"What time is it where you are? I miss you more than anything
And back at home you feel so far waiting for the phone to ring
It's getting lonely living upside down I don't even wanna be in this town
Trying to figure out the time zones making me crazy
You say good morning when it's midnight
Going out of my head alone in this bed
I wake up to your sunset and it's driving me mad
I miss you so bad and my heart, heart, heart is so jet-lagged
Heart, heart, heart is so jet-lagged heart, heart, heart is so jet-lagged, is so jet-lagged.."
***
Bunyi lagu itu terus saja terdengar di kamar si sialan Rachel yang memang suka menggodaku. Untuk apa dia menyetel lagu itu keras-keras? Untuk menyindirku? Aku tau lirik di lagu itu memang cocok dengan perasaanku saat ini. Aku, Farah Sarasvati Watson yang sudah dua tahun menjalani hubungan jarak jauh dengan seorang pemuda culun namun IQ-nya hampir sama seperti Pak Habibie bernama Alexander Septian. Ya, hubungan kita memang berbeda dari hubungan lainnya. Lihat saja teman-temanku pada malam mingguan dengan pacar-pacarnya, sedangkan aku sendirian di kamar sambil menatap bulan ( kalo ada bulan juga ).
Pertama-tama, aku ingin memperkenalkan diri pada kalian. Namaku Farah Sarasvati Watson, panggil saja Farah. Aku sepupunya Emma Watson walau Emma tidak pernah mengakuinya. Umurku tujuh belas tahun tapi aku masih merasa seperti anak kecil. Mengenai keluargaku, aku mempunyai Dad, Mommy dan satu adik perempuan yang nakalnya tidak terhingga. Namanya Rachel. Umur kami hanya selisih dua tahun dan Rachel sering mengejekku dengan Alex. Alex, kata Rachel Alex tidak ganteng sama sekali. Badannya kurus, tidak atletis, memakai kacamata dan gayanya tidak banget. Memangnya kita menilai cowok harus dari penampilan gitu ya? Jawabannya: tidak! Aku menilai Alex dari sikap ramahnya yang suka menolongku dan dia begitu sopan. Bahkan Mom dan Dad sudah jatuh cinta pada Alex! Yuhu artinya Mom dan Dad meresteui hubungan kami.
Aku katakan tadi bahwa aku dan Alex menjalani hubungan jarak jauh dan itu memang benar. Aku tinggal di Indonesia sedangkan Alex tinggal di Inggris. Jangan anggap hubungan kami mudah! Setiap hari aku merindukannya dan setiap malam aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Senyum Alex, suara Alex, sikap Alex.. Memang sih Alex bukan warga Inggris karena AKU TIDAK MENYUKAI BULE. Alex adalah warga asli Indonesia. Sedangkan aku...
Actually, aku malas mengakuinya tapi mau bagaimana lagi? Maksudku aku tidaklah keturunan Indonesia murni karena Dad bukan warga Indonesia melainkan warga asli Australia yang jatuh cinta dengan Mom yang warga asli Indonesia. Dan dari pernikahan mereka, lahirlah aku. Kata orang-orang sih aku lebih mirip orang Australia bukan Indonesia karena aku mirip sekali dengan Dad, bukan Mom sedangkan Rachel baru mirip dengan Mom. Mataku saja tidak berwarna hitam melainkan ada cokelat-cokelatnya, hehe..
Aku ini cantik loh. Terserah apa pendapat kalian dan kalau kalian mengatakan aku ini sombong. Tapi memang ini kenyataannya. Aku punya sahabat bernama Gina dan Gina pernah bilang kalau dia sangat beruntung memiliki teman sepertiku. Yaiyalah aku kan beda dari lainnya dan satu hal lagi. Aku jago berbahasa Inggris dan ini menjadikanku sebagai sosok yang dimanfaatkan oleh lainnya. Maksudnya, teman-temanku pada datang padaku kalau ada maunya terutama saat ada tugas bahasa Inggris. Nah kalau pelajaran lain mereka pelit sekali. Di sekolah aku hanya pintar bahasa Inggris dan nilai-nilai lainnya begitu menyedihkan.
Tapi kalian tau, Alex sering mengirim email padaku dan dia sering menyemangatiku. Alex pernah mengancam jika nilaiku ada yang merah dia tidak segan-segan untuk memutusiku. Tentu saja ini tidak adil. Otakku tidak bisa dibandingkan dengan otaknya, tapi aku yakin sekali Alex hanya bercanda. Alex sangat sayang padaku dan dia tidak ingin kehilanganku. Baguslah. Rasanya bahagia jika ada cowok yang menyayangimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer 2015
FanfictionTernyata musim panas di London tidak seindah yang aku bayangkan, begitu pikir seorang gadis bernama Farah yang di kirim ke London untuk belajar disana selama musim panas. Tentu saja Farah tidak membuang kesempatan besar itu, juga di London dia bisa...