merasa terlalu pusing aku pun pejamkan mataku dan aku pun mulai masuk ke alam mimpiku.

~
Paginya aku terbangun karna cahaya yang menembus tirai jendela kamarku. Ku regangkan otot-ototku aku mendesah keenakkan lalu aku bangkit dan hendak mandi di lanjut bersiap untuk pergi berangkat ke sekolah.

Setelah siap ku sambar tas, kunci mobil, dompet, dan ponselku. Aku keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.

"Den Dafa sudah bangun to. Silahkan den sarapannya sudah siap!" ucap bi Odah yang sudah menyiapkan sarapan untukku.

"Oh iyah bi makasih yah!" ucapku dan mulai melahap nasi goreng telor ceplok buatan bi Odah. Seketika aku teringat Vanila, tanpa sadar aku langsung tersenyum sendiri.

Drrrttttrr....

Ku sambar ponselku yang bergetar menandakan ada pesan masuk. Aku tersenyum saat melihat nama si pengirim. Tetapi saatku baca isi pesannya senyumku memudar.

From Vanila

Daf! lo ngak usah jemput gue yah.

To Vanila

Kenapa?

Sent...

From Vanila

Gue di jemput sama kak Rayhan.

Seketika moodku hilang 98%. Nafsu makanku juga sudah hilang.

"Bi Dafa berangkat yah!" ucapku langsung bangkit dan berjalan keluar rumah.

"Iyah den ati-ati!" teriak bi Odah dari dalam rumah.

Ku masuki mobil kesayanganku dan melajukannya keluar dari pekaranganku sampai tiba di sekolah.

Ku parkirkan mobilku di parkiran sekolah lalu keluar dan mengunci mobilku. Ku langkahkan kakiku menuju kelas, sepanjang perjalanan aku mendengar orang-orang berbisik-bisik saat ku lewati.

"Eh, kasian banget yah si Dafa liat deh mukanya kayanya dia lagi galau!"

"Iyah bener pasti gara-gara si Vanila jalan sama kak Rayhan!"

"Iyah bener emang kecentilan banget tuh orang!"

"Mending sama gue aja kali!"

"Yeh mending gue lebih seksi!"

"Yah gue lah kan gue---"

Ucapan-ucapan murid di sepanjang koridor hilang saat aku memasuki ruang kelasku. Ku simpan tas di kursi sebelah tas Vanila. Tas nya sih ada tapi orangnya kemana yah?. Ku langkahkan kakiku keluar kelas. ku lihat lapangan basker yang sudah ramai di penuhi oleh para murid. Karna aku penasaran ku tepuk bahu seseorang dan ternyata dia adalah Dito teman yang mukin sudah dekat denganku setelah Vanila.

Author 'POV

"Ada paan kok rame bener?" tanya Dafa.

"Lah lo ngak tau!" ucap Dito. Dafa menggeleng.

"Si Vanila lagi mau di tembak sama si Rayhan!" ucap Dito dengan wajah datarnya.

Seketika kaki Dafa langsung melanggkah ke depan menerobos kerumunan saat Dafa sudah ada di barisan paling depan nampak lah seorang laki-laki yang sedang berlutut dan memegang sebuket bungan yang di arahkan pada perempuan yang wajahnya sudah berseri-seri.

"Apa lo mau jadi pacar gue Vanila dwi anderso?" ucap Rayhan yang tersenyum simpul kearah Vanila.

Vanila terlihat berpikir sebentar. 'Gue mohon La jangan terima gue mohon' Dafa memohon dalam hatinya.

"Gue mau kok jadi pacar lo!" ucap Vanila yang langsung di sambut oleh pelukan dari Rayhan.

Bagaikan tersabar petir Dafa langsung keluar dari kerumunan tersebut. Beberapa orang ada yang menatap Dafa binggung karna melihat ekspresi wajah Dafa yang terlihat kesal dan kecewa.

Dafa melangkah menelusuri koridor yang sudah sepi karna lima belas menit yang lalu bel masuk telah berbunyi yang mana menandakan pembelajaran akan segera di mulai. Dafa hanya terus berjalan menunduk tanpa arah dan sampai lah ia di tempat yang sunyi jauh dari keramaian.

Disini lah Dafa duduk merenung sambil menatap langit biru yang sangat indah. Tanpa persetujuan Dafa otak nya kembali menayangkan kejadia yang baru saja terjadi setengah jam yang lalu. Dafa mencoba menghilangka bayangan tersebut tetapi nihil bayangan itu malah terus berputar. Dafa memejamkan matanya berharap bayangan itu bisa hilang dan dia berhasil.

"Seharusnya gue sadar, sama apa yang gue rasain selama ini atau bahkan gue ngak perlu sadar itu mungkin lebih baik!" ucap Dafa yang menatap lurus kedepan dan sesekali menghela napasnya.

Di sisi lain seorang gadis sedang duduk di bangkunya mencoba untuk menperhatikan guru yang sedang mengajar dan sesekali ia melihat ke arah pintu masuk berharap ada seseorang yang datang dengan wajah yang tersenyum kikuk karna telah terlambat masuk kelas dan melontarkan beberapa alasan yang bisa meyakinkan guru agar bisa masuk dan mengikuti pembelajaran. Tetapi Vanila mulai gusar karna sahabatnya Dafa belum menampakan wajahnya di hadapan Vanila hari ini. Ia belum mengetahui bahka Dafa melihat kejadian yang terjadi di lapangan tadi pagi.

"Pak saya izin ke toilet!" ucap Vanila pada Pak Broto yang sedang mengajar di kelasnya.

Pak Broto mengangguk sebagai jawaban lalu Vanila pun keluar dari kelasnya. Vanila tidak benar-benar ingin ke toilet ia hanya mengandalkan alasan itu hanya untuk bisa keluar dari kelas. Bukan karna ia tidak suka dengan pelajarannya, tapi karna ingin mencari sahabatnya. Karna hanya ada tasnya saja yang ada di kelas.

************

Hey aku update nih aga ragu sih karna ngeliat vote yang kalian kasih ke cerita ini tapi gapapa lah semoga kalian suka.

Jangan lupa vote aja cukup kok.

Makasih:).

Stay with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang