Part 1 (Prolog)

4.7K 203 5
                                    

A/N: Waaaaaghhh! Mulai lagi nih bikin cerita baru. Ampun deh :'v
Kali ini bakal diupdate langsung banyak, kok. Tadinya ini oneshot, tapi malah kebanyakan. Yah kali ini mengambil setting yang sedikit berbeda. Semoga cukup menarik atau paling tidak pantas untuk dibaca readers. Jangan lupa voment cerita ini, arigatouuuu :D

Disclaimer/claimer: Characters by Sorachi Hideaki-sensei.
Story idea and Arts by Milka Putri a.k.a OkitaSora.

Genres: Romance, Drama, a bit of humor (?).

Setting : AU-Modern life.

P.S : Sekarang ada tambahan gambar per- Chapter, yeay! Semuanya gambaran Author sendiri, lho XD iyaah bener, Author sebenernya suka banget ngegambar! Tapi kekurangannya Author kurang lihai mewarnai baik di buku maupun digi-art di smartphone, makanya gambar-gambar Okikagu selama ini cuma ngambil di blog-blog gambar asli jepang dan sebagainya karena berwarna :')
Ilustrasi disini disesuaikan dengan kejadian di setiap chapter. Ilustrasinya hanya khusus buat cerita "His girlfriend or his wife ?" ini. Karena author bakal teler kalo semua cerita pake gambar :'v. Chapter dan story fict yang lain ketunda dulu, in progress. Btw, gimana menurut kalian gambar okikagunya? Walau gak mirip tapi yg penting ada ilustrasinya kan.

*
*
*
*
*
*

Kagura's POV

Aku melangkah menuju kawasan pemberhentian MRT. Sambil menunggu beberapa menit sampai kereta itu datang, dengan instax kamera yang aku bawa, aku mengabadikan momen yang ada di sekitarku. Negeri ini memang sungguh indah. Bersih dan futuristik.

Dengan pakaian simple yang kugunakan, yaitu sweater putih dengan kemeja terusan bermotif kotak-kotak merah hitam didalamnya, sepatu sneakers putih berheels 3 cm, tas tangan hitam, dan rambut panjang orangeku yang dicepol di sisi kanan dengan sisa rambut yang terurai. Aku dengan percaya diri meminta seseorang untuk mengabadikan poto diriku.

Saat sedang asyik bergaya, di depan rel yang masih kosong, tanpa sadar aku tersandung ke belakang. Semua berlalu dengan cepat. Sakiiit... Kesadaranku rasanya akan segera menghilang. Paman yang tadi memotretku kini memasang wajah terkejut dan ketakutan. Terdengar suara orang-orang yang berteriak histeris. Kenapa ? Aku melihat disekitarku, ah, ternyata aku terbaring di rel dan 8 detik lagi MRT itu akan segera melindasku. Beginikah akhir hidupku ? Dandananku yang cantik, photo yang baru saja ku ambil, jalan-jalan yang menyenangkan, semuanya sudah tidak berguna. Aku sepertinya akan mati. Di negeri orang. Bukan negeriku. Tidak ada yang kukenal. Dengan pasrah aku memejamkan mata.

"KYAAAAAA!!!"

"AWAAAS!!"

Bye bye...

"..."

...Eh...?

...Kok rasanya...?
Apa aku sudah...

"Syukurlah"

He ? Ada apa dengan mereka ? Kenapa malah bilang 'syukurlah' ? Terdengar suara tepuk tangan yang meriah.

"Anak muda! Kau memang gagah dan hebat !"

Gagah ? Siapa ?

Saat aku membuka mata, aku bertatapan langsung dengan sepasang bola mata merah seperti batu ruby. Mata yang tenang seolah akan menghisapku kedalamnya. Jadi ini ya mata malaikat pencabut nyawa ?

"Kau tidak apa ?"

Eh ? Dia bisa ngomong ? Dan malah tanya keadaanku ? Bukannya dia baru saja mengambil nyawaku ?

Lelaki yang kusangka malaikat pencabut nyawa itu tiba-tiba membelai wajahku lembut. Aku baru sadar sekarang aku terbaring dipangkuannya.

"Maaf, kau pasti sangat ketakutan dan masih shock, kan?"

Tentu saja. Siapa yang tidak shock kalau dia akan mati ? Aku memejamkan mataku. Ah, terasa hangat. Begini kah rasanya saat menjelang kematian ? Seandainya aku bisa mengabadikan momen ini dengan kameraku. Oh ya, hanya kameraku yang selamat. Bukan aku.

Tiba-tiba lelaki itu mencubit pipiku cukup keras. Aw ! Sakit !

Sakit ?

Aku membuka mata lagi. Dia masih menatapku.

"Cewek bodoh, kau kira ini mimpi ? Cepat sadar !"

Cewek bodoh ? Beraninya dia ! Sadis sekali sama cewek cantik sepertiku !

Tunggu ! Apa aku masih...?

Rasanya tubuhku tidak terasa sakit lagi, aku langsung bangkit dan duduk.

"Aku...hidup ?"

Itulah kata pertama yang kuucapkan padanya. Dia mengernyit dan menjentik dahiku pelan.

"Tentu saja, baka. Kalau tidak ada aku, kau pasti sudah-"

Refleks aku langsung memeluk tubuhnya. Rasanya aku bahagia sekali. Setetes airmata bahagia keluar dari mataku. Dia ternyata malaikat penolong !

"Terima kasih sudah menolongku"

Kami masih terdiam diposisi yang sama untuk beberapa saat. Ketika sadar, dengan cepat aku langsung melepas pelukannya.

'A, aku memeluknya tanpa pikir panjang'

Tapi dia masih menatapku. Membelai wajahku lagi, dan...
Nyeett. Dia kembali mencubit pipiku.
Tatapannya langsung berubah drastis.

"Kau pikir ini gratis ?"

"Eh ?"

"APA...nya?!"

"Kau mendengarku"

"Ta, ta, tapi-!"

Aku langsung melihat ke sekitar. MRT yang kutunggu dan hampir menabrakku sudah menghilang. Aku bangkit dan bergegas. Ingin melihat apakah mungkin barang-barangku masih selamat dan tidak terlindas. Tapi yang kulihat hanya rel yang kosong tanpa bekas benda tergencet. Mungkin sudah terselip dibawah kereta yang melaju itu. Aku melihat paman yang tadi memotretku, ia menyerahkan kameraku dan berkata syukurlah kalau aku selamat dan kemudian ia pergi begitu saja. Orang-orang kembali sibuk dengan aktivitasnya, seolah-olah barusan tidak terjadi apa-apa. Aku menghebuskan nafas pasrah.

Tunggu! Aku bahkan belum membayar biaya hotel sepenuhnya. Uangku kan didalam tas ?! Bagaimana aku pulang?! Aku bahkan baru datang tadi malam ! Aku tak bisa menelpon kerumah...hpku kan-!

Airmata mulai mengalir deras di wajahku.

"HUWAAaaaaaaa"

Aku menangis sejadinya. Aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa pulang kerumah. Aku tidak kenal siapa-siapa. Pasti aku akan dianggap ilegal. Dan aku akan dipenjara. Pikiran-pikiran negatif terus menghantuiku.

"Oi, oi, kenapa kau malah nangis?! Jelek sekali tau"

Kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar congkak. Tapi terasa ada sedikit kekhawatiran disana. Mungkin...? Aku segera terduduk lemas dan menyatukan kedua tanganku didepan wajah dan mulai memohon.

"Kumohon...tolong jangan minta tebusan uang. Aku sangat berterima kasih, tapi aku sudah kehilangan barang-barangku. Aku juga bukan orang sini. Aku tidak tau harus bagaimana~" sehabis mengucapkan semua itu, aku langsung mengupar kedua mataku yang bercucuran airmata sambil sesenggukan.

Terdengar suara langkah kaki. Sepertinya ia menghampiriku. Ia berjongkok tepat didepanku dan menatapku.

"Aku tidak meminta uang"

Seketika airmataku terasa kering ketika mendengarnya. Aku langsung menatapnya terkejut. Dia ini laki-laki kan ? Bukannya laki-laki selalu memeras ?

"Tapi, kau kan sudah-"

"Jadilah kekasihku"






TBC...

End of Part 1 (Prolog). Silahkan komen, kritik, saran dan votesnya ? :D











His Girlfriend or His Wife ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang